Sial! Sial! Sial!
Sepanjang jalan Theana memaki sambil terus menambah kecepatan larinya. Untuk kesekian kalinya Theana harus kembali terlambat dan dia tahu pasti jika akan mendapat sanksi yang lebih berat dari yang kemarin.
"Huh ... huh ... huh."
"Terlambat lagi?"
Theana menelan ludahnya dengan susah payah tanpa berani menatap seseorang yang berdiri angkuh di depannya.
"Sudah berapa kali kamu terlambat? Sebenarnya kamu niat tidak bekerja di sini?!"
Theana hanya menunduk takut.
"Dengar Theana, ini peringatan terakhir, kalau sampai besok, lusa atau kapanpun itu kamu terlambat lagi maka silahkan keluar dari perusahaan ini dan jangan pernah menginjakkan kaki kamu lagi disini karena kami tidak membutuhkan karyawan yang tidak kompeten seperti kamu! Paham?!"
"Pa-paham Pak," jawab Theana gugup.
"Sudah sana selesaikan pekerjaan kamu."
Theana mengangguk pelan kemudian berjalan cepat menuju ruangannya sambil memegang dadanya yang berdegup kencang.
"Kamu terlambat lagi The? Dua hari yang lalu kamu bilang telat bangun, kemarin kamu bilang macet, sekarang apalagi?"
Theana duduk di kursinya tanpa mempedulikan Eliza yang terus mengomel.
"Kamu dengar aku gak sih The?"
Theana menghembuskan napas kasar. "Dengar El, nanti dulu ngomelnya aku lagi capek habis lari-larian, ini semua gara-gara abang ojeknya yang punya motor gak pernah diservice jadi di tengah jalan bannya malah bocor dan lagi-lagi aku harus diomelin sama Pak Wirya."
"Lagian aku heran sama kamu tiap hari selalu aja ada kesialan yang kamu dapat."
Jangankan Eliza, Theana sendiri bingung dengan dirinya yang selalu mendapat kesialan secara bertubi-tubi.
Dia jadi ingat waktu hari pertama dia masuk kerja, dia yang saat itu berjalan kesusahan karena baru belajar menggunakan high hills. Tepat saat ia akan terjatuh dan refleks mencari pegangan, disitulah masalah muncul.
Theana tanpa sengaja menarik celana kerja Pak Wirya hingga memperlihatkan bokser bergambar spiderman milik pria itu.
"Theana!"
Theana tersentak. "Apa sih El?"
"Kamu tuh yang kenapa, dari tadi aku ajak ngomong diam terus."
"Hehe, ya maaf. Aku tiba-tiba keflashback pas waktu hari pertama aku masuk kerja."
"Oh ... itu ya? Hahaha aku ingat, mukanya Pak Wirya langsung merah banget kayak kepiting rebus hahaha," ucap Eliza dengan suara yang sedikit keras, dia jelas tahu kejadian itu bahkan mungkin hampir seluruh karyawan tahu tentang kejadian itu.
"Stt, suara kamu kecilin dong, nanti Pak Wirya dengar bisa bahaya."
Eliza tidak mengindahkan ucapan Theana. Dia masih terus tertawa dengan bayang-bayang kejadian beberapa bulan lalu yang terus bermunculan di kepalanya.
Theana hanya mendengus kesal. Dia memilih menyelesaikan pekerjaannya daripada meladeni Eliza yang tidak ada habisnya.
"Aduh perutku sakit, ternyata tertawa itu melelahkan juga," ucap Eliza.
"Hati-hati kamu, aku pernah baca berita tentang orang yang meninggal karena tertawa terlalu berlebihan," celutuk Indra yang baru sampai.
"Enak aja, kamu do'ain aku cepat meninggal gitu?" Tanya Eliza ketus.
"Bukan, aku hanya memberitahu." Indra menarik kursi Eliza ke depan Theana. "Selamat pagi Theana yang cantik jelita, hari ini kamu terlihat sangat mempesona."
"Hilih, basi," celutuk Eliza. "Sudah sana balik ke ruangan kamu!"
"Iya, ish nenek mampir eh lampir." Indra beranjak meninggalkan Eliza yang misuh-misuh tak jelas.
"Awas aja, aku balas dia nanti."
Theana melirik. "Katanya suka tapi pas ketemu berantem mulu."
"Ya gimana gak berantem kalau dia nyebelin gitu."
Theana menggeleng bingung. Dia jelas tahu Eliza maupun Indra memiliki perasaan satu sama lain, terlebih mereka adalah mantan kekasih.
Theana berharap suatu hari jika dia bertemu jodohnya hubungan mereka akan lebih baik dan tidak ada aksi pertengkaran.
Tak terasa waktu menunjukkan saatnya untuk makan siang. Karena terlalu fokus dengan pekerjaan membuat Theana tidak menyadari itu.
"The, ayo makan siang!"
Theana melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 12 siang. "Ayo."
"Kamu tahu gak The, tadi waktu aku ke toilet aku gak sengaja dengar kalau CEO kita akan diganti."
"Hah kamu serius? Pak Wirya akan diganti."
Theana terkejut sekaligus merasa senang, entahlah bukan karena dia tidak suka Pak Wirya tetap di sini tapi karena dia takut dengan ancamannya tadi pagi, jadi kalau benar Pak Wirya akan diganti itu artinya dia masih bisa bertahan lebih lama di perusahaan ini.
"Iya, tapi kamu jangan senang dulu," peringat Eliza yang membuat Theana langsung menatap bingung. "Pak Wirya memang akan diganti, tapi dia akan tetap bekerja di perusahaan ini, dan tentu saja dengan turunnya jabatan Pak Wirya dia menjadi lebih banyak waktu untuk memperhatikan tingkah karyawannya."
Theana memberi tatapan horor dengan ludah yang terasa sulit untuk tertelan. "Itu artinya? Mau gak mau aku akan dipecat besok atau lusa! Aku gak mau El."
"Makanya besok kamu jangan telat, karena besok kita akan menyambut kedatangan CEO baru kita."
Tapi bagaimana caranya? Theana tahu jelas jika kehidupannya selalu diliputi dengan kesialan, dalam satu bulan ini dia sudah terlambat lebih dari sepuluh kali tapi Theana merasa aneh karena masih diterima bekerja.
"Wah, lihat Tuan Putri Pembawa Sial kita datang."
Serentak semua yang ada di sana menoleh, yang tadinya mereka fokus pada makanannya dan juga acara rumpi masing-masing kini terpusat pada Theana dan Eliza yang baru datang.
"Jaga mulu kamu Keyra! Theana bukan pembawa sial," sahut Eliza emosi.
"Ups, ada macan ngamuk," ledek Keyra.
"Mau kamu apa? Kita berdua lapar mau makan, jadi minggir." Theana kesal karena Keyra yang terus-terusan mengganggunya.
"Mau aku? Jelas aku mau kamu keluar dari kantor ini. Aku heran kamu sudah melakukan banyak sekali pelanggaran tapi kamu masih tetap bisa berada di sini."
"Lalu apa masalah kamu? Kamu iri? Kalau begitu coba saja kamu buat banyak pelanggaran seperti aku."
Tatapan benci Keyra lontarkan. "Aku curiga kamu menjual tubuh kamu kan pada para atasan supaya kamu tetap bisa bekerja di sini!"
Mendengar tuduhan Keyra membuat Theana geram. Dia dengan tanpa ragu menampar wajah Keyra.
"Jaga mulut kamu! Aku bukan orang yang rela menjual diri hanya demi harta!"
"Berani kamu nampar aku!" Teriak Keyra emosi dan ingin membalas tamparan Theana.
Namun belum selesai keinginannya Theana sudah menahan tangan Keyra cepat sebelum tangan itu melukai pipi mulusnya.
Keduanya saling bertatapan tajam tanpa ada yang mau mengalah.
"Dasar pelacur!"
"Jaga mulut kamu aku bilang!"
Dengan napas yang menggebu-gebu Theana mendorong Keyra hingga tersungkur.
Keyra yang tidak ingin mengalah pun berdiri dan menarik rambut Theana kencang. Keduanya saling tarik satu sama lain.
Sementara yang lainnya bingung harus melerai mereka karena keduanya sudah sama-sama dibakar emosi sehingga tidak menghiraukan ucapan yang mencoba menenangkan mereka.
"Theana udah ... aduh ... The, kamu bisa dipecat, udah The." Eliza berteriak mencoba memberitahu Theana resiko jika dia akan dipecat detik ini juga.
"Seru uy," celutuk Indra bersedekap di samping Eliza.
"Seru matamu! Kamu harusnya pisahin mereka bukannya nontonin!" Bentak Eliza emosi.
"Yau-"
"ADA APA INI?!"