Chereads / Ku Titipkan Hatiku Pada Sang Abdi Negara / Chapter 26 - Promosi dan Kenaikan Jabatan

Chapter 26 - Promosi dan Kenaikan Jabatan

Dalam hitungan jam Alana sudah sampai di Bandung. Begitu dia turun dari pesawat, ponsel Alana berdering dan ketika melihat ke arah ponselnya terlihat nama Dito di layarnya. Dalam telepon itu Dito mengatakan bahwa untuk segera datang ke perusahaan.Karena banyak barang bawaan yang dibawa, dia memutuskan untuk pulang terlebih dahulu. Lalu setelah itu dia akan menuju ke perusahaan.

30 menit kemudian Alana sudah tiba di perusahaan tempat dia bekerja. Begitu sampai di kantornya terlihat semua orang sedang menatapnya dan datanglah Risa

"Apakah wawancaranya berjalan dengan lancar? Wah, nona Alana ini akan segera mendapatkan promosi" ucap Risa

Alana hanya bisa tersenyum, Ketika Alana ingin menceritakan pengalamannya itu, tiba-tiba dia melihat Dito berjalan ke luar kantor menuju kearahnya.

"Aku akan kembali ke mejaku dulu" ucap Risa sambil menyelinap pergi dan terlihat Dito sudah berada dihadapan Alana.

"Apakah wawancaranya sudah selesai?" tanya Dito

"Ya" jawab Alana sambil menganggukan kepalanya

"Aku baru saja sampai di Bandung, tapi mengapa kamu menyuruhku untuk segera datang ke perusahaan? Apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya Alana

"Wakil presiden Ovi, sudah lama menunggu. Masuklah ke dalam segera" ucap Dito tanpa menjawab pertanyaan dari Alana

"Wakil presiden Ovi? Wakil presiden yang mana?" tanya Alana yang merasa asing dengan nama itu

"Wakil presiden Ovi, istri dari ketua presiden perusahaan ini Alana, wakil presiden Shavira. Bagaimana kamu bisa tidak tahu tentang hal itu?" tanya Dito dengan wajah yang terheran-heran karena Alana tidak tahu siapa wakil presiden Ovi

"Alana selain itu, dia adalah bibimu" lanjut Dito

Apa? Bibi? Alana berkedip tidak percaya apa yang diucapkan oleh Dito baru saja mengenai bibinya. Apakah wakil presiden Ovi adalah saudara dari ibu mertuanya.

"Oh begitu, kalau begitu terima kasih Dito karena telah memberitahuku informasi itu." ucap Alana

"Iya sama-sama, kalau begitu cepatlah masuk dan temui dia" ucap Dito

Alana hanya bisa mengikuti Dito untuk mengantarnya menemui wakil presiden Ovi yang katanya adalah bibinya. Alana sedikit takut untuk menemuinya mengingat ibu Bisma tidak menyukainya dan dia tidak tahu seluk beluk keluarga Bisma

Di dalam ruangan itu ada seorang wanita yang sedang berdiri dengan anggun. Sekilas orang itu mirip dengan ibu mertuanya Citra. Dia memiliki mata yang tajam dan Alana tahu orang yang sedang berdiri itu tentunya seorang wanita yang pandai dan cakap.

"Wakil presiden Ovi, Alana sudah ada disini" ucap Dito

"Wakil presiden Ovi, perkenalkan ini Alana yang merupakan juru tulis disini yang baru saja melakukan wawancara dengan jenderal Halim" Jelas Dito

"Halo, wakil presiden Ovi" sapa Alana

Alana dapat merasakan bahwa wakil presiden itu kini tengah menatapnya dan menyelidinya dari ujung kepada hingga ujung kakinya seperti sebuah pisua yang tajam. Mendapatkan tatapan seperti itu membuat buku kuduk Alana merinding

"Apakah kamu nona Alana?" tanya wakil presiden Ovi

"Iya benar, saya Alana" jawab Alana sambil tersenyum tipis

"Biarkan aku melihat hasil wawancara dengan jenderal Halim" pinta wakil presiden

"Baik wakil presiden" jawab Alana dengan patuuh sambil meletakkan berkas wawancaranya di atas meja

"Ini adalah draft dari hasil wawancara dengan jenderal Halim" ucap Alana

Kemudian sang wakil presiden membaca naskah itu sambil membolak-balikkan halaman tanpa mengucapkan satu katapun. Suasana di dalam ruangan itu sangat sunyi hingga membuat Alana semakin gugup. Entah mengapa, dia merasa kata-kata yang diucapkan oleh wakil presiden itu terlihat aneh.

Setelah beberapa menit kemudian wakil presiden itu terlihat sudah membaca keseluruhan naskah wawancara itu dan berkata

"Masih banyak yang perlu kamu revisi. Pada paragraf awal terlihat aneh, segera perbaiki dan berikan kepadaku lagi." ucap sang wakil presiden

"Baiklah, saya mengerti" jawab Alana

Setelah mendapatkan revisi dari wakil presiden, Alana ingin segera memperbaiki naskah wawancara.

Terlihat sang wakil presiden sedang meminum tehnya dan kemudian meletakkannya di atas meja

"Dito mengatakan padaku bahwa kamu ingin kenaikan gaji dan kenaikan jabatan, apakah itu benar?" tanya wakil presiden

"Iya benar wakil presiden" jawab Alana

"Saya sudah bekerja untuk perusahaan ini selama 3 tahun. Selama itu juga saya telah mengabdikan diri saya dan memberikan yang terbaik untuk perusahaan ini. Ditambah, saya telah berhasil mendapatkan sesi wawancara dengan jenderal Halim dna itu merupakan tugas yang cukup berat. Sehingga saya rasa, saya berhak untuk mengajukan kenaikan gaji dan pangkat saya untuk itu."jelas Alana

Setelah mengatakan itu Alana menarik nafasnya dengan lega karena berhasil menjelaskan alasannya untuk kenaikan gaji dan jabatan di perusahaan itu tanpa merasa gugup. Ya, dia berhak mendapatkannya setelah kerja kerasnya selama ini, pikir Alana

Terlihat wakil presiden menatap Alana dengan tatapan yang sulit ditebak dan menyipitkan matanya sedikit

"Memang betul kamu telah bekerja keras untuk perusahaan ini dan juga ikut memberikan kontribusi di dalamnya. Tentu hal itu menjadikan alasan yang cukup untuk kamu meminta kenaikan gaji dna jabatan di perusahan ini. Namun, kamu baru bekerja selama 3 tahun diperusahaan ini dan saya ingat betul seorang Dito yang merupakan atasan yang loyal tidak pernah menyebutkan namamu. Dan sepengetahuanku, kamu dan Dito merupakan kenalan lama bukan. Jadi apa kau masih berani untuk itu?" ucap wakil presiden

Mendengar itu membuat Alana diam tidak bisa berkutik. Dia tercengan dengan ucapan wakil presiden. 3 tahun yang lalu, dia dan Dito masuk bersama-sama ke perusahaan ini. Mereka bekerja dengan giat dan tekun. Namun, karena Dito memiliki kemampuan yang berada di atas Alana membuat Dito lebih cepat mendapatkan kenaikan jabatan. Mereka bekerja keras pada bidangnya masing-masing selama 3 tahun tanpa mencampuri urusan pekerjaan masing-masing walaupun mereka memiliki sebuah hubungan. Karena itu, selama dia bersama dengan Dito, Alana tidak pernah menghiraukan tentang gaji dan jabatannya di perusahaan ini

Saat ini Alana menyadari betapa bodohnya dia saat itu, dia tidak memikirkan tentang masa depannya. Bahkan dia dituduh melakukan hal tercela untuk masuk ke perusahaan ini. Alana hanya bisa terdiam sambil melirik Dito, namun disana Dito hanya terdiam tanpa memperdulikan Alana. Melihat itu Alana merasa kecewa dan merutuki dirinya sendiri, Bagaimana bisa dia selama ini menjalani hubungan dengan Dito yang memiliki sifat seperti itu? pikir Alana

"Saya tidak tahu" jawab Alana

"Walaupun kinerjau biasa saja,tetapi karena kamu telah bekerja keras untuk perusahaan ini selama 3 tahun maka aku akan mempertimbangkan permintaanmu." ucap wakil presiden

Tiba-tiba ponsel dari wakil presiden Ovi berdering dan langsung mengangkat teleponnya

"Nada, kenapa kamu belum juga datang? Ibu sudah lama menunggumu disini. Cepatlah masuk kesini, ibu berada di ruang kantor redaks...i." ucapnya

"Ibu aku sudah disini, tutuplah teleponnya" ucap seseorang yang baru masuk ke dalam ruangan itu

Terlihat seorang gadis muda yang jika diperkirakan berumur 20 masuk ke dalam ruangan itu. Dia memiliki postur yang tinggi seperti ibu mertuanya, matanya besar, wajahnya yang kecil dan cantik membuatnya terlihat seperti boneka barbie. Tidak butuh lama wakil presiden dan gadis muda itu berpelukan dengan penuh kasih sayang.

"Ibu, santailah sedikit. Ibu tidak perlu terlalu serius" Ucap Nada

"Dasar anak kecil" jawab wakil presiden sambil memelototinya

"Duduklah disana" perintahnya kepada Nada

"Baik wakil presiden Ovi" jawab Nada dengan sedikit bercanda

"Alana" panggil wakil presiden dengan wajah yang serius

"Dia adalah Nada pemimpin baru majalah TIME di masa depan dan kamu akan menjadi asistennya" jelas wakil presiden

"Halo pemimpin redaksi Nada" sapa Alana dengan penuh sopan sambil tersenyum

"Apakah kamu Alana?"tanya Nada dengan nada yang sedikit mengejek dan bekata

"Aku penasaran wanita speerti apa yang mampu memikat hati sepupuku itu, namun melihatmu sekarang membuatku tidak percaya dan aku penasaran trik macam apa yang kau gunakan untuk merayunya" ucapnya

Mendengar itu membuat hati Alana sakit. Dia hanya bisa menjawab dengan senyum tipis tanpa menjelaskan apapun, karena menurutnya itu tidak akan berguna.

"Kenapa kamu tersenyum seperti itu? apa kamu kesal dengan perkatannku? sepertinya aku harus memberitahukannya kepada sepupuku" ucap Nada

Senyuman Alana membuat Nada salah paham walaupun sebenarnya bukan itu yang dimaksud Alana

"Jauh-jauhlah dariku, aku tidak ingin tertular menjadi wanita murahan sepertimu" ucap Nada dengan nada yang mengejek

"Nona Nada, mungkin anda salah paham dengan sikap Alana.Sebenarnya dia tersenyum karena senang akhirnya bisa dipromosikan. Mulai sekarang Alana akan menjadi asisten anda, apapun yang anda butuhkan anda dapat mengatakannya kepada Alana" sergah Dito

"Ibu, aku tidak ingin dia menjadi asistenku! Dia wanita yang sangat menjijikkan" ucap Nada sambil menatap Alana dengan pandangan jijik