Pagi ini Theana kembali melihat Keyra bersama pria yang kemarin. Theana tersenyum lebar saat Keyra masuk setelah berpamitan dengan pria itu.
Theana pura-pura menabrak pria itu. "Maaf-maaf."
"Ah? Gak apa-apa, " jawab pria itu sambil meneliti penampilan Theana. "Kamu kerja di sini?"
"Iya, terus kamu?" tanya Theana pura-pura tidak tahu jika pria itu mengantar Keyra.
"Aku? Oh, Cuma mampir sebentar soalnya ada keperluan."
Theana hanya berohria.
"Ngomong-ngomong nama aku Yudis, kamu?"
"Aku Theana, salam kenal."
"Salam kenal juga cantik. Oh iya, aku boleh minta nomor kamu? Ya siapa tahu kita bisa menjalin pertemanan ... Kalau bisa sih lebih dari teman."
Theana cengengesan. Dalam hati dia mengernyit karena pria bernama Yudis itu terlihat seperti tidak tahu malu. Tapi mengingat rencananya Theana hanya mengangguk mengiyakan dan membacakan nomor teleponnya.
"Terima kasih ya, nanti aku telepon," ucap Yudis dan kemudian pergi dengan menaiki motornya.
"Iii," ucap Theana bergidik geli.
"Wah, kamu berhasil. Tapi bagaimana kalau aku memberitahukan ini pada kekasih pria itu?"
Theana menemukan sosok Aresh berdiri angkuh di sampingnya dan menatapnya dengan seringai licik yang sangat Theana benci.
"Jangan ikut campur! Semua ini gak ada urusannya sama kamu," ujar Theana tidak suka.
Theana tidak peduli jika pria itu adalah bosnya yang jelas dia terlanjur benci dan tidak bisa bersikap baik seperti layaknya karyawan pada atasan.
"Memang gak ada urusannya sama saya, tapi saya lagi bosan dan ingin bermain. Gak apa-apa kan?"
"Kamu sangat licik!"
"Sama seperti kamu yang menggoda pacar orang."
"Sebenarnya apa mau kamu? Aku gak mau berurusan sama kamu! Semenjak ada kamu semua jadi tambah rumit!" seru Theana.
"Theana Akira Gabriel," ucap Aresh pelan.
Theana terkejut karena Aresh tahu nama panjangnya, nama yang tidak banyak orang tahu. "K-kamu?"
"Menikahlah dengan ku."
Theana bertambah terkejut mendengar permintaan tidak masuk akal dari Aresh. "Kamu gila!?"
"Aku punya semua data pribadi kamu, coba bayangkan jika semuanya tersebar."
Theana menatap Aresh takut. Laki-laki ini sangat licik hingga Theana dibuat tidak berkutik.
"Kasih saya jawaban besok pagi," ucap Aresh lagi.
"Tu-tunggu!" seru Theana namun Aresh tak menghiraukan. "Aish! Masalah lagi."
Theana mengejak Aresh dan menarik tangan pria itu supaya berhenti. "Tunggu sebentar."
"Aku bilang jawab besok pagi bukan pagi ini," ucap Aresh membuat Theana kesal.
"Apa kamu sedang mabuk? Kita bahkan baru kenal dan kamu seenaknya mengajak aku untuk menikah?!"
"Apa salahnya? Di luar sana banyak perempuan yang menginginkan aku menjadi pendamping hidupnya."
"Tapi aku gak! Aku masih waras untuk menerima pria licik macam kamu!"
"Kamu menolak? Gak apa-apa tapi aku gak akan minta maaf kalau sekua orang tahu siapa kamu sebenarnya," ancam Aresh.
Theana semakin dibuat pusing dan tidak diberikan pilihan. Theana takut jika Aresh nekat dan menyebarkan identitas aslinya.
"Oke, aku mau menikah dengan kamu." Theana menutup mata saat karyawan di sana menoleh dan sepertinya mendengar ucapannya.
"Padahal kamu punya waktu satu hari untuk berpikir."
'Satu hari huh? Untuk apa kalau kamu akan tetap memaksa dengan mengancam aku.'
"Baiklah karena kamu sudah terima, dan semua yang ada di sini menjadi saksinya. Satu minggu lagi kita akan melangsungkan acara pernikahan dan saya mengundang semua karyawan tanpa terkecuali!"
Rasanya Theana ingin tenggelam saja ke dasar laut. Aresh benar-benar membuatnya malu.
"Sekarang semua bubar dan jangan lupa untuk informasikan pada karyawan lain yang belum tahu."
Kerumunan itu berhamburan pergi ke tempat masing-masing dan kini tersisa Aresh dan Theana.
"Kamu menyebalkan," ucap Theana penuh kebencian.
"Jangan banyak omong, kembali bekerja calon istriku."
"Ish!"
*
"Selamat ya Theana, saya tidak menyangka kamu akan segera menjadi Nyonya Wijaya," ucap Pak Wirya semangat.
"Hehe." Theana tertawa canggung.
"Kamu sangat beruntung, andai Pak Aresh mau sama aku," sahut salah satu karyawan wanita di sana.
"Mimpi kamu!"
"Haha, apa salahnya bermimpi. Lagipula dibandingkan sama Theana aku jauh lebih cantik."
Theana hanya mendengarkan tanpa ada niatan untuk menyahut perdebatan mereka. Lagipula Theana tidak mau kok menjadi calon istri Aresh jadi kalau mau perempuan itu bisa meminta langsung untuk Aresh melamarnya.
"Pintar juga kamu menggoda Pak Aresh sampai dia berani melamar kamu di depan semua orang." Keyra menatap tidak suka pada Theana. Ia merasa Theana tidak pantas menerima semua itu.
"Aku gak menggoda dia," tegas Theana
"Gak menggoda gimana? Kemarin dengan tegas Pak Aresh bilang gak tertarik sama kamu dan tiba-tiba hari ini dia melamar kamu. Bagaimana ... Cara kamu menggoda pria seperti Pak Aresh?"
"Aku bilang aku gak pernah menggoda dia!" teriak Theana marah.
"Dasar udah ketahuan masih saja membela diri," decih Keyra.
"Keyra kamu bisa diam gak? Jaga ucapan kamu! Kemarin Pak Aresh sudah mengingatkan jangan kamu ulangi!" ucap Eliza yang tidak tahan Theana terus dipojokkan.
"Aku berhak berpendapat, kalau dia ... Menjual diri pada Pak Aresh." Keyra tersenyum sinis. "Oh? Apa kamu hamil makanya Pak Aresh mengajak kamu nikah?"
Plak!
"Aku udah cukup sabar dengan semua omong kosong kamu! Kamu gak tahu apa-apa jadi cukup diam dan jangan ikut campur!"
Theana pergi dengan napas menggebu-gebu. Dia harus bertemu Aresh untuk meluruskan kesalahpahaman ini. Theana tidak mau hanya karena perkataan Keyra semua orang akan menganggapnya begitu.
Theana membuka pintu ruangan Aresh dengan kasar. Dia tidak peduli lagi dengan tata krama.
"Kebetulan kamu ada di sini, kamu ikut aku untuk bertemu klien," ucap Aresh tidak peduli jika Theana sedang menahan amarah.
"Aku mau pernikahan kita dibatalkan!" tegas Theana.
Aresh menoleh cepat. "Kamu jangan main-main Theana!"
"Aku gak main-main! Karena kamu sekarang semua menganggap aku menggoda kamu!"
Aresh sudah menduga permintaannya akan menjadi masalah bagi Theana. "Biar Bayu menyelesaikan masalah itu dan kamu ikut aku."
Bayu yang diberi perintah segera undur diri.
Aresh menggandeng Theana dan sepanjang koridor melirik pada keduanya.
"Kita mau ke mana?" tanya Theana.
"Nanti juga kamu tahu," jawab Aresh yang membuat Theana semakin ingin tahu.
Selama perjalanan Theana melirik Aresh yang menyetir dan fokus pada jalan. Sudah puluhan menit tapi tidak ada yang membuka suara.
Beberapa saat kemudian mobil berhenti di sebuah rumah yang terlihat besar dan mewah. Theana menatap Aresh terkejut.
"Ayo masuk," ajak Aresh menggandeng Theana namun langsung ditepis.
"Maksud kamu apa?"
"Apa? Aku ada janji di sini, jadi ayo masuk."
"Gak! Kamu sudah merencanakan ini kan? Apa kamu sekongkol dengan mereka?" tanya Theana yang sangat marah.
"Sekongkol apa?"
"Jangan pura-pura gak tahu!"
Aresh menghela napas melihat Theana. "Mereka hanya ingin bertemu dengan kamu."