Sekarang Mina bersama dengan para peserta calon ratu sedang berbaris di lapangan kerajaan. Hari ini semua peserta itu akan diajak keluar dari kerajaan untuk melihat keadaan desa-desa yang berada di sekitar kerajaan Almortaza.
Namun ini bukan hanya sekedar melihat-lihat saja, tetapi ada misinya. Mereka semua harus bisa menilai keadaan desa-desa yang mereka semua kunjungi dengan teliti dan juga mereka harus menemukan inspirasi baru untuk mengembangkan desa-desa yang mereka kunjungi.
Semua para peserta terlihat sangat antusias, tidak ada yang menampilkan ekspresi wajah tidak suka akan acara ini, tetapi berbeda dengan Mina. Gadis itu terlihat jelas diwajahnya jika ia sangat memikirkan semua misi-misi itu.
Mina takut jika justru ia akan tereliminasi di seleksi kali ini. Memikirkan apa yang harus ia buat agar desa-desa itu bisa berkembang, itu sudah membuat keyakinan terselamatkan dari eliminasi pun semakin kecil.
Tetapi keresahan Mina tidak hanya sampai disitu saja, karena semua peserta harus memilih sebuah stik kayu yang seperti sumpit yang dipegang oleh pengurus kerajaan ini yang entah itu siapa, pastinya Mina tidak tau.
Di stik itu terdapat sebuah nama desa yang akan peserta itu kunjungi. Semua sudah mendapatkan desa yang akan mereka kunjungi, termasuk dengan Mina.
Tetapi yang menjadi masalahnya bagi Mina adalah ketika semua peserta itu berbisik-bisik saat tau desa Flowering. Flowering adalah desa yang terkenal akan taman bunganya yang begitu banyak di desa itu.
Namun yang menjadi masalahnya adalah, semua warga di desa itu tidaklah ramah. Mereka semua sangat tidak suka dengan kerajaan Almortaza, terutama kepada sang Raja dan Ratu.
Mina kurang tau apa masalahnya sampai penduduk di desa Flowering tidak suka dengan kerajaan Almortaza, tetapi sepertinya hanya kesalahpahaman saja yang membuat sang Raja dan Ratu agak berjarak dengan semua penduduk di desa Flowering ini.
Kalau seperti ini jadinya, hal itu pasti akan menjadi misi tambahan untuk diri Mina sendiri.
Mina berkunjung ke desa Flowering dengan di kawal oleh lima prajurit dan tiga pelayan yang telah diutus oleh Raja dan Ratu untuk menemani sekaligus juga untuk menjaga Mina jika sesuatu hal buruk terjadi.
Setiba Mina di desa Flowering, ternyata benar jika penduduk di sini tidak seperti penduduk di desa-desa lain yang Mina lewati. Dari beberapa desa yang Mina lewati, semua penduduknya menyambut kedatangan para peserta yang akan mengunjungi desanya dengan penuh antusias.
Berbeda dengan yang Mina alami sekarang, para penduduk itu sibuk dengan urusan mereka masing-masing, tidak ada satupun yang melirik ke arah Mina. Padahal kedatangan Mina ini sangat mencolok, tetapi mereka seperti tidak perduli.
Mina tidak terlalu memusingkan hal itu, karena dirinya ini memang bukan siapa-siapa yang pantas untuk disambut kedatangannya.
Sekarang Mina harus memikirkan bagaimana caranya agar ia bisa menyelesaikan misi-misi nya nanti. Tetapi sebelum itu Mina harus mengambil hati para penduduk disini terlebih dahulu, agar mempermudah dirinya dalam menyelesaikan misinya tersebut.
Mina melangkah maju ke salah satu pedagang bunga yang sedang merapihkan bunga-bunga untuk ia dagangkan.
"Waahhh... bunga-bunga nya terlihat masih segar sekali!" seru Mina sambil melihat-lihat bunga yang tersusun di pot dengan rapihnya.
Pedagang itu menolehkan kepalanya kearah Mina dan itu hanya sekilas saja, setelah itu pedagang tersebut kembali sibuk melanjutkan aktivitasnya.
"Kalau saya boleh tau... ini bunga apa?" tanya Mina kepada pedagang tersebut yang ternyata masih mengacuhkan Mina.
Semua mata penduduk di sana tertuju kepada Mina ketika Mina mengeluarkan suaranya yang pertama kali di desa ini.
Mina melihat ke sekelilingnya dan suasana ini sangat mengganggu Mina, dimana saat kita diabaikan oleh satu orang saja itu sangat tidak enak, apalagi sekarang ia dicuekin oleh satu kampung, dan itu rasanya sangat menyakitkan.
Salah satu pelayan yang ikut bersama Mina pun yang jadinya menjawab pertanyaan dari Mina. "Itu adalah bunga kecombrang, nona Humeera."
Mina hanya menganggukkan kepalanya saja dan kembali melihat-lihat bunga yang ada di depan matanya. Pandangan mata Mina tertuju kepada tumpukan bunga-bunga yang sudah kering di bawah meja.
"Apa bunga kering itu tidak anda jual?" tanya Mina yang lagi-lagi diacuhkan oleh pedagang bunga tersebut.
"PERAMPOK!!" pekik seseorang yang membuat semua orang menoleh ke arah orang yang berteriak itu, termasuk Mina.
Para penduduk laki-laki langsung mengejar perampok yang tadi diteriakin oleh ibu-ibu tua itu. Mina yang melihat kejadian ini pun jadi juga ingin ikut berlari untuk mengejar perampok itu.
Namun baru saja melangkahkan satu langkah kaki, Mina sudah dicegah oleh ketiga pelayannya. "Nona Humeera mau kemana?"
"Saya mau bantu warga sini untuk menangkap perampok itu," jawab Mina sambil menunjuk ke arah perampok itu pergi.
"Itu sangat bahaya nona, perampok itu membawa senjata tajam," jelas salah satu pelayan itu kepada Mina.
"Saya tidak perduli, intinya saya harus bantu tangkap perampok itu," kata Mina yang kembali dicegah oleh ketiga pelayannya itu.
"Yasudah kalau begitu kalian temenin aku buat tangkap perampok nya!" kata Mina yang langsung berlari dengan cepat, agar tidak dicegah lagi oleh ketiga pelayannya itu.
Mina berlari mengejar perampok itu dengan diikuti oleh kelima prajurit dan ketiga pelayannya yang berada di belakang Mina.
Mina berlari sambil sesekali berteriak kepada perampok itu, karena tingkah Mina yang seperti ini, itu membuat para penduduk yang tadinya juga ikut bantu mengejar perampok tersebut jadi berhenti.
Disaat seperti itulah Mina memanfaatkan situasi nya dengan melepas sepatu yang Mina kenakan lalu Mina lempar sepatu itu hingga mengenai pundak sih perampok.
Perampok itu berhenti berlari ketika sepatu yang Mina lemparkan mendarat dengan sempurna di punggung perampok tersebut.
"Berani sekali kau memukul ku!" Perampok itu berbalik menghadap ke arah Mina dengan perasaan kesal karena ia di lemparkan sepatu oleh Mina.
"Balikin uang ibu itu!" Mina berhenti tepat di depan perampok tersebut yang jaraknya hanya tiga langkah kaki saja.
"Balikin uangnya?? tidak akan pernah!" kata perampok tersebut yang membalikkan badannya memunggungi Mina dan pergi, namun sebelum perampok itu pergi, Mina menarik kerah baju perampok itu hingga perampok tersebut tertarik ke belakang.
"Kembalikan uang ibu itu sekarang juga, atau kau akan aku habisin!" Mina melempar perampok itu dan membuat perampok nya jatuh ke tanah.
Jangan meremehkan tenaga Mina, walaupun dia seorang perempuan, tetapi tenaganya tidak lemah. Mina dulu semasa SMP pernah ikut ekstrakurikuler pencak silat di sekolahnya, walau hanya ikut ekstrakurikuler nya sebentar saja.
"Ahk! berani sekali kau...!" ringis perampok itu dengan berusaha kembali bangkit berdiri dan hendak menyerang Mina dengan pisau kecil yang perampok itu bawa.
Sebelum pisau kecil itu mengenai Mina, Mina terlebih dahulu menghindar dan itu membuat perampok tersebut menggeram kesal, lalu semakin mengarahkan pisau kecil itu kepada Mina dengan membabi buta.
Prajurit yang diperintahkan untuk melindungi Mina langsung menghentikan perampok itu untuk menyerang Mina dan menangkap perampok tersebut dengan diikat tali ditubuhnya agar perampok itu tidak kabur.
Sedangkan ketiga pelayan itu berdiri di depan Mina seperti tameng ketika para prajurit itu sedang melawan perampoknya sebelum diikat tali.
Mina memungut uang yang terjatuh ke tanah, uang itu adalah uang milik ibu tua yang di rampok oleh perampok itu.
Mina membersihkan uang itu dari debu sebelum memberikan uang itu kepada pemiliknya. "Ini uangnya bu." Ibu itu mengambil uangnya dari tangan Mina dan mengucapkan banyak terima kasih kepada Mina.
Mina tersenyum, akhirnya ada satu penduduk yang tidak mengacuhkannya. Dan setelah melihat ibu itu mengucapkan terima kasih kepada Mina, para penduduk lainnya yang sedari tadi hanya menjadi penonton pun mengerubungi Mina dan ikut mengucapkan terima kasih.
Awalnya prajurit dan pelayan Mina membuat jarak antara penduduk desa ini dengan Mina, namun Mina menyuruh prajuritnya dan pelayannya itu untuk tidak perlu seperti itu.
Mina tidak menyangka, ternyata dengan membantu menolong perampok itu bisa membuat satu penduduk di desa Flowering tidak lagi mencuek kan dirinya lagi.