Fajar kemudian duduk di atas pasir sembari mengarahkan pandangannya lepas ke lautan. Sementara hal yang sebaliknya dilakukan oleh Bulan. Ia terlalu antusias dengan keadaan yang saat ini sedang ia nikmati, pemandangan yang sangat jarang terlihat bahkan sempat Ia juga merupakan dongeng semata dari orang-orang yang mengarang sebuah cerita. Bulan tak henti-hentinya berlari-lari kecil menghambur-hamburkan pasir dari genggamannya. Ia bertindak seolah-olah seperti anak kecil yang baru bertemu dengan mainan baru atau baru berkunjung ke tempat baru. Fajar hanya menggeleng-gelengkan kepala sembari tersenyum ke arah Bulan karena melihat tingkah laku orang yang baru ia kenal seperti anak kecil.
Bulan sama sekali tidak memperdulikan keberadaan dari Fajar. Ia juga sama sekali tidak memperdulikan pandangan Fajar kepadanya terlebih mereka baru saja kenal dan dikenalkan oleh ibunya Bulan. Bulan bersikap acuh karena ia ingin menikmati suasana di tempat tersebut dengan lepas tanpa merasa canggung atau merasakan kehadiran dari siapapun yang membuatnya merasa sungkan. Barulah ketika ia merasa lelah dan sudah puas berlari-lari dan berteriak-teriak melepaskan semua beban kepanasannya ia kemudian menghampiri Fajar Dan duduk di sampingnya.
"Udahan kamu lari-larinya? Kenapa berhenti Aku mau lihat kamu begitu menikmati suasana yang ada di tempat ini bahkan sampai kamu berlari-lari dan berteriak-teriak seolah-olah kamu baru melihat tempat sebagus ini. Aku yakin beban pikiranmu sangat amat besar dan sangat amat berat sampai-sampai kamu merasa ketika melihat tempat sesunyi ini dan sebagus ini kamu langsung berteriak-teriak seolah-olah mengeluarkan semuanya," ujar Fajar ketika melihat Bulan duduk di sampingnya menemaninya menatap ke arah laut lepas.
"Aku capek kalau terus-terusan berlari-lari. Takutnya nanti kalau kecapean malah nggak bisa pulang bawa mobil perjalanan dari sini ke rumahku cukup jauh. Aku nggak bisa menghabiskan semua tenaga aku di sini. Memang bebanku sangat amat berat terlebih pekerjaanku yang membuat kepalaku begitu pening kadangkala. Tapi kurasa untuk esok menyambut hari aku sudah siap. Aku harus mengucapkan banyak terima kasih kepadamu Fajar meski kau baru ku kenal Tapi kau sudah membuatku bahagia dengan mengajakku seperti ini. Terima kasih banyak untuk semuanya," kata Bulan sembari melempar senyum kepada Fajar.
"Aku hanya melakukan apa yang ibumu perintahkan. Syukurlah kalau Setelah dari sini kamu merasa sudah siap untuk menjalani harimu yang berat. Aku sering menghabiskan waktu di sini ketika merasa dunia tidak baik-baik saja ataukah sedang ingin sendiri saja menikmati kesunyian dan keheningan di tempat ini. Kapanpun kamu mau aku bisa mengantarmu ke sini Tapi itu pun jika kondisinya Aku sedang tidak sibuk."
"Berarti aku bisa datang ke sini kapan pun aku mau ketika aku berada di tempat ibu?"
Fajar mengangguk tanda setuju.
"Wah aku jadi tidak sabar motong habiskan lebih banyak waktu ku di tempat ini. Aku yakin setiap waktuku berkunjung ke tempat ini akan selalu menjadi momen-momen yang istimewa dan spesial. Aku pasti selalu merasakan ketenangan jiwa dan ketenangan hati ketika berkunjung ke tempat ini. Aku jadi tidak sabar untuk mengunjungi tempat ini untuk kedua kalinya. Oh ya, tadi kamu mengatakan kalau misalnya kamu bisa sibuk sewaktu-waktu. Memangnya Apa yang kamu kerjakan di tempat seperti ini? Maaf bukan bermaksud untuk menyinggung atau apapun tapi aku hanya ingin bertanya."
"Memangnya Apa yang kau lakukan di kota? Kau bekerja untuk sebuah perusahaan? Kau memiliki kendaraan? Ruangan pribadi dan meja kerja pribadi? Kau memiliki atasan yang sering memberikanmu pekerjaan dan tekanan yang bertubi-tubi?" tanya Fajar.
"Iya, aku bekerja di kota. Aku bekerja di salah satu perusahaan besar dan ternama di kota. Posisiku di sana lumayan penting tapi aku tidak bisa memberitahumu. Aku memiliki ruangan pribadi juga dan memiliki meja kerja pribadi juga. Bekerja di perusahaan yang besar ternama di kota tentu memiliki tekanan yang banyak terlebih dari atasanku. Atasanku kerap memberikan pressure yang begitu berat aku terus dikejar-kejar oleh pekerjaannya terus-menerus menumpuk tanpa pernah berkurang."
"Oh jadi di kota sana kau merupakan orang yang penting di sebuah perusahaan, ya?"
"Aku tidak mau menyombong tapi bisa dikatakan seperti itu."
Fajar mah ngangguk-ngangguk selepas mendengarkan penjelasan dari Bulan. Ia sama sekali tidak menunjukkan ekspresi kalau dirinya merasa risih dekat dengan Bulan yang memiliki jabatan tinggi dan posisi penting di perusahaannya. Ia bahkan cenderung biasa saja dan terkesan santai menanggapinya sama sekali tidak tersulut untuk kembali menyombongkan dirinya kepada Bulan.
"Dari tadi kamu tanya aku terus. Giliran pertanyaanku belum kamu jawab."
"Memangnya kamu bertanya apa sama aku? Aku sampai tidak memperhatikan. Perhatianku sudah terfokus ketika melihat seorang wanita yang berlari-lari layaknya anak kecil sambil berteriak-teriak seperti orang yang baru bebas dari sebuah penjara."
"Kamu bisa aja, ya, meledekku!" Bulan menepuk ringan pundak Fajar.
"Layaknya kamu yang memiliki pekerjaan dan kesibukan di kota. Aku juga memiliki kesibukan di sini. Aku bekerja untuk alam. Kantorku adalah pantai meja kerja pribadiku kadangkala di batuan karang kadangkala juga di atas pohon kelapa tapi tak jarang di atas pasir. Aku memiliki atasan yaitu ibu dan bapakku. Aku bekerja sesuai perintah mereka kalau aku disuruh mengambil kelapa aku akan melakukannya. Kalau aku disuruh untuk mencari ikan di tengah laut aku pun akan melakukannya. Mungkin berbedanya adalah tekanan dari atasan. Bapak dan ibuku tidak akan menekanku layaknya atasan kepada bawahan tapi lebih kepada memacu motivasi semangat untuk melakukan lebih baik dan lebih baik dari hari ke hari."
"Jadi, kamu nelayan?"
"Bisa dikatakan seperti itu juga bisa dikatakan tidak. Aku tidak memiliki pekerjaan yang tetap sehingga tidak bisa disebut juga sebagai nelayan. Kenapa aku membantu para nelayan yang ada di sini untuk mencari ikan di tengah laut. Aku tidak terlalu suka menekuni sebuah pekerjaan yang monoton. Aku lebih suka melakukan segala sesuatu sesuai kata hatiku. Dengan begitu aku bisa mengerjakan banyak pekerjaan dengan baik karena mengerjakannya mengikuti kata hati bukan dari paksaan atau dorongan siapapun."
"Kedengarannya Apa yang kamu lakukan sangat enak ya? Kamu bisa melakukan apapun sesuai dengan keinginanmu. Hitung-hitungan mungkin saja orang akan lebih memilih menjadi ku dengan posisi yang penting di sebuah perusahaan dengan gaji yang besar. Tapi jika mendengar dari ceritamu aku lebih nyaman jika berada di posisimu. Lebih dekat dengan alam ternyata membuat hati ini merasa lebih nyaman. Sampai aku tidak menyadari kalau ternyata kita baru saja kenal beberapa jam yang lalu. Kamu memang hebat. Seperti halnya alam yang menyajikan pemandangan yang luar biasa kamu pun melakukan tugas yang luar biasa dengan membuatku merasa nyaman dekat denganmu seperti sudah lama kenal. Aku harap kita bisa berteman ke depannya. Kamu mau kan jadi temanku?"
"Tentu. Asal kamu janji akan sesekali datang ke tempat ini mengunjungi ibumu dan tentunya mengunjungiku agar kita bisa menghabiskan waktu layaknya seorang teman."
"Setuju."
Percakapan di antara keduanya terasa begitu hangat. Mereka seolah-olah begitu akrab tak lagi ada jarak hingga terasa begitu dekat. Padahal baru beberapa jam bertemu tapi terasa seperti teman yang sudah lama saling kenal.