Keyra dan Theana terus bungkam, sementara Pak Wirya terus menghela napas untuk menahan amarahnya.
"Sekali lagi saya tanya, apa yang kalian lakukan tadi hah? Sungguh memalukan! Bagaimana jika para rekan kerja perusahaan ini, para investor tahu tentang hal ini? Bisa hancur reputasi perusahaan karena tingkah kalian!" Pak Wirya menuntut penjelasan keduanya. "Apalagi jika besok CEO baru kita datang dan mendengar berita ini, bisa kacau semua!"
Pak Wirya meluapkan kemarahannya yang sudah dia tahan-tahan. Dia merasa sangat kecewa pada dua karyawan terbaiknya. Sejak awal Pak Wirya selalu menaruh harapan untuk kemajuan perusahaan pada para karyawannya termasuk keduanya yang bekerja dengan sangat baik.
"I-ini semua karena Theana Pak," sahut Keyra seraya menatap Theana penuh tuduhan.
"Kenapa kamu jadi salahin aku? Kamu yang duluan hina aku." Theana yang tidak terima mendorong Keyra sampai terjungkal, beruntung gadis itu masih sempat memegang meja menjadi tumpuan supaya tidak terjatuh.
"Theana yang nampar saya pak, makanya saya emosi. Bapak lihat kan tadi? Dia bahkan berani mendorong saya di depan Bapak."
"Kamu jangan memutarbalikkan fakta Keyra, jelas-jelas kamu yang hina aku, bilang aku ini pembawa sial lah, pelacur lah. Emang salah kalau saya membela diri, pak? Lagipula siapa suruh kamu nyebelin ya aku gak terima lah!"
Pak Wirya melirik Theana tajam. Bukan Pak Wirya tidak mau percaya tapi selama ini hanya Theana lah pegawai yang paling bermasalah. Jadi wajar jika Pak Wirya lebih membela Keyra, ditambah Keyra yang merupakan pegawai lama dan sudah banyak pekerjaan yang sukses dia kerjakan dengan sangat baik.
"Theana, ini keseksian kalinya kamu membuat masalah, saya tidak bisa mentolerir lagi ... mulai saat ini kamu saya pecat!"
"Tidak bisa begitu dong Pak, saya dipecat lalu dia gimana? Bapak tidak adil!"
Theana menatap Keyra dendam. Menurutnya tidak logis jika hanya salah satunya yang mendapat hukuman, sementara yang satunya dibebaskan begitu saja.
Keyra tersenyum puas seakan mengejek Theana. Pak Wirya sudah memihak dirinya, jadi Keyra pikir tidak ada alasan bagi Theana untuk tetap bekerja di perusahaan ini.
"Saya sudah memikirkan ini matang-matang Theana, kamu sudah sangat banyak melanggar peraturan di perusahaan, jadi jangan salahkan saya kalau saya memecat kamu!"
"Tapi kan Pak, kalau saya dipecat itu artinya Keyra juga harus dipecat, karena yang bersalah kami berdua bukan cuma saya!"
"Apa-apaan, kenapa aku juga harus dipecat padahal kamu yang duluan buat masalah," sela Keyra yang tidak rela jika dia juga akan dipecat dengan cara tidak terhormat.
"Aku bilang jangan memutarbalikkan fakta, jelas-jelas kamu yang duluan buat aku emosi!"
Keyra dan Theana saling menatap tajam. Mereka seakan melupakan keberadaan Pak Wirya. Tidak ada yang mau mengalah.
Theana merasa dirinya memang tidak bersalah jadi untuk apa dia mengalah. Lagipula dia tidak habis pikir bagaimana bisa Keyra se-benci itu pada dirinya, padahal Theana merasa tidak pernah memulai pertengkaran lebih dulu.
"Sudah, hentikan tatapan kalian." Theana dan Keyra lantas menatap Pak Wirya yang memijat pelipisnya. "Theana saya akan kasih kamu kesempatan sekali lagi dan ini benar-benar yang terakhir!"
"Serius Pak?!" Theana menatap senang.
"Loh, kok gitu sih Pak? Pecat aja si Theana, kenapa malah dikasih kesempatan lagi?" Protes Keyra.
"Apaan kamu, jangan ngatur-ngatur ya ... Pak Wirya sudah bilang aku masih diterima di sini!"
"Tapi ...."
Theana dan Keyra kembali menatap Pak Wirya.
"Tapi apa Pak?" Theana bertanya gugup.
"Tapi kamu saya pindahkan menjadi Office Girl."
"APA?!" Theana melotot. "Gak bisa begitu dong Pak! Saya gak terima!"
"Kalau kamu tidak terima maka silakan angkat kaki dari perusahaan ini!" Tegas Pak Wirya membuat Theana semakin gusar, sementara Keyra sudah tersenyum senang sejak tadi.
"Tapi Pak-"
"Tidak ada tapi-tapian Theana, kamu terima silakan kembali lagi besok tapi, kalau kamu tidak terima saya harap kamu jangan pernah menginjakkan kaki di sini lagi. Sekarang kalian boleh keluar! Keyra lanjutkan pekerjaan kamu dan Theana kamu bisa pulang, saya minta pikirkan keputusan kamu nanti di rumah."
Theana keluar dari ruangan Pak Wirya sambil menggerutu. Kesempatan apaan, kalau begini sama saja merugikan. Lagipula Theana tidak mengerti dengan pekerjaan Office Girl.
"Hahaha, rasain kamu," ledek Keyra.
"Awas aja aku balas kamu nanti!" Seru Theana tidak terima.
Keyra tersenyum sinis. "Silakan ... itu pun kalau kamu mampu. Tapi sepertinya kamu gak bakal mampu deh hahaha."
"Awas aja kamu Keyra!" Teriak Theana pada Keyra yang semakin menjauh.
Kekesalan Theana semakin menumpuk pada musuh bebuyutannya itu. Keyra memang benar-benar licik, dia bisa memanipulasi orang-orang supaya berada dipihaknya dalam menjatuhkan Theana.
Theana berjalan malas ke kursinya yang langsung dihampiri oleh Eliza.
"The kamu gak dipecat kan?" Pertanyaan pertama yang meluncur dari Eliza.
"Nggak tahu," sahut Theana pelan.
"Maksudnya?"
"Kata Pak Wirya aku masih bisa kerja di sini tapi jabatanku harus diturunin."
"Hah? Diturunin gimana maksud kamu?"
"Sekarang jabatanku diturunin jadi Office Girl ... aku gak mau El, bantuin!"
Theana benar-benar tidak terima, kenapa? Padahal walau dia sering membuat masalah tapi kerjaannya selalu rapi dan tidak pernah diprotes. Setidaknya ada poin penting lah yang membuat dirinya bisa tetap berada di jabatannya yang sekarang.
"Duh, ya gimana The ... kamu sih aku bilangin jangan buat masalah lagi tapi kamu ngeyel. Kamu kan tahu kalau Keyra itu licik banget, kamu gak akan bisa menang dari dia."
"Aku kan kesal. Gak ngerti lagi aku sama si Keyra, ada masalah apa sih dia sama aku?"
"Dia kan emang begitu, suka banget ikut campur urusan orang. Satu kantor juga pasti udah tahu."
Eliza juga kesal dengan Keyra, karena dulu pas awal dia jadi karyawan baru Keyra juga sering mengganggunya, namun setelah kedatangan Theana gangguan Keyra padanya berkurang dan kini tertuju pada Theana.
"Ya udah kayaknya aku harus pulang deh, sekalian aku pikirin tawaran Pak Wirya tadi."
"Kamu mau aja The, yang penting kan kamu masih bisa kerja dan ada pendapatan buat bayar kost kamu."
Hembusan napas pasrah Theana keluarkan. "Lihat besok deh. Soalnya aku harus mikirin matang-matang, dengan pendapatanku sekarang saja aku masih kekurangan, apalagi menjadi Office Girl, jadi aku bakal coba cari kerjaan lain yang lebih baik."
"The? Serius deh kamu jangan pergi dari sini, kamu masih harus balas perbuatan Keyra ke kamu."
"Kamu sendiri yang bilang aku gak bakal bisa menang lawan Keyra jadi sekarang aku gak mau berurusan sama dia, udah ya."
Theana keluar dengan langkah lesu, kakinya terasa berat untuk melangkah meninggalkan kantornya.
"Selamat tinggal Theana!"
Theana menatap tajam Keyra yang kesenangan bahkan melambai-lambaikan tangan kepadanya.
Aish, Theana benar-benar merasa dendam dengan Keyra.
"Hahaha, selamat tinggal ya aku harap kamu gak akan pernah kembali ke perusahaan ini." Keyra tertawa bahagia.
"Minggir," ujar Theana pelan.
"Hahaha, berani kamu perintah aku? Kamu lupa kalau derajat kamu sekarang jauh daripada aku, Office Girl."
"Aku bilang minggir!" Bentak Theana dan langsung mendorong Keyra sampai terjatuh.
"Dasar Office Girl gak tahu diri, aku itu boss kamu sekarang!" Teriak Keyra kesal.
Namun Theana tak menghiraukan dan masih terus berjalan keluar dari perusahaan. "Dasar kuntilanak tukang gosip," ejek Theana pada Keyra.