Chereads / Ku Titipkan Hatiku Pada Sang Abdi Negara / Chapter 28 - Penderitaan yang Tiada ujungnya

Chapter 28 - Penderitaan yang Tiada ujungnya

Keesokan harinya, Alana datang ke perusahaan pagi-pagi sekali. Dito kemarin telah memindahkan ruang kerjanya di ruang pemimpin redaksi. Karena khawatir, dia pergi 30 menit lebih awal untuk melihat apakah ada sesuatu yang harus diurusnya. Dia tahu apa artinya menjadi seorang asisten dari seorang Nada.

Nada tiba masuk pukul 8.30 pagi dan tiba pukul 8.15pagi di perusahaan. Ketika dia melihat Alana yang dengan hormat menyapanya sambil tersenyum. Nada mengabaikannya dan hanya berjalan lurus melewati Alana. Alana sedikit terkejut, nampaknya awal perang sudah dimulai bagi hidup Alana.

Di perusahaan, Dito mengadakan pertemuan khusus untuk memperkenalkan Alana kepada semua orang kecuali kepada Alana, Nada bersikap ramah dan sopan. Perbedaan sikap Nada kepada Alana yang terlihat sangat jelas membuat Risa mengerutkan kening. Dalam sekejap Risa menyadari penyebab suasana hati Alana yang buruk kemarin

Saat kembali ke ruang pemimpin redaksi. Hal pertama yang Nada perintahkan kepada Alana adalah memintanya untuk mengatur kembali profil staf perusahaan yang terbaru. Pendataan staf menurut Nada sangatlah penting. Dia meminta Alana untuk menulis profil secara spesifik hingga ke anggota keluarga. Menurut Alana bukankah ini tidak ada bedanya dengan sensus penduduk? Selain itu Nada meminta Alana untuk mencantumkan gaji setiap staf. Sambil memegang lembar ata pegawai, Alana pergi ke bagian keuangan.

"Maaf, permisi. Bolehkah saya meminta daftar gaji para pegawai? Pemimpin redaksi ingin melihatnya" ucap Alana

Pejabat keuangan kepala ragu-ragu sejenak dan berkata

"Pemimpin Nada tidak memberi tahu untuk memberinya lembar daftar gaji para pegawai ataukah saya harus menelepon pemimpin redaksi untuk memastikannya?" tanya pejabat keuangan

Alana mengangguk, lalu kepala keuangan menelepon pemimpin redaksi. Setelah beberapa lama menunggu akhirnya kepala keuangan berkata

"Pemimpin redaksi berkata bahwa dia tidak pernah memerintahkan seperti itu. Asisten Alana, mengapa anda tidak kembali dan memverifikasinya terlebih dahulu kepada pemimpin redaksi." kepala keuangan memandangnya dengan waspada.

Alana yakin bahwa Nada memang memintanya, Alana kemudan berbalik dan bertanya kembali kepada Nada

"Sungguh keterluan, dia baru saja dipromosikan dan seolah-olah menunjukkan kepada kita statusnya saat ini, dia mengira itu sungguh luar biasa. Bahkan dia berani menggunakan nama Pemimpin redaksi untuk itu." bendahara itu berceletuk yang membuat Alana merasa tidak nyaman.

Setelah itu ada notifikasi pesan masuk dari Nada dan mengatakan bahwa dia meminta secangkir kopi dan membawanya ke ruangannya. Beberap amenit kemudia Alana sudah membawa secangkir kopi dan memberikannya kepada Nada. Pemimpin redaksi itu meminum kopinya dan berkata

"Kopi ini kurang manis, buatlah secangkir kopi lagi untukku" ucap Nada

Masalah kopi bukan hanya berhenti disitu saja. Nada berulang kali menyuruh Alana untuk membuatnya kopi karena alasan yang bahkan sangat sepele. Masalah kopi Alana tidak terlalu mengambil pusing untuk itu, namun setelah itu Nada bahkan menyuruh Alana untuk membuat sebuah berita. Alana tahu ini bukan ranah tugasnya, tetapi karena Nada memberikan perintah seperti itu akhirnya Alana tetap saja melakukannya. Alana mulai bekerja dengan mendatangi berbagai tempat, lembaga publik, komunitas, dan lain-lain di kota Bandung.

Setiap hari dia harus berlarian kesana kemari untuk mencari berita. Kakinya mulai mengalami lecet dan bengkak. Dia sungguh lelah dengan tugas pekerjaan kali ini. Bukan hanya itu saja, ketika dia kembali ke perusahaan dia harus berurusan dengan "kenyataan" yang diberikan oleh Nada. Sejak dia menjadi asistem pemimpin redaksi, Alana setiap hari pulang pukul 11 malam dan bangun pukul 6 pagi. Mempersiapkan semuanya dan pergi bekerja.

Selama sebulan penuh dia hanya tidur selama 5 jam setiap harinya.

"Hei, asisten pemimpin redaksi. Kapan kamu punya waktu untuk berbelanja denganku atau hanya sekedar makan malam?" tanya Risa disela kesenjangan waktu Alana

Alana menggelengkan kepalanya dan berkata

"Sepertinya untuk saat ini tidak mungkin untuk melakukannya, masih banyak yang harus aku kerjakan…" jelas Alana

"Hei Alana, apakah kamu pernah menimbang berat badanmu?" tanya Risa tiba-tiba

"Eh?" ucap Alana dengan bingung

"Kamu menjadi lebih kurus Alana" jawab Risa dengan prihatin "Kamu bukan menjadi asisten pemimpin tapi kamu saja melakukan upaya bunuh diri" jelas Risa kepada Alana

"Kamu terlalu berlebihan Risa" jawab Alana sambil tersenyum, walaupun hatinya menyangkalnya dan akal sehatnya menyadari bahwa dia mengalami penderitaan yang luar biasa akibat posisinya sekarang.

"Kenapa kamu bersikap seperti itu? Apakah kamu sedang mengincar posisi teratas di perusahaan ini?" tanya Risa

Alana hanya terdiam mendengar pertanyaa Risa. Posisi teratas di perusahaan? bukankah itu sangat indah? pikir Alana. Untuk mendapatkan posisi itu tentu tidak sulit bagi Nada, Dito, dan bahkan wakil presiden Ovi. Beberapa hari ini dia menyadari niat terselubung dari wakil presiden Ovi.

Alana tahu ibu mertuanya tidka menyukainya begitu juga dengan wakil presiden Ovi. Sebenarnya dia ingin bertukar sapa dengan wakil presiden Ovi dan memangilnya "Bibi". Namun Alana tahu itu semua tidak mungkin. Wakil presiden Ovi bahkan harang berada di perusahaan jadi Alana tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan itu.

"Kenapa kamu menghela nafas panjang? jawab aku Alana'" ucap Risa dengan cemas

"Apakah kamu lelah? Apa yang dilakukan oleh Komandan Bisma? Mengapa kamu tidka mencoba menghubunginya dan mengadukan semuanya kepadanya" ucap Risa dengan gemas melihat sahabatnya tersiksa di tempat kerjanya.

Mendengar nama Bisma membuat wajah Alana tegang dan dengan cepat menggelangkan kepalanya.

"Urusannya adalah urusannya, begitu juga denganku Risa. Maaf Risa ada pekerjaan yang harus aku kerjaan secepatnya dan kamu harus kembali ke mejamu sekarang" ucap Alana sambil mengusir Risa dengan halus

Sebelum pergi Risa ingin mengatakan sesuatu dan berbalik menuju kembali ke Alana

"Alana, ingat kamu harus lebih bahagia" ucap Risa dan pergi meninggalkan Alana

Ada sebuah pesan masuk di ponsel Alana dna itu dari Nada yang memberitahukan bahwa dia akan melakukan sesi wawancara dengan Hadi Prasetyo, presiden grup multinasional Garuda dan memberikan hasilnya kepada Nada dalam waktu 5 hari ke depan. Hadi Praseto? Alana berhenti sebentar berpikir tentang sesuatu.

Hadi Prasetyo adalah seorang tiran lokal yang sangat terkenal. Alana mendengar bahwa dia melakukan penyelewangan dana saat dia melakukan pencalonan. Dia terkenal memiliki temperamen yang buruk kepada para reporter. Dia kahirnya membuang pikiran buruknya tentang narasumbernya tapi waktu 5 hari itu terlalu.

"Pemimpin redaksi, bisakah anda memberikan saya lebih banyak waktu? wawancara dengan Hadi Prasetyo agak sulit bagiku…."mohon Alana kepada Nada

"Kamu bisa melakukan wawancara dengan jenderal Halim hanya dalam waktu 3 hari. Dan sekarang aku memberimu waktu 5 hari untuk melakukan wawancara dengan presiden Hadi. Bukankah aku sudah sangat bermurah hati kepadamu?" balas Nada

"Jika kamu tidak bisa menyelesaikan dalam tenggat waktu yang diberikan maka gajimu akan dipotong sebulan" balas Nada

Apa? potong gaji 1 bulan? Bukankah ini sama saja penyalahgunaan kekuasaan? Alana mencoba untuk melakukan negosiasi dengan Nada

"Pemimpin redaksi, jika wawancara ini tidak bisa dilakukan maka ini murni karena kemampuan saya yang kurang. Tetapi bukankah berlebihan jika melakukan pemotongan gaji selama 1 bulan?" ucap Alana

"Bukankah itu terlalu ringan sebagai kompensasinya?" tanya Nada balik dengan tersenyum meremehkan

"Baiklah, saya akan menemukan cara agar saya bisa melakukan wawancara dengan Hadi Prasetyo dalam 5 hari. Tapi saya berharap anda mempertimbangkan kembali keputusan anda tentang pemotongan gaji selama 1 bulan itu sebagai kompensasi" jawab Alana

"Ini adalah cara kerjaku. Aku berutahu padamu Alana, banyak staf di luar sana yang berjuang untuk mendapatkan posisi pemimpin asisten. Perusahaan ini sangat ketat dalam melakukan seleksi untuk posisi itu. Jika kali ini kamu gagal, maka kamu harus mundur dari posisimu" ucap Nada sambil memainkan kukunya

Alana paham apa yang diinginkan oleh Nada. Dia harus keluar dari perusahaan ini jika dia gagal menjalankan tugasnya kali ini . Alana emosi dan hampir tidak bisa menahan amarahnya. Kali ini kesabarannya untuk menghadapi pemimpin redaksinya itu sudah mulai hilang. Dia sengaja membuat Alana menderita selama sebulan ini dengan pekerjaan yang begitu menyiksa dan kali ini Nada bahkan ingin mengambil gaji dari hasil kerja kerasnya itu. Sungguh sangat keterlaluan.