Setelah selesai sarapan, Mina sudah berniat untuk kembali bertanya kepada Orion. Tetapi niat itu harus Mina urungkan, karena Mina melihat Orion yang sepertinya sedang banyak urusan.
Setelah selesai sarapan, Mina melihat Orion didatangi oleh tiga orang dan mereka membicarakan suatu hal yang tampak serius jika melihat wajah mereka berempat termasuk wajah Orion. Setelah berbincang, ketiga orang itupun pergi mengikuti Orion.
"Kayanya lagi ada masalah," kata Airin yang duduk di sebelah Mina dengan pandangan yang mengarah ke Orion, sama seperti Mina.
"Sepertinya begitu," balas Mina yang pandangannya masih memandang punggung Orion sampai punggung laki-laki itu sudah tidak lagi terlihat dari pandangannya.
"Oh iya, kamu jadi kan mau ceritain alasan kenapa kamu nangis?" Airin menoleh ke arah Mina yang sekarang juga menoleh ke arahnya.
Mina tidak langsung menjawab pertanyaan dari Airin, Mina berpikir sejenak dulu untuk meyakinkan dirinya apakah keputusan yang ia ambil ini untuk menceritakan semuanya kepada Airin itu adalah suatu hal yang benar atau justru malah menjadi suatu hal yang salah.
"Jadi, tapi tidak disini," jawab Mina. Walaupun nantinya akan menjadi sebuah masalah atau tidak, tetap saja tidak ada kebohongan yang bertahan lama. Setiap kebohongan pasti akan terbongkar.
Mina melangkahkan kakinya pergi meninggalkan aula yang menjadi tempat sarapan bersama. Airin mengikuti langkah kaki Mina yang ternyata menuju ke kamarnya sendiri, bukan ke kamar Mina.
"Aku kira kamu mau ceritainnya di kamar kamu sendiri," ucap Airin sambil menutup pintu kamarnya.
"Aku pengen cerita disini aja." Mina berjalan mendekati jendela kamar Airin dan berdiri di sana sambil memandang kearah keluar jendela.
"Sebelum aku cerita ke kamu... aku mau kamu janji sama aku, Airin," kata Mina tanpa menoleh kearah Airin yang berada di belakangnya.
"Apa yang harus aku janjikan?" tanya Airin.
"Janji untuk rahasiakan semua yang aku ceritain ini nanti ke kamu, cukup hanya kita berdua aja yang tau," kata Mina yang masih memandang kearah luar jendela.
"Aku janji akan rahasiain semua yang kamu ceritain ke aku nantinya," setelah mengatakan hal itu, Mina menutup jendela kamar Airin lalu berbalik ke arah Airin.
"Sebenernya aku... bukan Humeera," kata Mina yang membuat Airin terkejut.
"Maksudnya gimana?" sepertinya Airin tampak bingung.
"Kenapa kamu bisa bukan Humeera? padahal udah jelas-jelas kalo kamu itu emang Humeera, dari mananya kamu sampai bilang kalo kamu ini bukan Humeera??" tanya Airin yang sama sekali tidak mengerti dengan apa yang Mina bicarakan.
"Apa kamu abis salah makan ya? atau kepala kamu tadi terbentur sampai kamu ngelantur kaya gini?" Mina menghembuskan napasnya dengan berat. Ia sudah menduga akan hal ini.
"Aku tidak salah makan dan kepala aku tidak terbentur apapun," ucap Mina yang berjalan menuju ke sisi ranjang tempat tidur Airin.
"Ini memang tidak masuk diakal tapi itu faktanya, fakta kalo sebenarnya aku bukan Humeera." Mina mendudukkan dirinya di pinggir kasur Airin.
"Tapi-tapi raga kamu ini... raga Humeera, jadi mana mungkin kamu bukan Humeera," kata Airin.
"Gimana ya jelasinnya biar kamu paham," kata Mina sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak terasa gatal itu.
"Jadi gini, raga aku sama raganya Humeera itu memang sama, tapi jiwa aku ini bukan jiwa yang dimiliki sama Humeera," jelas Mina.
"Jadi aku ini bukan Humeera, tetapi aku ini adalah Mina," ia sangat berharap sekali jika Airin dapat mengerti apa yang ia maksud.
"Lalu kenapa itu bisa terjadi??" tanya Airin.
"Aku sebenarnya juga kurang ngerti sama semua ini, tapi yang aku tau ini semua karena kecelakaan yang menimpa aku dan juga karena kalung ini." Mina mengeluarkan kalung pilihan yang ia sembunyikan dibalik bajunya itu.
"Itu kan kalung pilihan!" seru Airin ketika ia melihat kalung yang Mina tunjukkan.
Mina sempet terkejut ketika Airin sedikit berteriak seperti tadi dengan menyebutkan nama kalung yang ia kenakan ini. "Kamu tau kalung ini?" tanya Mina yang dijawab dengan anggukkan kepala dari Airin.
"Bagaimana kalung itu bisa ada di kamu? setau aku kalung itu tidak nyata," perkataan Airin ini membuat Mina bingung.
"Tidak nyata? maksudnya??" tanya Mina penuh penasaran.
"Semua orang tau kalo kalung pilihan itu hanya sebuah dongeng yang sudah begitu terkenal disini, tapi masih ada sebagian orang yang mempercayai bahwa kalung itu memang benar adanya, hanya saja orang yang percaya menganggap bahwa kalung itu disembunyikan oleh dewi kehidupan yang juga hanya ada dicerita dongeng," jelas Airin.
Mina hanya terdiam tidak percaya ketika mendengar penjelasan dari Airin, masalahnya bagaimana mungkin jika semua orang yang ada di sini mengira jika kalung yang ia pakai ini adalah kalung yang ada di cerita dongeng.
Tetapi Mina tetap melanjutkan niatnya untuk menceritakan kebenaran tentang dirinya ini, dan Airin juga tau jika Orion sudah mengetahui semua ini sejak awal.
Memang agak susah untuk menjelaskan semuanya kepada Airin, beberapa kali Airin selalu bertanya bagaimana bisa? dan itu membuat Mina memutar otaknya agar menemukan cara bagaimana bisa ia menjelaskan semuanya ini untuk mudah dipahami oleh Airin.
Tetapi pada akhirnya Airin pun mengerti dengan semua yang Mina jelaskan, meski ada beberapa hal yang masih membuat Airin bingung, jangankan Airin, Mina sendiripun yang mengalami hal itu juga bingung.
"Tapi kenapa tadi pagi mata kamu sembab?" Airin baru ingat, sebenarnya kan yang ingin ia dengar itu alasan kenapa mata Mina bisa sembab.
Mina sempat terdiam dan berpikir, mana mungkin ia cerita kalau dirinya ini nangis sampai matanya sembab begini itu karena ia dicium mendadak sama Orion.
Mengingat hal itu saja membuat Mina rasanya ingin menangis lagi, harusnya kan ia malu, bersemu merah seperti di film-film sama cerita di novel.
"Kok mata kamu jadi berkaca-kaca gitu??" tanya Airin panik ketika melihat kedua bola mata Mina berkaca-kaca.
"Aku tidak apa-apa, tapi tadi mata aku sembab itu karena meratapi nasib aku yang aneh ini," terpaksa Mina harus berbohong kepada Airin.
Mendengar jawaban dari Mina, Airin langsung menarik Mina kedalam pelukannya dan menepuk-nepuk pelan pundak Mina agar Mina tidak perlu bersedih lagi.
Mina hanya pasrah saja diperlakukan seperti itu, karena ini bisa mendukung akting kebohongannya.
Airin melakukan hal itu karena ia pikir apa yang Mina katakan itu benar dan Airin tau bagaimana rasanya berada di zaman yang asing ini bersama dengan orang-orang yang tidak dikenal sama sekali.
"Aku yakin pasti semua masalah yang kamu hadapin ini akan ada jalan keluarnya," kata Airin setelah melepaskan pelukannya kepada Mina.
"Kapan kamu mau bertanya lagi ke Pangeran Orion?" tanya Airin.
"Entahlah, yang pasti aku akan bertanya setelah semua urusan Orion selesai. soalnya aku tidak mau mengganggu Orion yang lagi kelihatan sibuk banget," jelas Mina.
Tetapi Mina sekarang sudah merasa sangat lega, karena akhirnya ia bisa menceritakan semua masalah yang ia pendam ini ke Airin. Itu rasanya seperti satu persatu masalah yang ada di pundaknya ini menghilang.
Dan Mina juga jadi tidak perlu bersusah payah sendirian lagi dalam mencari alasan tentang dirinya bisa ada disini, karena ada Airin yang bisa membantu Mina untuk mencari bukti-bukti itu.