Alana perlahan masuk ke ruangan Dito. Selama beberapa menit Dito hanya menatapnya dalam dian. Dari tatapannya Alana tahu bahwa Dito mempunyai banyak pertanyaan untuknya.
"Siapa itu Bisma?" tanya Dito memecah kesunyian yang ada.
Alana menjadi gugup kemudian dia menatap Dito
"Apakah itu ada hubungannya denganmu?"
"Ya" jawab Dito secara langsung " meskipun kita sudah tidak bersama lagi, tapi kita sudah saling mengenal selama 8 tahun. Kamu tidak bisa menipuku. Apa kamu tahu siapa itu Bisma? Dia adalah komandan militer di kota Surabaya, pasti banyak wanita cantik yang tak terhitung jumlahnya yang menyukainya. Alana, kau tidak akan bisa bersama dengannya."
Apa? Menipu? tunggu bukankah dia yang telah menipu Alana selama 8 tahun. Dengan senyuman yang terkesan menghina, Alana menjawabnya dengan dingin.
"Saat ini bahkan lebih baik daripada kau harus menjadi orang ketiga.
Dito tercengang dengan jawaban yang diucapkan oleh Alana.
"Alana maafkan aku. Maaf aku membuatmu kecewa. Tapi aku ingin kamu bisa bersikap baik kepadaku. Masalah antara kita sudah berakhir. Alana aku mohon, bukankah ini yang terbaik untuk kita semua " lanjut Dito.
Alana merasa frustasi dengan pernyataan Dito yang mengatakan bahwa dia harus melupakan perasaanya selama 8 tahun itu. Sungguh Alana tidak habis pikir, Dito bisa seenaknya datang dan pergi seenaknya begitu saja setelah mempermainkan hatinya.
"Dito kamu tidak perlu khawatir" ucap Alana sambil mengeluarkan kalung yang dirantainya bergelantung sebuah cincin berlian sebagai liontinnya. "sekarang aku sudah menikah"
Melihat itu, Dito menjadi kaget dan tercengang di tempat untuk beberapa waktu tanpa menunjukkan ekspresi apapun.
"Apa kau masih tidak percaya?" kemudian Alana melepas cincin itu dan meletakkan di hadapannya "lihatlah lebih jelas, ini adalah cincin berlian asli". ucap Alana
Alana sangat puas melihat ekspresi Dito yang ditujukan karena tindakannya itu dan berkata
"Aku lebih suka jika menangis di BMW" sambil menyindir janji Dito kepada Alana yang tidak dapat dipenuhi itu.
Dito menatap cincin berlian tersebut dengan heran dan berkata
"Kapan kamu menikah?" tanya Dito
"2 hari yang lalu" jawab Alana "Bisma adalah seseorang yang kemarin menelponmu. Awalnya dia meminta untuk cuti pernikahan dan aku mengizikannya. Dan juga kemarin kita pergi ke pulau Lombok untuk berbulan madu. Sekarang Bisma sudah kembalil ke markas militernya."
Dito terkejut mendengar penuturan dari Alana. Bukan hanya Dito, bahkan Alana merasa ini semua mimpi karena terjadi begitu cepat.
"Apakah kamu yakin dia mencintaimu? Apakah kau yakin dia bisa memberimu kebahagiaan? Alana, dengarkan aku. Bisma itu adalah komandan pasukan militer di kota Surabaya yang…." jelas Bi
"Apakah menurutmu seorang komandan militer yang bermartabat akan membuat lelucon tentang pernikahan?" Alana tidak ingin kalah juga.
Kata-kata Alana membuat Dito bungkam. Setelah beberapa saat, Dito menghela nafas, "Bagaimanapun, aku tidak ingin kamu terluka."
Apa? terluka? omong kosong apa itu. Hatinya berubah menjadi sangat buruk saat ini
"Lalu, apa tujuanmu memintaku untuk kesini? tanya Alana
"Apa kau akan tetap berkerja untuk perusahaan ini?" ucap Dito
"Tentu saja" Alana berprinsip bahwa wanita harus memiliki sebuah karir dia tidak ingin hanya menjadi seorang istri yang hanya berada di rumah.
Apa yang terjadi dalam beberapa hari ini sungguh merupakan kisah yang sangat tak terlupakan untuk hubungan selama 8 tahun mereka.
Dito berpikir sejenak, mengeluarkan salah satu file, dan meletakkannya di hadapannya
"Karena kamu adalah istri Bisma, maka wawancara ini seharusnya tidak menjadi masalah bagi Anda."
Alana melihat isi file tersebut dan merasa terkejut. Isinya yaitu wawancara dengan jenderal Halim Kusuma, salah satu jenderal terkenal seperti ayah Bisma. Ketika dia masih muda, dia bergabung dengan Tentara Rute Kedelapan dan melawan pemberontak di Papua selama delapan tahun.
Setelah berakhirnya pemberontakan itu. Beliau juga turut andil dalam proses perdamaian konflik saat terjadinya sampit di Kalimantan. Beliau berjuang hidup dan mati demi negara. Dengan segala perngorbanan dan perjuangannya itu beliau mempunyai banyak perhargaan atas dedikasinya tersebut.
Dalam beberapa tahun terakhir banyak majalah dan surat kabar mencoba untuk bisa mewawancarai jenderal tersebut namun hasilnya berujung nihil. Menurut rumor, sang jenderal tidak ingin diganggu oleh siapapun termasuk awak media.
Sepengetahuannya jenderal Halim Kusuma dan jenderal Arif Budi merupakan seorang sahabat dekat yang sama-sama berjuang demi negara. Hal itu akan cukup memudahkannya jika ingin mewawancarai jenderal tersebut mengingat jenderal Arif Budi merupakan mertuanya. Namun, dia tidak ingin mengandalkan koneksi tersebut untuk perkerjaannya ini. Mulai sekarang dia akan mengandalkan kemampuannya sendiri.
"Wawancara ini akan kulakukan dengan caraku sendiri dan ini tidak ada hubungannya dengan Bisma". Ucap Alana dengan tegas
"Aku telah bekerja di majalah TIME selama tiga tahun dan aku ingin meminta kenaikan gajiku. Dan apa yang akan kudapatkan jika aku berhasil melakukan wawancara dengan beliau.?"
Dulu dia selalu mematuhi apa yang diperintahkannya, namun sekarang Alana ingin lebih berani dan menunjukkan bahwa dia bisa mengandalkan kemampuannya. Dia harus mewujudkan cita-citanya. Setelah bernegosiasi, keduanya pun mencapai kesepakatan. Ketika mereka selesai melakukan negosiasi, tiba-tiba terdengar suara ketokan pintu dan muncullah sekretaris Dito.
"Pemimpin redaksi, Ketua koran Jawa Post ingin menemui anda"
"Baiklah, silahkan masuk" Dito merasa heran, mengapa dia datang kemari.
"Ya, ada apa pak?"tanya Dito
" Aku permisi dulu" Alana berdiri dan langsung pergi
"Ingat, waktumu hanya satu minggu" tegas Dito
"Ya, aku tahu" jawab Alana sambil berlalu pergi
Ketika menutup pintu, Alana melihat seorang pria bertubuh gemuk sedang berjalan menuju hadapannya sambil memegang tas kerja yang nampaknya itu adalah ketua pemimpin dari koran Jawa Post.
"Dia pasti ketua pemimpin" batin Alana. Lalu dia tersenyum dan berkata " Selamat pagi pak"
Pria itu menggangguk dan ketika mencoba menjawab sapaan Alana, tiba-tiba dia teringat sesuatu
"Apakah anda Nona Alana?" tanyanya
Alana tercengang " Ya, saya Alana"
"Oh, akhirnya aku bertemu denganmu." ucapnya dengan semangat sambil menjabat tangan Alana
"Saya adalah ketua pemimpin yang bertanggung jawab atas koran Jawa Post. Perkenalkan nama saya Ilham Ansory. Saya disini secara khusus ingin meminta maaf kepada anda secara pribadi". ucapnya.
Alana tercengang dengan apa yang ada dihapannya. Bagaimana mungkin seorang ketua koran Jawa Post datang ingin meminta maaf kepadanya secara pribadi, mungkinkah itu ada hubungannya dengan berita kemarin?
"Nona Alana, terkait berita kemarin syaa minta maaf karena ada sebuah kesalahan. Pada saat itu saya sedang rapat di luar negeri jadi saya tidak bisa memantau apa yang sedang terjadi perusahaan. Saya meminta maaf atas kelalaian saya kemarin."
Alana berkata sambil tersenyum: "Ketua, ini bukanlah masalah besar ..."
"Tapi itu adalah kesalahan yang fatal." lanjutnya sambil tersenyum.
Melihat hal itu membuat sang ketua merinding. Bukankah dia bisa menelepon untuk memperbaikinya? Tampaknya sikap Alana membuat ketua itu ketakutan
"Nona Alana, perusahaan bersedia menanggung kerusakan yang ditimbulkan kepadamu, ayo, lebih baik kita duduk dan berbicara secara mendetail."
Alana tersenyum enggan, melirik Dito yang berdiri di belakangnya, dan mengisyaratkan dia untuk meminta bantuan.
"Apa yang mereka bicarakan" batin Dito
"Pak ketua" Dito tersenyum dan berkata "Mari kita pergi ke ruang rapat dulu, dan membicarakan hal-hal perlahan."
"Baiklah." ucap ketua Irham dengan setuju
setelah satu jam kemudian, Alana mulai mengerjakan tugasnya. Dia langsung duduk dan menyeka keringat sambil menghela nafas. Meskipun sang ketua meminta maaf secara langsung, bersikap sopan, dan bahkan membungkuk. Berhadapan dengannya membuatnya sangat lelah dan sangat menguras energinya.
Ketua pemimpin juga berkata bahwa dia akan mengadakan konferensi pers untuk meminta maaf secara langsung dan dia segera menolak, Ya Tuhan, biarkan dia tenang.
"Sudah kukatakan bukan kalau kau itu sangat hebat" ucap Risa
Risa tiba-tiba muncul di belakangnya membuat Alana kaget
"Bukankah sudah kubilang, jangan mengangetkanku, aku hampir pingsan melihatmu".
Risa tidak peduli dan menjulurkan lidahnya
"Bos meminta maaf kepadamu, apakah itu ada hubungannya dengan berita kemarin? tanya Risa
Alana mengangguk
"Wow kau sangat hebat sekali. Perusahaan dituntut dan ketua meminta maafsecara langsung kepadamu, bisakah kau memberitahukan cara kilatnya? Ucap risa dengan menggebu-gebu dan penasaran.
"Bagaimana bisa aku melakuakn itu" jawab Alana sambil tersenyum
"Jangan berdalih, coba katakan apa yang sedang kau coba sembunyikan dariku adik kecil" ancam Risa
"Sudah kubilang, jika kau tidak mengatakannya maka aku akan meninggalkanmu nanti"
Alana menghela napas
"Risa, bukannya aku ingin merahasiakannya darimu, tapi beberapa hari ini terjadi hal yang sangat luar biasa terjadi kepadaku." ucapnya
Risa berkedip, seolah memikirkan sesuatu dan berkata
"Apakah itu terkait dengan pria itu?"
Alana mengangguk dengan jujur.
"Bisakah kamu memberitahuku siapa pria itu?"
Alana khawatir dan takut jika mengungkapkan yang sebenarnya
"Yahh, baiklah jika kau tidak memberitahuku maka aku tidak akan membatumu jika terjadi sesuatu nanti."
Alana tidak dapat menyembunyikannya lagi dan berkata
"Dia adalah Bisma."
Begitu kata-kata ini keluar, Risa langsung tercengang, mulutnya terbuka menjadi bentuk 'O', dan butuh waktu lama sebelum dia berseru
"Maksudmu komandan Kota Surabaya, Bisma, anak ketiga ketiga dari keluarga Arif Budi?! "
Alana mengangguk.
"Ya Tuhan, Alana ini sungguh luar biasa, bagaimana kalian berdua bertemu?"
Alana tidak tahu harus berkata apa, bagaimana mereka bertemu? Dia sendiri tidak bisa mengetahuinya.