"Nada, jaga ucapanmu" ucap wakil presiden Ovi yang tidak senang dengan sikap yang ditunjukkan oleh anaknya.
"Ingat kita sekarang ada di perusahaan, Nada kamu harus bisa membedakan antara urusan pribadi dan perusahaan. Masalah itu ibu yang memutuskannya, berhentilah membuat ulah disini" ucap wakil presiden dengan nada yang sedikit marah
Mendapat omelan dari ibunya Nada cemberut dan merasa dongkol. Selama ini ibunya selalu memanjakannya dan Nada tidak pernah melanggar ucapan ibunya, namun kali ini sangat terlihat jelas bahwa ibunya sangat tidak menyukai apa yang dilakukannya barusan.
"Hah, menyebalkan" ucap Nada sambil mendengus tidak senang dan memalingkan wajahnya.
"Maaf sebelumnya, apabila wakil presidan Ovi dann pemimpin redaksi Nada merasa bahwa saya tidak kompeten dalam posisi sebagai asisten pemimpin redaksi nantinya, perusahaan dapat mengaturnya untuk diisi dengan orang lain. Tidak peduli apa yang akan diputuskan perusahaan, saya akan mematuhinya." ucap Alana yang selama beberapa waktu yang lalu hanya bisa terdiam
Saat Nada menunjukkan rasa tidak sukanya pada Alana, dia menyadari beberapa hal. Hari ini dia baru saja bertemu dengan wakil presiden dan sikap wakil presiden terhadapnya secara tidak langsung menunjukkan bagaimana masa depannya di perusahaan ini. Dia harus menyiapkan mentalnya untuk lebih kuat mulai saat ini.
Alana tidak membantah bukan berarti dia bodoh. Hubungannya dengan Dito membuatnya menyadari suatu hal. Dia harus dapat bersikap tegas dan rasional.
"Wakil presiden Vio karena pemimpin redaksi Nada memiliki pendapat tentang asistennya. Apakah anda ingin mempertimbangkan merekrut orang lain?" tanya Dito
"Tidak, mari kita tetapkan putuskan seperti ini. Mulai besok ruang kerja Alana akan dipindahkan ke ruang pemimpin redaksi dan akan menjadi asisten Nada. Pemimpin redaksi Dito aku akan menyerahkan sisanya kepadamu" ucap wakil presiden
"Nada ingatlah sudah umur berapa kamu sekarang, ayo ikut dengan ibu sekarang" ucapnya kepada putrinya.
Setelah meninggalkan mandat kepada Dito, wakil presiden pergi. Selepas ibunya pergi Nada hanya bisa diam tanpa bisa memprotes apapun sambil memeloti Alana.
"Alana, Nada adalah putri kesayangan wakil presiden. Seperti yang kamu lihat barusan dia memiliki temperamen yang buruk karena itu kamu harus menjaga sikapmu dan jangan sampai membuatnya marah. Apa kamu mengerti?" ucap Dito memberikan nasehat kepada Alana.
Alana hanya menjawab dengan anggukan
"Keputusan kali ini adalah keputusan yang diambil sendiri oleh wakil presiden dan aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantumu. Aku harap kamu mengerti" kata Dito mencoba untuk memberikan penjelasan
"Iya aku tahu bagaimana kamu dan aku tak akan menyerah semudah itu" jawab Alana. Setelah itu tanpa menunggu respon Dito, Alana langsung mengambil naskah wawancaranya dan berbalik keluar dari ruangan editor. Dito hanya bisa menunduk tidak tahu harus berbuat apa melihat kepergian Alana.
Melihat raut wajah Alana yang terlihat sedih membuat Risa khawatir
"Hei apa yang terjadi?" tanya Risa khawatir
"Apakah kamu berhasil mendapatkan kenaikan gaji dan jawaban?" tanya Risa lagi
"Iya, aku dipromosikan menjadi asisten pemimpin redaksi" ucap Alana dengan lemas
"Wow ini berita yang sangat besar! Kita harus makan daging untuk merayakannya, mungkin kamu sebentar lagi akan dipromosikan sebagai pemimpin redaksi selanjutnya Alana" kata Risa dengan penuh semangat tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi
"Mungkin" jawab Alana dengan lesu. Tapi kemungkinannya dia mencapai posisi itu hampir nol, batin Alana
"Hei ada apa denganmu? kamu saat ini sudah dipromosikan ke jabatan yang lebih tinggi, kenapa kamu terlihat tidak bahagia? apakah terjadi sesuatu?" tanya Risa melihat wajah Alana yang tertunduk lesu
"Tidak, aku tidak apa-apa"jawab Alana dan memutuskan untuk tidak menceritakan masalahnya kepada Risa dan menahannya sendiri.
"Sudahlah, jangan terlalu banyak bertanya, cepat lanjutkan pekerjaanmu" ucap Alana
Risa merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan temannya ini. Dia sangat tahu bagaimana karakter Alana karena mereka berteman sejak mereka kecil. Risa tahu ketika ada sesuatu yang terjadi Alana tidak dengan mudah berbagi masalahnya dengan orang lain. Risa yakin pasti terjadi sesuatu di ruang editor tadi. Tadi dia melihat dua orang wanita keluar dari ruangan itu juga. Mereka keluar dengan wajah yang muram, terutama seorang gadis di belakangnya. Mereka terlihat memiliki karakter yang sama dengan Erika.
"Alana, jika kamu ada masalah jangan kamu pendam sendiri. Meskipun aku hanya orang biasa, aku akan selalu berada disisimu" ucap Risa sambil menepuk bahu Alana menenangkan
Mendapatkan perlakuan seperti itu dari sahabatnya membuat hati Alana menghangat dan menoleh tersenyum kepada Risa
"Jangan khawatir dan terima kasih kamu sudah menjadi sahabat dan saudara yang berharga bagiku, aku baik-baik saja" balas Alana
"Tidak, aku menyarankan kamu untuk segera menikah. Lebih baik menjadi nenek muda daripada menjadi stres di perusahaan karena pekerjaan. Aku pikir komandan Bisma merupakan pasanga yang pas untukmu" ucap Risa
Mendengar nama Bisma membuat hati Alana menghangat dan itu membuatnya sedikit tenang. Ada banyak hal yang dia inginkan, menjadi pemimpin redaksi adalah impiannya sejak dulu. Dia ingin mewujudkannya.
"Ibu mengapa kamu membuat wanita itu menjadi asistenku, aku sangat tidak menyukainya" ucap Nada dengan nada yang ketus
Nada mendengar rumor bahwa Alana adalah wanita yang seperti rubah. Dia menggunakan cara licik untuk mendapatkan sepupunya itu.
"Nada, jangan bersikap bodoh" gertak wakil presiden
"Bibimu dan aku juga tidak menyukai gadis itu. Tetapi sepupumu itu sangat melindunginya hingga bibimu tidak bisa berbuat apapun untuk itu. Karena bibimu tidak bisa menyadarkannya bukan berarti ibumu ini tidak bisa menyadarkan sepupumu itu tentang siapa wanita itu yang sebenarnya" jelas ibunya
Mendengar penjelasan ibunya membuat mata Nada berbinar seolah menangkap suatu maksud yang ibunya sembunyikan.
"Kamu baru saja kembali dari luar negeri dan kamu tidak terlalu paham mengenai urusa perusahaan. Ibu mengaturnya menjadi asistenmu agar dia bisa menjagamu saat ada masalah dan memberinya batasan agar dia mundur dan sadar diri siapa sebenarnya dirinya." lanjut ibunya
"Bu, bukankah kamu membuatku terlihat kejam…."
"Hush" sambil menekan mulut putrinya " kamu sekarang adalah bosnya dan kamu dapat memerintahkan pekerjaan apapun kepadanya. Jika dia bisa mengerjakan pekerjaan itu maka biarkan saja, namun jika dia gagal maka kamu tinggal mengusirnya dari perusahaan. Dia sangat menghargai posisinya saat ini. Tetapi Nada, yang harus kamu ingat adalah bahwa kamu adalah seorang bos dan dia adalah seorang bawahan. Jika kamu seorang bos, mak kamu harus memberi bawahanmu lebih banyak kesempatan dan merawat mereka. Dia bisa melakukannya. " ucap ibunya sambil tersenyum licik
Dengan geli Nada menjawab perkataan ibunya
"Ternyata begitu, baik ibu aku mengerti. Aku pasti akan menjawabnya" kata Nada
Alana merevisi naskah wawancaranya di perusahaan hingga jam menunjukkan pukul 10 malam. Setelah itu dia pulang dan bergegas untuk menyusul bus terakhir untuk pulang ke rumah. Dia tiba di rumah pada pukul 11 malam. Setibanya dia asal meletakkan tasnya dan langsung berbaring di sofa
Naskah wawancara mendapatkan ditolah sebanyak 2 kali dan revisi sebanyak 3 kali. Letak permasalahannya adalah wawancaranya tidak terlalu memuat banyak informasi. Tidak sampai dia akhirnya menemukan Dito untuk bertanya di mana tepatnya masalahnya, hanya untuk mengetahui bahwa tidak ada masalah emosional yang melibatkan Jenderal Halim. Alana ingat bahwa masalah asmara jenderal Halim sangat tabu untuk ditanyakannya sehingga Alana tidak berani untuk bertanya. Dia merasa kesal dan berkata
"Ini adalah wawancara saya dan saya sudah mencoba yang terbaik. Suka atau tidak suka dengan hasilnya, aku tidak peduli" ucap Alana dengan emosi. Alana tahu bahwa perusahaan sengaja mempersulitnya
30 menit kemudian, Dito memberitahunya bahwa bagian pendahuluannya sudah dia terima dan bisa lanjut ke tahap berikutnya, tetapi dia memintanya untuk memodifikasinya secara mendetail dan mencoba menyerahkannya hari ini.
Saat dia hendak mandi dan bergegas untuk tidur, teleponnya berdering. Ada panggilan masuk dari Bisma. Melihat siapa yang meneleponnya membuat hati Alana berdetak begitu keras dan tangannya sedikit gemetar. Setelan itu Alana mencoba menarik nafas untuk menenangkan dirinya
"Hao Bisma" ucap Alana
"Apa kamu ada di rumah?" tanya Bisma dengan suara yang ramah. Mendengar suara Bisma membuat hati Alana menghangat
"Ya, aku ada di rumah" jawab Alana
"Mengapa kamu tidak menghubungiku ketika kamu sudah sampai disana?" tanya bisma.
Ternyata sedari tadi Bisma menunggu kabarnya, Alana merasa malu dan berkata
"Maaf, aku langsung kembali ke perusahaan setelah turun dari pesawat dan aku sangat sibuk sampai sekarang. Aku tidak ingat untuk mengabarimu, jadi ... maafkan aku. "
Bisma terdiam beberapa saat dan berkata
"Aku tahu, jaga dirimu. Aku akan kembali jika ada waktu."
"Baiklah, urusan disana lebih penting. Aku baik-baik saja disini" jawab Alana mencoba menenangkan Bisma bahwa dia baik-baik saja
"Baiklah aku mengerti" jawab Bisma
Sebelum telepon Bisma menutup telepon, Alana mendengar suara Varo, seolah melaporkan sesuatu. Alana melirik jam dinding di dinding, saat itu sudah pukul 12 malam. Sepertinya Bisma adalah orang yang sibuk.