Dengarkan saya bicara," tegas Aresh. "Kamu orang pertama yang berani mempermalukan, jadi sesuatu terjadi pada kamu jangan salahkan saya."
"Kamu mengancam saya?"
"Saya tidak mengancam ... Kalau kamu pikir itu sebuah ancaman itu terserah kamu."
Theana menatap pria itu tajam. "Saya tahu kamu punya kuasa, kamu mampu merusak kehidupan saya tapi ... Saya tidak akan pernah merasa takut."
"Bagus kalau kamu tidak takut," ucap Aresh puas.
Theana mengepalkan tangan menahan gejolak amarah. Jika boleh jujur Theana merasa takut dengan ancaman Aresh namun dia sengaja tidak menunjukkan karena Theana tahu jika Aresh akan merasa puas melihatnya ketakutan.
"Kamu hanya laki-laki pengecut yang suka bermain dengan orang-orang miskin seperti saya, apa kamu pikir dengan kamu memiliki banyak uang bisa membuat semua orang tunduk pada kamu? Gak!"
Aresh menatap tidak suka pada Theana. Ia merasa tersindir dengan ungkapan gadis itu.
"Minta maaf pada saya sekarang karena kamu berani berkata seperti itu pada saya ... atau kamu akan menyesal," ancam pria bernama Aresh itu.
Namun Theana sama sekali tidak takut. Dia menatap tajam pria sombong itu. "Dih, emang kamu siapa nyuruh-nyuruh saya?"
"Saya bilang minta maaf atau kamu menyesal!"
"Apa-apa? Menyesal? Hahaha ... kamu dengar ya, Saya gak mau minta maaf sama kamu dan saya gak akan pernah menyesal! Camkan itu!"
Theana meninggalkan Aresh dengan senyum puas tanpa mau susah payah untuk berterima kasih karena pria itu sudah mau mengantarnya.
"Bayu, cari informasi tentang gadis itu," pinta Aresh seraya menatap Theana dengan smirk.
"Apa yang akan Anda lakukan padanya Tuan?"
"Kamu gak perlu tahu, tugas kamu cukup cari tahu informasi tentang dia."
"Baik Tuan."
Aresh dan Bayu meninggalkan pekarangan tempat tinggal Theana. Karena Aresh merasa sudah terlambat untuk mendatangi cafe tempat perjanjian pun Aresh yang malas bertemu orang-orang di sana ia meminta Bayu untuk kembali ke rumah.
"Gadis itu, aku seperti pernah melihatnya," gumam Aresh seraya melangkahkan kaki menuju kamarnya yang terletak di lantai dua.
Sampai di kamar Aresh mencoba mencari data Theana, meski ia sudah menyuruh Bayu tapi tidak ada salahnya dia ikut mencari.
Ctek!
"Ooh? Ternyata dia, pantas saja aku seperti tidak asing dengan wajahnya," seru Aresh dengan mata yang memindai isi data dari Theana.
Bunyi ketukan pintu membuat Aresh menoleh dan berjalan untuk membuka.
"Data yang Anda minta Tuan," ucap Bayu menyodorkan map pada Aresh.
"Kerja bagus, kau boleh pergi."
Setelah Bayu pergi Aresh menatap map itu dengan seringai, dan setelahnya dia menutup pintu.
"Ck, ck, ck, kisah yang sangat menyedihkan."
Aresh mombolak balik kertas itu dan membaca dengan teliti dan tidak ingin satu kalimat saja yang terlewat.
"Ternyata kau bekerja di sana? Ini semakin menarik," gumam Aresh.
Setelah semalaman Theana berpikir panjang lebar tentang masa depannya, akhirnya dia pasrah untuk dijadikan Office Girl yang terpenting dia tetap bekerja.
Saat ini Theana tengah mengepel lantai dengan sesekali senandung keluar dari bibirnya. Hah ... ternyata menjadi Office Girl tidak semenyebalkan itu.
Buktinya hari ini dia tidak bangun terlambat dan untuk pertama kalinya dia mendapat sanjungan dari teman sekantornya karena ia tidak terlambat, bahkan Pak Wirya pun tak ketinggalan untuk memujinya.
"Theana setelah selesai tolong kembalikan alat pelnya ke gudang. Sebentar lagi CEO baru kita akan datang, saya harap kamu tidak membuat masalah!"
"Siap Pak!" Seru Theana
"Hah, akhirnya selesai juga," ucap Theana seraya mengusap keringat di keningnya. Dengan napas ngos-ngosan Theana bersandar di dinding untuk sedikit mengistirahatkan tubuhnya yang sudah letih.
"Hari pertama saja sudah semelelahkan ini," gumamnya.
Setelah merasa lebih baik Theana kemudian ke gudang untuk menaruh alat pel yang ia gunakan.
Sebentar lagi CEO baru akan datang dan Theana tidak mau CEO itu mengomentarinya karena pekerjaannya yang terbilang lambat.
Dengan tergesa-gesa Theana menenteng pel sampai dia tidak sadar ada lantai yang masih basah dan licin hingga dia tersungkur.
"Aish! Sakit," ucap Theana seraya mengusap sikunya yang sedikit lecet.
Merasa ada yang memperhatikan Theana mendongak dan menemukan teman sekantornya yang membeku.
Theana menatap bingung. Bahkan Pak Wirya pun terlihat menakan amarah.
"The-an-a!" seru Pak Wirya yang membuat Theana merasa ketakutan.
Theana mengalihkan tatapannya yang penting tidak menatap wajah menyeramkan Pak Wirya, sampai matanya tidak sengaja melirik seorang pria yang tidak asing.
"Kau?!" seru Theana marah. "Apa yang kau lakukan di sini?"
"Menurutmu apa?" tanyanya sambil mengusap bajunya yang basah akbiat air pel yang Theana bawa.
Theana mencoba memikirkan tujuan kedatangan pria itu. Apa dia datang kemari untuk menepati ucapannya kemarin? Apa dia benar-benar akan menghancurkan hidup Theana?
"Kamu datang ke sini hanya untuk mengancamku lagi kan? Aku tidak takut," seru Theana berusaha menahan suaranya yang bergetar.
Pemuda itu yang ternyata adalah Aresh Wijaya yang baru Theana temui kemarin dan berakhir dengan pertengkaran kini tersenyum sinis.
"Kamu salah, aku di sini tidak ada sangkut pautnya dengan kamu. Kalau kamu memang sangat ingin tahu, kamu bisa tanya pada Pak Wirya."
Theana menoleh takut-takut pada Pak Wirya. Wajah Pak Wirya benar-benar menyeramkan sampai-sampai untuk menelan ludahnya saja sangat susah.
"Saya sangat menyesal memberi kamu kesempatan, kamu benar-benar sangat membuat malu dan kecewa!" bentak Pak Wirya dengan kekesalan menggebu-gebu. "Asal kamu tahu dia ... Adalah CEO baru di perusahaan ini dan kamu berani mempermalukannya!"
Deg.
Tubuh Theana kaku seketika. Selesai! Selesai sudah!
"KAMU SAYA PECAT! DAN SAYA TIDAK AKAN MEMBERIKAN KAMU KESEMPATAN LAGI!"
Suara Pak Wirya menggelegar di tengah keheningan. Theana tersentak dan hanya mampu bungkam.
Sepertinya lebih baik ia dipecat saja daripada harus memiliki bos seperti Aresh, ditambah lagi dia juga malu saat semua karyawan melihat dirinya dipecat secara tidak terhormat.
"Baik, terima kasih karena Bapak pernah menerima karyawan seperti saya."
Theana berjalan pelan melewati barisan teman sekantornya dengan kepala yang tertunduk malu.
"Tunggu!" seru Aresh membuat Theana menghentikan langkahnya seketika.
"Ada apa Pak?" tanya Pak Wirya takut jika atasan barunya itu melakukan sesuatu yang berbahaya.
"Theana, kamu bisa bekerja di sini dan kembali ke jabatan kamu yang sebenarnya," lanjut Aresh mengabaikan pertanyaan Pak Wirya.
Perkataan Aresh membuat semua yang ada di sana terkejut. Padahal Aresh sudah dipermalukan tapi dia masih berbaik hati untuk menerima Theana untuk kembali bekerja di sini.
"Anda serius Pak?" tanya Pak Wirya di sela rasa terkejutnya.
"Saya serius. Theana Akira, kamu mulai hari ini kembali ke pekerjaan kamu yang semula ... Dan semuanya bisa membubarkan diri."
Setelah mendapat perintah dari bos mereka kembali ke ruangan masing-masing sambil membicarakan perihal kejadian tadi.
"Maksud kamu apa?" tanya Theana.
Aresh tidak menjawab dan meninggalkan Theana.
"Ish! Menyebalkan, sebenarnya apa yang dia rencanakan? Aku gak percaya kalau dia sebaik itu, pasti dia merancanakan hal licik untuk aku."