Setelah kejadian tadi dimana Mina membantu menangkap perampok yang mengambil uang ibu tua itu saat sedang ingin membayar belanjaannya, Mina langsung diundang oleh kepala desa di desa Flowering ini untuk makan siang bersama dan Mina menerima ajakan itu dengan rasa penuh hormat.
Perampok itu dibawa ke penjara Prysona, penjara yang menampung penduduk yang berbuat jahat ke penduduk desa lainnya. Sedangkan orang penting seperti pejabat di Kerajaan atau penduduk yang melakukan tindakan kejahatan kepada anggota keluarga kerajaan, makan akan dipenjarakan di penjara bawah tanah Kerajaan Almortaza.
"Terima kasih sudah membantu menangkap perampok tadi," kata kepala desa Flowering dengan sopan.
"Terima kasih kembali, karena sudah mau menerima saya di desa Flowering ini," ucap Mina dengan menampilkan senyum andalannya.
"Sebenarnya kami penduduk di desa ini hanya membenci Raja dan Ratu Almortaza saja, tetapi setiap melihat orang yang memiliki hubungan dengan Raja dan Ratu... rasa benci itu kembali hadir dan itulah mengapa saya dan termasuk penduduk di desa ini bersikap tidak ramah seperti tadi kepada anda nona, Humeera," sekarang Mina mengerti alasan mengapa penduduk di desa Flowering tidak ramah saat pertama kali dirinya menginjakkan kakinya di sini.
Namun Mina masih tidak tau alasan apa yang membuat penduduk di desa ini bisa sangat membenci Raja dan Ratu. Dengan keberanian yang Mina punya, ia pun bertanya kepada kepala desa, harap-harap kepala desa Flowering ini mau menceritakan alasan atas kebenciannya itu. "Memangnya kalo saya boleh tau, masalah apa yang membuat anda dan penduduk di desa ini tidak suka dengan Raja dan Ratu?"
Mina menatap kepala desa sambil menahan napasnya, ia takut sekali jika kepingin tahuan nya ini malah justru menjadi sebuah masalah nantinya.
Tetapi ternyata dugaannya salah, karena kepala desa itu mau menceritakan alasan dibalik rasa bencinya kepada Raja dan Ratu. Hal itu membuat Mina bernapas lega.
"Jadi dulu..."
#Flashback On
Di sebuah desa terpencil terdengar sangat gaduh karena penuh dengan suara tangisan anak kecil, ributan orang dewasa dan juga para ibu yang sedang berusaha menenangkan anak-anak mereka yang menangis.
"Ibu, aku lapar...." Gadis kecil menangis sambil menggenggam erat ujung baju sang ibu.
"Aku juga lapar, ibu..." Gadis kecil lainnya pun juga menangis, mengadu ke sang ibu bahwa dirinya sangat lapar sekali. Namun kedua ibu gadis kecil ini hanya bisa mengusap lembut kepala sang anak, karena sang ibu juga tidak tau harus berbuat apa untuk saat ini.
"Tenang ya nak, ayahmu sedang mencari makanan untuk kamu," berharap dengan kalimat ini, sang anak bisa tenang dan berhenti menangis.
"Tapi aku sangat lapar, ibu... aku ingin makan sekarang!" rengek anak laki-laki kepada sang ibu sambil uring-uringan di atas tanah. Kalimat penenang yang ibunya ucapkan itu tidak mempan lagi untuk menenangkan sang anak.
Suasana di desa ini sangat kacau, di terpa dengan teriknya sinar mentari dan para penduduk di desa ini yang telah dilanda kelaparan pun hanya bisa menangis, terdiam dan marah.
"AARGHH!" seorang penduduk laki-laki yang berumur sekitar tiga puluh tiga tahun membanting topi jerami yang sedari tadi bertengger di atas kepalanya pun sekarang sudah tergeletak naas di atas tanah yang gersang, membuat penduduk lainnya yang berada di sekitarnya pun memusatkan perhatiannya kepada penduduk laki-laki ini.
"AKU SUDAH TIDAK TAHAN!" ucap laki-laki itu ketika ia sudah membanting topi jerami nya.
"SUDAH EMPAT HARI KITA TIDAK MAKAN DAN KATANYA SEKARANG KITA AKAN DIBERIKAN STOK MAKANAN YANG BANYAK, TAPI MANA?! DIA SEDARI TADI KITA TUNGGU TAK KUNJUNG MENAMPAKKAN HIDUNGNYA!!" emosinya sudah meluap-luap dan wajahnya memerah.
"Benar, kita tidak bisa hanya terus menunggu seperti ini jika tidak mau mati kelaparan," sahut penduduk lainnya yang merasa setuju dengan apa yang diucapkan oleh laki-laki berusia tiga puluh tiga tahun itu.
"Kita harus pergi ke Kerajaan Almortaza, lalu kita tagih janjinya itu!" seru pak tua yang disakiti oleh para penduduk lainnya yang sangat setuju dengan saran pak tua itu.
Mereka semua pun pergi keluar dari desa menuju ke Kerajaan Almortaza dengan jalan kaki. Para penduduk laki-laki membawa obor, padahal hari masih siang tetapi mereka semua membawa obor bukan untuk membantu penerangan jalan, tetapi mereka semua berniat untuk membakar Kerajaan Almortaza jika masih tidak ingin memberikan makanan kepada rakyatnya ini. Sedangkan para istri menggendong anak-anak nya yang masih kecil.
Namun ditengah perjalanan, mereka semua dihadang oleh prajurit dan pasukan berkuda. "Apa yang sedang kalian lakukan?" tanya salah satu orang yang masih berada di atas kudanya.
"Pak menteri, kami ingin menagih janji anda, yang anda bilang akan mengirimkan beras dan makanan lainnya untuk kita makan," kata pak kepala desa kepada menteri yang mengurus pemasukan makanan untuk rakyat.
"Kami akan mengirimkan makanan untuk kalian semua," ucap pak menteri itu yang membuat penduduk sangat bahagia akhirnya mereka semua bisa mengisi perut kosong mereka dengan makanan.
"Tapi tidak sekarang," tiga kata itu mampu mengembalikan ekspresi wajah sedih yang tadinya mereka semua sudah sangat senang.
"Kenapa begitu? bukankah Raja sudah janji akan mengirimkan makanan untuk kami??" tanya kepala desa yang merasa bahwa ini semua aneh.
"Stok makanan di Kerajaan juga sedang menipis, jadi kalian harus kembali menunggu," kata menteri itu yang membuat satu penduduk emosi.
"Maksudmu menunggu MATI, huh?!"
"Kami disini sudah tidak makan sejak empat hari, setidaknya berikan kami air minum untuk kami minum! kau tidak lihat anak-anak yang menangis karena kehausan dan kelaparan ini? apa Raja kalian tidak memiliki hati nurani?!" sambung penduduk yang emosi itu.
"Raja sama sekali tidak perduli dengan hal itu! jika kalian ingin makan dan minum, bersabarlah!" setelah mengatakan hal itu, mereka semua pun pergi kembali ke Kerajaan dan para penduduk hanya bisa marah-marah dan melemparkan obor yang mereka bawa.
Ini semua berawal karena menteri yang mengatur makanan telah melakukan penggelapan dana. Semua pasokan makanan yang dimiliki oleh desa Flowering telah diambil kembali oleh menteri itu dengan membawa nama Raja.
Dan desa Flowering ini adalah desa terpencil, mereka hanya menanam padi untuk memenuhi kehidupan mereka sendiri. Namun menteri itu mengambil semua bibit padi dan itu membuat penduduk tidak lagi menanam padi.
Raja sebenarnya tidak mengetahui hal itu semua, yang Raja tau hanyalah dirinya sudah memberikan pasokan makanan untuk desa Flowering, tetapi pada nyatanya itu tidak terjadi.
Sampai suatu ketika ada anak kecil yang meninggal karena kelaparan dan dehidrasi. Kebetulan juga Orion sedang melewati desa itu untuk menuju ke Almortaza.
Orion sempat terkejut saat mendengar cerita yang penduduk desa ini ceritakan. Orion juga sangat marah kepada dirinya sendiri dan juga Ayahnya yang menjabat sebagai Raja. Bagaimana bisa ada desa yang tidak terurus seperti ini?
Baru pertama kali Orion melewati desa ini dan ia melihat desa ini yang sudah terlihat tidak terurus dan itu membuat Orion mencoba mencari tau apa yang membuat desa ini menjadi seperti itu. Pasalnya desa-desa yang lainnya sangat terurus.
Setelah tau semuanya, Orion pergi kembali melanjutkan perjalanannya menuju ke Kerajaan, namun sebelum pergi, Orion memberikan sekantung bibit tanaman yang diberikan jaket tua di desa lain kepada Orion sebagai tanda terima kasih sudah mau membantunya.
Orion bilang ke penduduk desa Flowering bahwa bibit tanaman yang berada di kantung kecil itu bisa dimakan nanti jika sudah tumbuh. Orion tidak tau tanaman apa yang nantinya akan tumbuh, tetapi kakek tua itu mengatakan jika bibit di kantung ini jika ditanam dan jika sudah tumbuh nantinya bisa dikonsumsi.
"Tapi bagaimana bisa kami tanam bibit ini jika di desa ini sedang mengalami musim kemarau?" Orion sempat berpikir sejenak. Benar sekarang sedang dalam kondisi musim kemarau, dan mereka membutuhkan air untuk bercocok tanam.
Ketika Orion berpikir, tiba-tiba saja langit menurunkan tetes air dan setelah itu hujan deras. Orion dan warga lainnya tercengang karena ini mendadak sekali, tetapi penduduk itu semua tidak mau memusingkan hal ini, mereka menari-nari di bawah hujan karena merasa sangat senang. Ada juga yang menengadahkan tangannya untuk menampung air hujan agar bisa langsung diminum.
Melihat ini hatinya terasa seperti di sayat-sayat oleh pedang dan mereka tidak tau jika Orion adalah anak dari Raja Almortaza, itu semua karena Orion tidak pernah memperkenalkan dirinya sebagai Pangeran.