Chapter 8 - Pertentangan

Menyadari ekspresi tidak senang dari Ibu Bisma, hati Alana menjadi takut. Dia merasa tidak nyaman dan tenang.

"Bisma, ikut aku." Ucap Ibu Bisma dan berlalu bangkit menuju ke ruang atas.

Alana mencoba meyakinkan diri bahwa semua tampak baik-baik saja. Walaupun mencoba sekuat tenaga untuk tenang, hati Alana tetap takut dan tidak tenang akan reaksi tersebut.

Bisma menepuk tangannya dengan ringan

"Jangan khawatir, tidak apa-apa, aku akan berurusan dengan ibu." Bisma sambil melirik ayahnya.

"Ayo, segera temui ibumu. Lagipula kau sudah lama tidak mengobrol dengan ibumumu. Jangan khawatirkan Alana, ayah akan menemaninya disini." Mengetahui apa maksud ayahnya, Bisma mempercayakan Alana kepada ayahnya.

Bisma pun langsung naik ke atas menyusul ibunya yang sudah mendahuluinya. Dengan kepergian Bisma dan bu mertuanya, suasana menjadi kosong dan sepi.

"Alana," panggil ayah Bisma dengan ramah

"Bisma, anak ini pendiam dan selalu memikirkan semuanya. Mulai sekarang, kamu harus bersabar untuk menghadapinya."

Alana tersenyum ringan dan mengangguk: "Ya, ayah."

Sedangkan di balkon lantai atas rumahnya, Bisma dan ibunya sedang membicarakan sesuatu

"Bisma, bagaimana caramu membawa pulang wanita yang tidak bermartabat?" Alis Ibu Bisma menyatu dan wajahnya tampak marah.

Bisma mengerutkan kening, sedikit bingung

"Ibu, Alana adalah istriku. Mengapa kamu berkata seperti itu padanya?"

Dengan segera Ibu Bisma mengambil koran dan melemparkannya ke atas meja

"Bacalah sendiri!" ucapnya.

Bisma langsung membaca koran tersebut dengan teliti. Pada halaman depan koran tersebut tercetak jelas foto pernikahan Sherin dan Dito. Pada lembar berikutnya adalah cerita perjalanan cinta dari sang mempelai laki-laki yaitu Dito. Di koran tersebut dikatakan bahwa Dito terakhir menjalin hubungan sengan seorang wanita bernama Alana yang merupakan karyawan di majalah TIME.

Di koran tersebut dikatakan bahwa wanita yang bernama Alana ini dikatakan merupakan orang ketiga diantara hubungan Dito dan Erika. Disana juga ditambahkan keterangan bahwa meskipun Dito telah menikah, Alana tidak akan menyerah, dia tetap bekerja di TIME setiap minggu dan menunggu peluang untuk meruska hubungan antara Dito dan Erika.

Wajah Bisma menjadi merah padam karena menahan emosi.

"Bu, apakah karena ini ibu menganggap Alana adalah wanita yang tidak bermartabat ?"

"Apakah itu tidak cukup?" nada suara Ibu Bisma meninggi

"Bisma, sebagai seorang prajurit, kamu tidak memiliki pengalaman dalam hubungan dengan seorang wanita. Ibu takut kamu akan tertipu!"

Bisma menatap ibunya "Aku khawatir ibu yang tertipu."

Ibu Bisma tidak menyangka bahwa anaknya akan memberikan reaksi yang berbeda dari perkiraannya. Ibunya sangat marah kepadanya karena membela Alana di depan ibunya.

"Kamu berani melawan ibumu demi wanita itu ?!"

"Alana adalah istriku ibu." jawab Bisma

Mendengar jawaban dari Bisma, membuat ibunya tidak dapat berkata-kata lagi. Mengetahui bagaiaman sifat anaknya yang keras kepala. Ibunya mecoba menahan emosi dan mencoba berbicara dengan tenang dengan anaknya.

"Bisma, selain Erika, aku belum pernah mendengar gadis yang dekat denganmu. Apa kau pernah bertemu Alana belum lama ini?"

mendengar pertanyaan dari ibunya, Bisma hanya diam. .

"Ibu tidak pernah bertanya tentang kehidupan cintamu. Ibu tidak keberatan jika kamu menikah dengan wanita biasa, setidaknya kamu tidak bersalah, tetapi Alana adalah ..."

"Apakah ada hal lain yang terjadi?..." Sebelum Ibu Bisma selesai berbicara, Bisma menyela dengan suara dingin, berdiri dan berlalu pergi

"Maaf ibu, Alana masih di ruang tamu, saya ingin turun."

"Kamu dan Alana, apa yang harus dilakukan terhadapa Sherin?"

" Alana adalah istri saya satu-satunya." Ucap Bisma dengan tegas.

Setelah percakapan tersebut, Bisma langsung turun.Ibu Bisma hanya bisa menatap punggung anaknya dengan ekspresi tidak percaya.

Boby berkecimpung dalam bisnis, Bima dalam politik, dan Bisma dalam lingkungan tentara. Semua ketiga bersaudara itu selalu sibuk. Keluarga besar Bisma jarang berkumpul sebagai sebuah keluarga. Sekarang Bima dan Bisma kembali, Imelda secara khusus memasak khusus hari ini hingga meja penuh dengan hidangan. Alana menahan air liurnya agar tidak menetes ketika dia melihat meja hidangan penuh dengan beraneka makanan lezat.

Selama delapan tahun, dia hampir tidak makan dengan benar. Setelah orang tuanya pergi meninggalkannya, dia tidak peduli lagi apakah dia sudah makan atau belum. Meskipun pada faktanya dia sangat senang mencoba makanan baru dan suka berkulineran. Pada meja makan tersebut, semua keluarga Bisma duduk dan saling bersenda gurau terkecuali ibu Bisma dengan wajah dingin.

Suasana meja makan yang dingin, dicairkan oleh lelucon Bima yang membuat Alana tertawa lebar. Alana tahu betul bahwa berbicara di meja makan itu salah, tetapi lelucon yang dibuat oleh Bima terlalu lucu. Sehingga Alana mencoba mengabaikan permusuhan dari ibu Bisma.

Yang paling mengejutkan adalah Bisma berinisiatif mengambilkan makanan untuk Alana. Apa yang membuatnya semakin tidak bisa dipercaya adalah bahwa semua hidangan yang diambil Bisma adalah favoritnya. Jika bisa Alana ingin menghabiskan semuanya, namun dia takut terlalu kenyang jika menghabiskan semua hidangan yang telah diberikan oleh Bisma. Setelah makan, maka yang selanjutnya yaitu menyantap buah segar sebagai hidangan penutup.

"Alana, Bisma adalah seorang prajurit. Seorang prajurit jarang punya waktu untuk pulang. Kamu harus memperhatikan hal itu. Kamu bekerja di Kota Bandung, kan? Jika kamu punya waktu, datanglah kemari dan temani kedua orang tua ini. Makan bersama.apa kau tidak keberatan?"

Sambil menyesap tehnya ayah Bisma menatap Alana dengan lebih ramah. Ketika Alana ingin menjawab, dia melirik wajah tanpa ekspresi Ibu Bisma dari sudut matanya. Hatinya dingin dan dia dengan enggan tersenyum, "Uh ... baiklah"

"Alana sangat sibuk dengan pekerjaannya dan dia pasti tidak punya waktu untuk istirahat. Dia juga sibuk mengurus Bisma, dan juga Nona Alana harus bekerja dengan ketenangan pikiran." Ibu Bisma berkata dengan dingin sebelum Alana menyelesaikan bicaranya..

Alana merasakan tersindir dan sakit hari. Ibu Bisma memanggilnya "Nona Alana" yang secara tidak langsung, beliau tidak menganggapnya sebagai menantunya.

Wajah Bisma menjadi merah padam menahan amarah.

"Kakak dan adik," ucap Bima sambil meletakkan kotak brokat di depan Alana dan suasana menjadi dingin "Kalian berdua sudah menikah. Ini adalah hadiah dariku. Jangan sampai kau menolaknya, terima saja" .

"Terima kasih kak Bima." balas Alana

Alana sangat sedih sehingga dia hampir tidak bisa tersenyum setelah menerima hadiah itu. Selain ucapan terima kasih, Alana tidak tahu harus mengucapkan apalagi karena pikirannya sedang kacau.

"Ayah, ibu, kak Bima, aku pamit undur diri dulu."

Tanpa aba-aba, Bisma langsung berdiri, tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi , meraih tangan Alana dan berjalan keluar dari rumahnya. Alana yang diseret secara paksa, terlihat bingung dan berpamitan sambil berjalan.

"Selamat tinggal ayah, ibu, ksk Bima"

Ketika Bisma dan Alana pergi, senyum di wajah ayah Bisma langsung hilang menutup dan meletakkan cangkir teh

"Citra, ikut denganku!"

Kali ini giliran Ibu Bisma yang tercengang Mengapa suaminya yang lembut tiba-tiba marah.

Saat berjalan keluar, Bisma tetap diam dan suasana di dalam mobil begitu tegang. Sambil menggosok tanganya yang tidak gatal. Setelah berpikir untuk beberapa saat Alana memutuskan untuk bertanya.

"Mayjend Bisma, apakah ibumu tidak menyukaiku.?"

"Panggil aku Bisma."

Alana tertegun "Baiklah ..."

"Alana, apakah kamu memutuskan untuk tidak mengungkapkan pernikahan kita?"

Alana mengatupkan bibirnya. hati Alana dipenuhi dengan kesedihan yang samar

"Pertama ... Bisma, maafkan aku, kuharap kau bisa memaafkanku." Selain itu, dia masih memiliki bayangan Dito di dalam hatinya. tidak adil bagi Bisma dengan tidak mengungkapkan pernikahan mereka.

Bisma terdiam. Setelah sekian lama, dia menatapnya dan berkata dengan serius

"Tidak peduli apakah pesta pernikahan diadakan atau tidak atau apakah hubungan kita terbuka atau tidak. Alana yang harus kamu ingat adalah saat ini suamimu adalah aku, Bisma."

Bisma selalu menganggap kata-kata seperti emas, tapi sekarang setiap kata mengenai jiwanya, memukul jiwanya. Membuat hatinya bergetar.

Bisma adalah pria yang baru dia lihat tiga hari yang lalu, sekarang telah menjadi suaminya. orang yang memegang tangannya selama sisa hidupnya. Semua ini terjadi luar biasa, di mata pria ini, dia bahkan dapat membaca keresahan yang terjadi padanya. Apakah Bisma mencintainya? Jika iya, maka sejak kapan?

Alana adalah seorang gadis yatim piatu setelah kedua orang tuanya meninggal. Dia tidak memiliki apapun. Namun Bisma adalah komandan wilayah militer bergengsi, yang memili latar belakang keluarga yang baik dan kekuasaan yang tingi. Bisma bisa dikatakan sebagai kesayangan para dewa. Apakah dia mencintainya? Apakah dia layak mendapatkan cinta Bisma?. Walaupun begitu, saat ini suaminya adalah Bisma.

"Baikalah." Alana Mengangguk dan mendesah pelan di dalam hatinya.

Merasakan nada tak menentu dari nadanya, Bisma merasa tidak tenang. Denagn sigap mengambil telepon dan mencoba menghubungi seseorang "Apakah ini pemimpin redaksi Dito?"