Hanya guru Lin dari kelas empat yang berdiri. Dia adalah mahasiswa doktoral yang baru saja lulus dua tahun lalu. Tahun ini adalah pertama kalinya dia menjabat sebagai guru kelas siswa tahun ketiga di SMA. Dia dikucilkan oleh tiga guru kelas lainnya di kantor.
Sambil memegang kacamata, guru Lin bertanya dengan lembut, "Qin Sheng, apakah kamu ingin bergabung dengan kelas empat kami?"
Qin Sheng mengangguk, "Aku akan bergabung dengan kelas empat."
"Oke, Qin Sheng akan berada di kelas empat." Ketua pengaturan kelas mengangguk puas, "Sekarang kamu bisa menyelesaikan prosedur pendaftaran denganku."
Begitu Qin Sheng dan ketua pengaturan kelas pergi, guru Liang berkata dengan nada mengejek, "Memungut sampah."
Dua guru kelas lainnya juga mengejek guru Lin.
"Guru Lin, jika kamu menerima Qin Sheng, nilai rata-rata kelasmu mungkin akan sangat menurun."
"Guru Chen, apa yang kamu katakan salah. Kelas empat adalah kelas terburuk. Murid-murid miskin berkumpul di sana. Satu Qin Sheng lagi tidak akan membuat banyak perubahan. Mereka semua sama."
"..."
Guru Lin menundukkan kepalanya dan mengoreksi tugas siswa dengan serius, melingkari kesalahan siswa satu per satu, lalu menambahkan komentar.
Beberapa guru lainnya yang tidak mendapat respon, jadi bosan, kemudian menyibukkan diri dengan urusan mereka masing-masing.
***
Setelah menyelesaikan prosedur pendaftaran, Qin Sheng dan guru Lin masuk kelas empat bersama-sama.
Guru bahasa Mandarin yang ada di kelas mengangguk lalu meninggalkan kelas.
Melihat guru Lin, kelas empat yang berisik langsung menjadi tenang. Terlepas dari kelembutan guru Lin, dia sebenarnya adalah guru yang sang menakutkan.
Sesekali seorang siswa akan diajak ke kantornya untuk minum teh.
Ketika kembali, mereka semua membicarakan guru Lin dengan ekspresi ngeri.
Ketika guru Lin muncul, mereka semua menjadi siswa-siswi yang patuh.
Tatapan mereka langsung tertuju pada gadis yang berdiri di samping guru Lin. Gadis itu berdiri dengan tenang, tapi dia tampak begitu bersinar, seketika dia menjadi pusat perhatian.
Setelah memperkenalkan Qin Sheng, Guru Lin pergi.
Qin Sheng duduk di kursinya sambil menopang dagu dengan satu tangan, dan membolik-balik buku teks dengan tangan lainnya dengan malas.
Dia mempelajari sains. Selagi dia mau, dia bisa saja mendapat nilai bagus pada mata pelajaran matematika, biologi, kimia dan fisika. Hanya saja dia lemah pada beberapa mata pelajaran, dan wajar jika dia tidak bisa mata pelajaran bahasa Inggris.
Namun, di saat-saat terakhir hidupnya, karena harus mempelajari bisnis Internasional, dia belajar bahasa Inggris selama beberapa tahun. Hingga akhirnya dia punya aksen bahasa Inggris yang bagus.
Sekarang, bisa dikatakan bahwa bahasa Inggris adalah salah satu pelajaran kesukaannya.
Guru bahasa Mandarin menjelaskan di depan kelas dengan fasih. Kelopak mata Qin Sheng menjadi semakin berat, tidak lama dia tertidur di atas meja.
Lima atau enam tahun yang lalu terakhir kali dia mengikuti kelas, dan sekarang saat dia berada di kelas lagi, dia seperti mendengarkan biksu yang sedang melafalkan panji-panji.
Menjadi hal yang biasa bagi siswa kelas empat ketika tidur di dalam kelas, guru-guru pun tidak dapat mengontrolnya. Sebenarnya, mereka tidak peduli terhadap siswa yang sedang tidur. Qin Sheng pun tidak mengganggu kelasnya jadi guru bahasa Mandarin membiarkannya.
Kelas bahasa Mandarin berlalu dengan cepat. Bunyi bel saat jam pelajaran berakhir membangunkan Qin Sheng.
'Pak, pak.'~ Seorang anak laki-laki yang terlihat keras kepala berjalan ke arah Qin Sheng dan memukul mejanya.
Qin Sheng menatapnya dengan ringan, "Ada apa?"
Kemarahan Lin Feng muncul, "Teman sekelas baru, kamu sangat arogan."
Dia adalah bos di kelas ini. Kehadiran Qing Sheng membuatnya merasa iri. Dia merasa bahwa posisinya sebagai bos di kelas ini menjadi tidak aman. Meskipun Qin Sheng tampak luar biasa dan memenuhi standar seorang dewi dalam mimpinya, tapi dia tetap saja merasa Qin Sheng ini tidak enak dipandang.
Qin Sheng mengalihkan tatapannya kemudian membuka buku teksnya.