Chapter 11 - Perjanjian

Kata-kata yang diucapkan Bisma membuat Alana tercengang. Bagaikan setetes air yang menetes ke danau yang berada di jantungnya dan kemudian perlahan-lahan menyebar.

"Bagaimana kamu bisa tahu itu semua? Apakah kau diam-diam menyelidikiku?" tanya Alana

"Tidak, aku hanya mengamatimu" jawab Bisma dengan tenang

Apa? mengamati? bagaimana caranya dia mengamati Alana dan bisa mendapatkan semua informasi itu?.

" Aku pernah belajar di Yogyakarta" ucap Bisma mengalihkan pembicaraanya "Tentang itu, apakah aku tidak boleh melakukan sesuatu untuk istriku sendiri?"

Tampaknya Bisma melakukan itu untuk dirinya.

" Aku minta maaf " jawab Alana

Alana tidak tahu harus berkata apa lagi setelah apa yang dilakukan Bisma untuknya tadi. Bahkan dia hampir berpikiran buruk tentang Bisma. Namun apa yang dia amati? sungguh sangat aneh dan menakutkan jika secara khusus ada yang mengamatinya terlebih seorang komandan militer. Dia bukanlah seorang yang memiliki peran penting untuk diamati atau diselidiki.

"Alana, ayo kita makan." ajak Bisma

"Oke!" jawab Alana.

Tidak peduli kapanpun itu jika berhubungan dengan makanan dia akan senang. Mereka menuju kafe dan memesan sebuah es cincau gula aren. Alana menjadi sangat bahagia dapat meminum minuman favoritnya.

Di sebelahnya Bisma melirik Alana yang kesenangan karena mendapatkan minuman favoritnya itu. Dan itu juga membuat Bisma merasa puas dan ikut senang. Alana mendapati bahwa saat ini Bisma tengah menatapnya.

"Maaf permisi, Tuan dan Nyonya. Ini pesanan kue keju blueberry anda. Silahkan dinikmati" Ucap pelayan kafe itu dan berlalu pergi dari hadapan mereka.

"Melihat kue itu, Alana menatap Bisma dengan tatapan aneh. Apakah dia menyukai makanan manis?

Tunggu, hari ini terlepas dari apakah dia makan di restoran meah ataupun di pinggir jalan dia tidak peduli. Alana akan memakan semua makanan yang ada karena dia suka makan. Tetapi Bisma? apakah dia menyukai makanan itu dan memakannya seolah-olah dia juga menyukai makanan itu?. Termasuk kue manis yang ada dihadapannya sekarang.

"Tunggu, apakah kamu juga suka makanan yang manis?" tanya Alana tanpa bisa membendung lagi rasa penasarannya.

" Ya, aku suka" jawab Bisma dengan singkat

" Apakah kamu juga suka es cincau gula aren?" tanya Alana lagi

" Ya " jawab Bisma lalu meminum minumannya.

Bisma tidak pernah meminum es cincau gula aren, dia hanya tahu es cincau itu manis namun dia tidak pernah menyangka bahwa es cincau gula aren bisa semanis ini. Namun, yang terpenting selama Alana menyukai itu, maka Bisma akan menyukainya juga.

Tiba-tiba ponsel Bisma berdering. Sejenak dia melihat nomor penelepon lalu mengangkat telepon sambil mengerutkan kening. Dengan suara yang lirih dia pamit keluar dulu kepada Alana menuju ke pintu keluar.

Ya ibu, ada apa?" tanya Bisma

"Apakah yang menggunggat Koran Jawa Post itu kamu ? bukankah ini terlalu berlebihan?"

"Bisma tolong jangan lakukan hal seperti itu" pinta ibunya di sisi lain telepon " apakah kau akan melindunginya dengan cara seperti ini?"

"Ibu, Alana adalah istriku" ucap Bisma

"Baiklah, lakukan semamu" jawab ibu Bisma dengan nada dingin dan langsung memutuskan panggilan telepon.

Mendapat perlakuan seperti itu. Bisma hanya bisa mengerutkan kening lalu berbalik ke dalam kafe sambil tersenyum dan mencoba menghilangkan ketegangannya. Alana adalah istrinya dan dia akan menjaga sepanjang hidupnya.

"Apakah kau mempunyai sesuatu yang harus dilakukan?" tanya Alana

"Kau tidak usah khawatir, mari kita nikmati liburan kita saja. Aku baik-baik saja" jawab Bisma

Tiba-tiba wajah Bisma berubah menjadi sendu. Mengapa wajahnya menjadi seperti itu? pikir Alana. Menyadari bahwa ada yang salah. Alana menjadi bingung dengan ekspresi Bisma yang berubah-ubah secepat angin yang berlalu.

"Aku ingin tinggal di apartemenku" ucap Alana

Bisma terdiam sejenak "Mengapa? Apakah Putri Villa tidak bagus?"tanya Bisma

"Tidak, bukan itu. aku hanya tidak terbiasa tinggal di tempat seperti itu" jawab Alana

"Tapi kamu adalah istriku, kamu harus terbiasa dengan dengannya" balas Bisma dengan nada yang sedikit meninggi.

Alana tidak menyukai nada Bisma yang sedikit meninggi itu

"Walaupun aku sudah menikah, aku tidak bisa jika tiba-tiba harus menjalani kehidupan dan tinggal di tempat yang sangat berbeda dengan kehidupanku".

Hidup dengan keadaan yang sangat berkecukupan memanglah sangat bagus. Namun, jika terlalu berlebihan maka akan membuat orang menjadi mudah malas dan cenderung meremehkan. Dia tidak ingin orang-orang mengecapnya sukses karena tinggal bersama Bisma. Alana hanya ingin sukses dengan caranya sendiri. Cita-citanya adalah menjadi pemimpin redaksi terlepas dari apakah dia sudah menikah atau belum, itu tidak akan mempengaruhi langkahnya menuju mimpinya.

Melihat wajah Alana yang cemberut membuat hati Bisma luluh oleh wajah Alana yang imut. Maka Bisma membuat pengecualian untuk istrinya

"Baiklah, kecuali untuk Putri Villa dan apartemen, kamu tidak diizinkan untuk bermalam di tempat lain."

"Terima kasih." ucap Alana. Dia tidak menduga bahwa Bisma dengan mudahnya langsung menyetujui keinginannya dan itu sangat mengejutkan Alana.

"Tentang bekerja di Time Times Weekly…."

"Aku akan tetap bekerja disana" ucap Alana dengan tegas "Ini belum saatnya aku menyerah" lanjut Alana

Bisma sedikit terkejut dengan sikap Alana yang menyela bicaranya. Bisma memiliki sikap yang keras namun Alana memiliki sikap yang lebih keras. Setelah beberapa kali melakukan tawar-menawar dan perang psikologis. Bisma pada akhirnya tetap menyerah. Selama Alana menyukai apa yang dia kerjakan, maka Bisma akan membiarkannya. Tetapi, Bisma hanya meminta satu hal kepada Alana. Jika Bisma sedang libur maka Alana tidak boleh pergi kemanapun dan harus bersamanya menemaniya di rumah.

Faktanya bagi seorang suami. Persayaratan Bisma sangat sederhana. Tapi Alana sedikit agak keberatan dan itu mungkin sedikit menyakiti hati suaminya itu. Bisma sepertinya tahu segalanya tentang Alana namun dia hanya sedikit mengetahui tentang Bisma.

Dalam satu hari, Bisma dan Alana melakukan perjalanan hampir ke segala tempat indah di penjuru pulau Lombok. Alana merasa sangat lelah dengan liburan ini sehingga dia tertidur dalam perjalanan pulang. Ketika dia bangun, dia sudah berada di kota Bandung dan Bisma berada di kota Surabaya.

Di atas kasur terdapat tiga set baju baru, pakaian olahraga, pakaian resmi, dan rok. Disampinya terdapat sebuah catatan yang ditulis Bisma kepadanya. Melihat isi catatan tersebut membuat Alana tidak bisa menahan tawanya.

Disana Bisma menuliskan segala daftar makanan yang ada di rumahnya. Melihat hal itu membuat hati Alana tersentuh. Beberapa setelah pernikahan, Bisma telah merawatnya dengan sangat hati-hati dan istimewa. Sehingga Alana berpikir, apakah begini perbedaan perlakuan seorang pacar dan suami?

Alana melihat jam weekernya yang menunjukkan pukul 12 siang. Alana langsung memukul kepalanya karena menyadari bahwa dia sudah tidur lebih dari sepuluh jam melebihi seekor babi. Karena sedikit lapar dia turun setelah membersihkan dirinya. Dia menuju dapur besar yang bergaya Eropa itu dan membuatnya takjub.

Setelah seorang wanita menikah, medan perang utamanya adalah dapur. Dia sudah menyadari hal tersebut sejak 8 tahun yang lalu. Tetapi pada faktanya Alana masih belum ahli menggunakan peralatan dapur. Setelah menggoreng dua telur rebus, dua sosis, dan membuat secangkir kopi, Alana menyantap sarapan sebagai makan siang.

Bisma mengambil cuti seminggu untuknya Hari ini adalah hari keduanya dan masih ada lima hari lagi . Dia merasa bosan.Menjadi manusia memang agak membingungkan. capek saat ada pekerjaan dan nganggur saat tidak ada pekerjaan.

Teleponnya berbunyi bertanda ada seseorang yang meneleponnya.

"Hei, Alana, kapan kamu akan kembali ke perusahaan? Aku sangat bosan." Suara malas Risa terdengar dari ujung telepon yang lain.

"Apakah di perusahaan tidak sibuk? Bagaimana bisa terasa membosankan?" Alana sedikit terkejut.

"Kamu tidak tahu, perusahaan telah mempekerjakan beberapa orang baru untuk berbagi banyak pekerjaan. Untuk sementara, Dito telah membiarkan generasi yang lebih tua keluar untuk 'menjalankan bisnis'." jelas Risa

Perusahaan mempekerjakan orang baru? Alana mengerutkan kening "Baiklah, aku akan kesana."

Karena merasa bosan di rumah, lebih baik kembali ke perusahaan. Alana sadar bahwa dia adalah orang yang hanya bisa diam. Saat dia muncul di majalah TIME, orang-orang di kantornya menyapanya dengan ekspresi berbeda. Alana menjadi bingung, apa lagi yang terjadi? pikirnya.

"Haah, Alana, kamu benar-benar sangat menghargai teman!" Risa dengan senang hati menepuk pundaknya.

"Kemarin, aku tidak tahu siapa yang mengatakan aku lebih mementingkan bulan madu daripada teman." Alana menatapnya sekilas dengan tatapan sinis.

Risa tersenyum kikuk "Maaf. Ngomong-ngomong, siapa pacar barumu? Kamu belum memperkenalkannya kepadaku. Kapan kamu akan mengenalkannya kepadaku?"

Alana mengatupkannya bibirnya, lebih tepatnya suaminya bukan pacarnya "Dia sangat sibuk, mari kita bicarakan tentang itu saat kamu punya waktu."

"Hah dasar, kau ingin menyembunyikannya. Bahkan dia hanya pacarmu bukan suamimu. Tenanglah adikku."

Alana tertawa mendengar ocehan dari Risa. Tiba-tiba ponselnya berdering dan muncul nama Dito di layar ponselnya.

"Datanglah ke kantorku." ucap Dito dengan nada dingin yang membuat Alana menjadi panik.