Chereads / SEEKING THE TRUTH / Chapter 4 - Penculikan Anak

Chapter 4 - Penculikan Anak

"Aw, siapa kau?" tanya pria itu dengan ketus sambil berusaha bangkit dari duduknya.

Tak lama dua orang anak buahnya masuk dan membantu Daniel hingga bisa melumpuhkan pria itu. Sedangkan Daniel langsung membopong Gladis dan membawanya ke rumah sakit.

"Apakah dia baik-baik saja, Dok?" tanya pria putih, bertubuh kekar itu.

"Iya, ia hanya sedikit terluka dan syok saja," balas pria berjas putih tersebut.

"Syukurlah, jika dia tidak apa-apa," imbuh Daniel dan tak lama Gladis terbangun dari pingsannya.

"Kepalaku sakit sekali," keluhnya sedikit merintih.

"Aku sedang ada di mana?" tanyanya lagi seraya mengedarkan kedua bola matanya dan memijat-mijat keningnya.

"Kau sedang ada di rumah sakit sekarang," jawab Daniel langsung duduk di sampingnya.

"Oh, iya. Kenapa pria itu bisa masuk ke dalam apartemenku?" tanya Gladis dengan intonasi yang datar.

"Kami juga belum bisa memastikan, kenapa bisa pria itu masuk ke dalam apartemenmu dan kami masih menyelidikinya! Kami berharap kau tidak usah tinggal di apartemen itu lagi untuk sementara waktu karena bisa saja anak buahnya yang lain tiba-tiba datang ke sana dan mencelakaimu," tandasnya memberi saran.

"Lalu di mana aku harus tinggal? Aku tidak mempunyai tempat lain selain apartemen itu," jawab Gladis dengan ketus.

"Bagaimana kalau kau tinggal bersamaku?" ucap pria tampan dengan manik mata yang berwarna biru sambil menatapnya tajam.

"Aku tinggal bersamamu? Mana mungkin, lebih baik aku ke hotel saja," gerutunya merasa kesal.

"Apa kau yakin akan ke hotel dan bagaimana kalau pria itu datang lagi? Suatu saat dia pasti mencarimu," ujar Daniel menatapnya dengan tajam.

"Ada baiknya, aku tinggal di rumah sakit saja," balasnya singkat.

Pada kasus berikutnya, mereka menemukan kasus baru di mana terjadinya sebuah penculikan seorang anak kecil di sebuah kota negara K City. Setelah orang tuanya melaporkan bahwa putrinya hilang di saat pulang sekolah dan sampai sekarang belum ditemukan malah mereka pun mengganti kasus yang lain. Mendengar percakapan beberapa tim, Daniel berkeinginan menangani kasus penculikan anak tersebut.

Namun, karena gagalnya menangkap pembunuh gadis dibawah umur, hal itu membuatnya diskor karena pria botak yang mereka penjarakan bukanlah pelaku yang sebenarnya dan juga bukan berkaitan dengan penyekapan gadis di bawah umur itu hingga timnya harus dibubarkan.

"Sebaiknya kau tak usah ikut campur masalah ini! Bukankah, kau telah diskor?" ujar salah satu rekan kerjanya yang begitu membencinya. Sebut saja namanya Detektive Tom.

"Aku memang diskors, tetapi sebagai anggota kepolisian aku merasa malu karena kalian tidak memiliki hati nurani kepada anak kecil, nyawa mereka sedang terancam bahaya saat ini sedangkan si Dewan itu bisa saja diculik karena kesalahannya sendiri," ketus Daniel dengan sedikit membentak dengan gayanya yang sangat arogan.

Dia menjatuhkan satu kursi kerja di dekatnya dan pergi dengan membanting pintu ruangan kantor. "Dasar polisi tidak ada otak!" umpatnya kesal.

Dia bersama Reno pun berinisiatif sendiri untuk mencari informasi tentang anak yang hilang itu dan selama diselidiki, mereka mendapat informasi, jika penculik itu berada di tempat sekolah anak TK tersebut. Hari itu juga, dia mencoba mengintai dan memakirkan mobilnya tepat di halaman depan sekolah untuk mengecek apa yang terjadi sebenarnya, namun hari itu pencarian mereka tak membuahkan hasil seolah si penculik itu tahu bahwa dia sedang diincar. Akhirnya dia memutuskan untuk pulang.

Memasuki apartemennya dan di sana dia mendapati Gladis yang sedang duduk santai sambil menonton televisi. "Kenapa kau begitu murung?" tanyak Gladis menatapnya.

"Hari ini, aku gagal mendapat informasi dan menangkap penculik anak yang hilang itu," jawabnya sambil duduk di sebelah Gladis.

"Haruskah aku ikut membantumu besok?" tanya Galdis balik menatap Daniel.

"Bukankah kau ada tugas menjadi polisi lalu lintas?" tanya Daniel balik menoleh ke arahnya.

"Tidak, besok aku libur. Bila kau mengijinkan, aku sangat ingin sekali bergabung di tim detektif kalian," ucapnya dengan tersenyum.

Proa beriris mata biru itu tersenyum dan menjawab, "Aku bukan lagi ketua investigasi karena aku telah diskors dan timku pun dibubarkan karena si botak itu."

"Tetapi aku tidak membiarkan kasus ini dialihkan dan aku hanya membantu Ibu anak yang telah diculik itu agar putranya segera bisa ditemukan," tambahnya lagi.

"Kau telah melakukan hal yang benar, jadi Izinkan aku besok ikut denganmu," pintanya sambil membujuk Daniel.

"Apakah kau yakin ingin membantuku besok? Aku adalah seorang ketua tim yang sangat pilih-pilih dalam mencari anak buah, apalagi aku adalah pria yang kejam, apa kau bisa bertahan denganku?" tanya Daniel menatapnya serius.

"It is oke, aku suka pria yang kejam, tegas dan arogan sepertimu," jawabnya menatap balik ke arah Daniel hingga membuat pria itu terbelalak kaget dengan sikap gadis yang berumur 20 tahun lebih itu.

"Apakah kondisimu sudah mulai membaik?" tanya Daniel mengalihkan pembicaraan.

"Lumayan, aku sudah baikan! ,Maaf, jika aku merepotkanmu dan menumpang tinggal di sini," ujar Gladis merasa tak enak.

"Tak perlu minta maaf, beruntung rumahku mempunyai dua kamar, jadi kau bisa bebas melakukan apa saja di kamarmu dan jangan pernah menggangguku atau masuk ke dalam kamarku, ingat itu !" ketusnya dengan menunjuk satu jari ke arah Gladis.

"Iya, aku tidak akan masuk ke kamarmu! Bisa numpang tidur di rumahmu saja, aku sudah sangat bersyukur," jawabnya mengalihkan pandangannya ke sembarang arah.

"Baguslah, kalau begitu."

Keesokan harinya, di saat megintai penculik tersebut. Gladys meminta Daniel untuk memancing Si Penculik itu dengan seseorang anak kecil, "Aku tidak mungkin mempertaruhkan nyawa anak kecil," ucap Daniel menatap Gladis dengan tatapan nanar.

"Bukankah kau tahu, jika ingin memancing ikan kalau tidak diberi umpan tidak akan bisa kau dapatkan?" sindir Gladis meliriknya.

"Iya, aku tahu, tetapi ini bukan masalah ikan atau pancing!" seru Daniel sebal.

Melihat kedua orang itu bertengkar, Reno dapat mengambil kesimpulan, "Tapi, Pak! Apa yang Gladis katakan itu benar, dari kemarin kita tidak membuahkan hasil. Apa salahnya, jika kita memberinya umpan seorang anak kecil dan mengikutinya dari belakang," ujar Reno menatap atasannya itu.

"Tetapi apakah ini tidak terlalu berbahaya?" tanya Daniel dengan menatap kedua orang itu.

"Seharusnya sebagai ketua tim, kau bisa menjamin keselamatan anak kecil itu," ucap Galdis menatapnya tajam.

"Baiklah kalau begitu, aku kan ketua tim kalian, jadi kita akan menyuruh anak kecil tersebut untuk memancing Si Penculik itu."

Daniel paling tidak suka dipojokkan ataupun dipancing. Pucuk dicinta ulam pun tiba, akhirnya penculik itu terpancing dan ternyata orang yang membujuk anak kecil itu itu adalah seorang penjual balon dan dia memberikan sebuah permen secara gratis. Namun, siapa sangka bahwa permen tersebut ada kandungan obat tidur di dalamnya sehingga setelah memakannya anak itu langsung pingsan.

Mereka pun membawanya masuk ke dalam mobil dan di situlah tiga orang itu mengikuti mobil mereka, Reno yang telah bersiap untuk menelpon kerabatnya di bagian intelijen langsung mengonfirmasikan nomor mobil tersebut dan jangan sampai mereka lepas dari pencarian. Mengikuti penculik itu dengan kecepatan yang tinggi membuat Gladis terjatuh hingga menabrak kursi depannya, Daniel pun menyuruhnya untuk berpegangan agar tidak terjatuh untuk kedua kalinya.

Setelah 15 menit mengikuti mobil tersebut, mereka berhenti disebuah pabrik yang sudah tidak terpakai lagi , "Mau diapakan anak itu?" ketus Gladis berkomentar dan juga mulai gelisah.