Karin mencoba sebaik mungkin untuk menahan tangisnya dan tersenyum pada Dion, lalu berkata, "Pak Dion, saya sangat malu jika tidak bisa membayar sepuluh juta itu, tapi aku bisa membayar hutang saya dengan sebuah pekerjaan. Baru saja anda juga melihat bahwa saya bisa menata gaya rambut pak Axell, bahkan memasak dan mengerjakan pekerjaan rumah lainnya dengan baik."
Dion melihat bahwa Karin saat ini sedang dipancing untuk masuk ke kandang singa dan kenapa dia bersedia masuk ke dalamnya dengan gembira. Dia tidak bisa menahan senyumnya dan berkata, "Ya Sudah, ayo pergi untuk menandatangani kontrak kerja ini."
Karin mengangguk dengan cepat dan mengikuti Dion ke ruangan yang ada di dekatnya.
Benar saja, kamar direktur ini sangat lengkap. Komputer ini bekerja untuk mencetaknya. Setelah itu Karin menandatanganinya tanpa ragu-ragu.
Dion telah membereskan kontrak kerja itu dan berkata, "Pak direktur sedang pergi ke pertemuan dan beliau memerintahkan anda untuk tetap berada disini dan menunggunya sampai selesai. Beristirahatlah disini."
Saat dia selesai berbicara, Karin mengangguk dan keluar membawa kontrak kerja itu.
Begitu Dion pergi, Karin melompat dengan gembira.
Akhirnya dia bisa berdekatan dengan Axelle. Dalam beberapa hari ke depan, dia akan punya banyak waktu untuk meyakinkan Axelle bahwa masalah dan tujuan besarnya.
Karin merasa setengah dari batu besar yang menjadi beban di hatinya terlepas dan merasa sedikit hidup.
Dia dengan senang hati melihat dirinya menari di cermin dan dengan tegas berkata "Giandra, aku pasti akan menyelamatkanmu! Kita akan memiliki masa depan yang bahagia dan indah! Kita pasti akan melakukannya!"
Setelah dia melompat, Karin merasa sedikit lelah. Dia beranjak ke sofa dan duduk disana. Dia segera meringkuk kan tubuhnya, lalu dengan tidak sengaja dia tertidur.
Saat ini, Dion membawa pelayannya ke kamar Axelle.
Axelle memiliki kebiasaan yang bersih. Dan karena kamar mandinya habis digunakan. Jadi, itu harus segera dibersihkan atau jika tidak, Axelle akan kehilangan kesabarannya saat kembali.
Pelayan membuka pintu dan Dion mengatakan, "Bersihkan dengan teliti atau kamu akan tau bagaimana rasa temperamen yang dikeluarkan oleh tangan bosmu."
Keduanya memasuki kamar mewah itu satu demi satu dan mereka melihat Karin meringkuk di sofa dan tertidur. Pelayan itu pun langsung memandang Dion.
Dion dengan perasaan yang ragu-ragu memberi isyarat agar pelayan itu pergi mengikutinya.
Keduanya lalu keluar dari kamar direktur lagi dan menutup pintu kamar. Namun saat mereka memasuki lift, Dion berbicara kepada pelayan itu lagi dan mengatakan. "Rapat bisnis akan selesai dalam waktu dua jam. Awasi waktunya dan biarkan bu Karin tidur selama satu jam, lalu ketuk pintunya lagi untuk masuk dan membersihkannya. Ibu Karin cukup kerja keras tadi malam, sekarang sudah waktunya dia tidur nyenyak."
Ketika pelayan mendengar kata "kerja keras tadi malam," dia tersenyum ambigu dan memunculkan ekspresi tidak biasa di wajahnya.
"Ya, saya mengerti. Jangan khawatir."
Dion Mengangguk dan tidak berkata apa-apa.
Keduanya pun sampai tidak sadar bahwa ada seorang wanita yang juga berdiri di lift itu. Wanita ini bukan lain adalah Bella.
Dia baru saja menyadari ketika mereka berdua turun dari lantai atas dan hanya ada kamar direktur di lantai paling atas. Dia sudah lama mendengar bahwa kamar direktur berada di lantai paling atas Venice Hotel. Bahkan kamar itu tidak terbuka untuk orang asing dan hanya disediakan untuk Axelle.
Mendengar percakapan keduanya, Bella pun kembali memikirkan keraguannya yang tadi.
Benarkah wanita yang digandeng Axelle barusan adalah Karin? Mengapa dia tidak memilih wanita yang berkelas? Apakah ada kebetulan seperti itu?
Tidak, dia tidak seharusnya memikirkan hal itu.
Ting dong. Suara lift berbunyi. Bella keluar membawa tas dengan memukulkannya ke kaki pelayan.
"Aduh.."
"Bu, apakah kamu baik-baik saja?" Pelayan itu buru-buru membantu Bella.
Bella berdiri dan menundukkan kepalanya. Lalu mengangguk dan meminta maaf kepada pelayan itu dan Dion, "Saya tidak apa-apa, maaf."
Setelah dia selesai berbicara, dia dengan cepat keluar dari lift. Pintu lift itu pun langsung tertutup. Bella kembali mengangkat kepalanya dengan memegang kartu kamar di tangannya.
Dia mengangkat bibirnya dan tersenyum. Lalu dengan cepat dia menekan lift lain dan masuk ke lift lagi untuk pergi ke lantai paling atas.
Bella menyelinap ke kamar direktur, membuka pintu dengan kartu kunci yang dia ambil tadi untuk masuk. Dan pertama kalinya dia sangat terpesona oleh kemewahan kamar direktur. Tidak lama kemudian dilhatnya Karin tidur di sofa.
***
Mata Bella berubah karena dia sangat mengenali Karin. Ekspresinya pun seperti tidak percaya.
Dengan memakai sepatu hak tingginya, dia bergegas untuk melangkah lalu mengambil segelas air di atas meja dan memercikkannya ke wajah Karin. Bahkan tidak cukup itu, dia juga bergegas ke depan dan menarik lengan Karin. Dia menariknya ke atas. Dia menamparnya.
"Karin, dasar pelacur! Bagaimana bisa kamu merayu Axelle yang pebisnis itu? Ya Tuhan!"
Bella hendak akan menampar wajah Karin lagi, tapi matanya seperti mengeluarkan sinar merah karena rasa iri dan kebencian.
Karin tertidur tapi tiba-tiba disiram dengan air dingin dan wajahnya ditampar. Dia benar-benar seperti sudah waspada dan dia dengan cepat mengangkat tangannya untuk meraih tangan Bella.
"Bella?"
Melihat Bella di sini, Karin sedikit terkejut. Sejak diusir dari rumah lima tahun lalu, dia tidak pernah melihat saudara perempuannya ini lagi, bahkan keluarganya.
"Ini aku Karin! Bagaimana kamu bisa begitu kotor? Apa tidak ada lagi yang bisa kamu lakukan selain berhubungan dengan seorang pria?" Bella berkata dengan kasar sembari melihat Karin yang telah disiram air. Matanya yang cerah menjadi lebih lembab, bersih, dan indah. Tidak ada pipi secantik mawar yang terkena air setelah hujan. Bella pun menjadi lebih marah dan cemburu.
"Kamu menggoda Axelle dengan wajah ini? Lihat, aku akan menghancurkan wajahmu!"
Bella menepis tangan Karin dan menjolorkan kukunya yang panjang untuk meghancurkan wajah Karin.
Karin dengan cepat memegang tangannya lagi dan pada saat yang sama, dia mengarahkan tangannya yang lain untuk menampar wajah Bella dengan keras.
"Aaappp!" Bella langsung terkejut dengan pukulan yang keras.
"Kamu berani memukulku? Aku akan memberi tahu orang tuaku! Biarkan orang tuaku yang akan memukulmu nanti sampai mati!" Teriak Bella terkejut.
Ketika dulu dia berada di rumah, Bella selalu membully Karin tapi Karin tidak pernah berani melawannya. Jika dia melawan Bella, ayah dan ibunya akan menghajar Karin. Apa pun alasannya, dia tidak akan memberikan makanan kepada Karin. Bahkan dia dimarahi karena dianggap tidak mencintai adiknya.
Pada saat Karin mendengarkan Bella mengatakan ini, tangan Karin yang lembut mendorong Bella sehingga membuat Bella yang tidak berjaga dan bersiap-siap memundurkan dirinya dua langkah yang kemudian jatuh ke lantai.
Karin mengambil dua langkah ke depan dan memandang Bella dengan nada yang merendahkan, "Bella, aku sudah bertahun-tahun tidak melihatmu, kenapa kamu belum membuat kemajuan apa pun? Beritahu saja orang tuamu. Oh btw, berapa umurmu? Apakah kamu masih anak TK? Pantas saja kamu masih merengek ke orang tuamu."
Ekspresi Bella terlihat sangat jelek karena sebelumnya dia tidak pernah melihat Karin membalas seperti ini dan sekarang dia sebenarnya merasa sedikit takut.
Bella berdiri dan menunjuk Karin, "Kamu berani mengatakan hal itu kepadaku? Karin, kamu benar-benar berubah setelah lima tahun. Lalu apakah kamu piker dengan kamu mempunyai hubungan dengan Axelle, orang tuamu tidak mempunyai kendali atas dirimu?"
"Ayah dan Ibu?"
Karin teringat kejadian saat dia diusir dari rumah lima tahun lalu. Ketika dia sangat membutuhkan kepercayaan dan dukungan dari orang tuanya. Mereka justru tidak mempercayainya dan memilih untuk mengusirnya. Sejak hari itu, bagaimana bisa dia berfikir masih punya orang tua?
Orang tuanya lebih mempercayai kata-kata Bella. Bahkan mereka percaya bahwa dia benar-benar bermain-main dengan seorang pria yang sedang menghamilinya. Mereka pun tidak pernah memikirkan apa yang harus Karin lakukan saat dia mengandung seorang anak dan diusir dari rumahnya sendiri.
Mata Karin berubah menjadi kemerahan dan hatinya terasa panas. Dia tidak ingin melihat Bella lagi. Dia menunjuk ke pintu dan berkata, "Kamu berhutang padaku lima tahun yang lalu untuk tamparan yang baru saja aku lakukan! Dan soal orang tuamu, katakan saja apa yang kamu suka. Bagaimanapun, kamu sudah seperti anak tunggal sejak kamu masih kecil. Aku pun sudah lama terbiasa dicaci. Sekarang, kamu segera keluar dari sini!"
Mata Bella membelalak dan menatap Karin dengan keheranan.