Chereads / Terbelenggu Dendam Duda Kaya Raya / Chapter 22 - Bab 22 Penampilan Baru Clara

Chapter 22 - Bab 22 Penampilan Baru Clara

Clara terdiam sesaat, sembari memikirkan omongan pelayan itu mengenai kriteria yang diinginkan Tuan Erlan. Clara memiliki semua kriteria itu, namun untuk masalah penampilan, ia harus berusaha lebih keras untuk merubahnya. 

Bagaimana tidak, gadis itu selama ini sudah terbiasa berpenampilan sederhana, namun harus merubah penampilannya sedetail mungkin. Dimulai dari hal sederhana saja, seperti melepas ikatan rambut, sungguh membuat Clara harus bersahabat dengan panasnya hempasan cuaca. 

Ditambah lagi ia harus belajar tentang make up, Clara harus banyak belajar dari Viola tentunya. 

"Nona, mengenakan lipstik saja hanya dapat merubah penampilanmu sedikit saja, dan sepertinya warna lipstik yang Anda gunakan juga tidak cocok." 

Viola melihat Clara yang sedang menorehkan lipstik berwarna merah tua di bibirnya. Warna itu membuat wajah Clara terkesan lebih tua dari usianya. 

"Lalu aku harus pakai yang mana?" 

"Sepertinya ini lebih cocok dengan bibir Anda." 

Viola menyodorkan lip crayon berwarna nude dan liptint merah menyala, sedangkan Clara, ia terlihat begitu awam mengenali kedua benda itu. 

"Biar seperti anak remaja di luar sana, tampilan bibir Nona bisa memakai metode ombre saja, ya?" 

"Ombre? Apa itu ombre?" tanya Clara merasa asing dengan istilah tersebut. Sedangkan Viola, ia hanya tersenyum menanggapi ketidaktahuan nonanya itu. 

"Nanti Nona bisa melihat sendiri bagaimana hasilnya." 

"Baiklah," ucap Clara pasrah. 

Viola membantu Clara untuk mengaplikasikan kedua benda itu ke bibirnya, dengan telaten gadis itu juga berusaha mengajari Clara cara memakai lip crayon dan liptint dengan benar. 

Dimulai dengan mengusap lapisan pertama, lip crayon ke permukaan bibir Clara secara merata, setelah itu ia mengoleskan lip tint merah menyala di bagian dalam bibir. 

Lalu Viola menyuruh Clara untuk saling menggerakkan bibirnya satu sama lain agar kedua cairan itu ngeshade secara sempurna. 

"Bagaimana? Cantik bukan?" 

Sambil tersenyum puas Viola menghadapkan kaca tepat di depan wajah Clara.  

"Wah, cantik sekali warna bibirku. Kamu benar-benar ahli ya," puji Clara kepada Viola. Sekaligus menghargai wanita di hadapannya karena telah membantunya. 

"Ah bisa saja, ini hanya teknik dasar saja Nona. Besok-besok pasti akan saya ajari teknik make up yang lainnya." 

Clara melongo, kemudian mengangguk. Ia tidak ingin memperpanjang waktu karena ketidak mengertiannya mengenai semua hal yang Viola ajarkan kepadanya.  Jangankan teknik yang lainnya, hal dasar yang baru saja Viola sampaikan kepadanya saja terlihat begitu rumit. 

"Eh kamu mau ngapain?" 

Tanya Clara ketika melihat Viola mendekat ke wajahnya. 

"Tenang saja, Nona. Saya hanya ingin mengaplikasikan bedak tabur ke wajah Nona." 

Dengan segera spons yang sudah melekat butiran bedak tabur menepuk-nepuk wajah Clara dengan lembut dan pelan. Kali ini Viola memilihkan shade nomor 4, itu adalah shade paling terang di antara shade lainnya. 

Setelah selesai, merasa ada yang kurang, Viola menambah pemakaian maskara dan eyeliner di area mata Clara. 

"Lihatlah ke atas, Nona." 

Sembari membentuk eyeliner, Viola terus melihat keindahan mata Clara. Ia juga tidak terlalu kesulitan membentuk garis ujung di kedua mata itu. 

"Tara, lihatlah hasilnya." 

Viola kembali menyodorkan kaca, sedangkan Clara, ia langsung melihat wajahnya dari pantulan kaca. 

"Ajaib, hasilnya beneran sebagus ini." 

Tutur Clara sambil melihat setiap sudut wajahnya. 

'Ya Tuhan, ternyata aku secantik ini.' 

Puji Clara dalam hati. Seketika timbul pikiran memuji dirinya sendiri, namun ia sangat malu untuk melontarkan di hadapan Viola.

"Heran ya karena Nona ternyata sangat cantik?" 

Ah, bagaimana bisa ia tahu apa yang ada di hati Clara saat ini? Tidak, jangan bilang kalau selain Viola pintar make up, ia juga seorang dukun. Pikiran konyol! 

"Apa ini tidak terlalu menor untukku?" 

"Tentu tidak, Nona." 

"Atau mungkin terlalu menipu mereka?" 

"Menipu? Ha. . . ha. . ." 

Viola tertawa geli mendengar pertanyaan Clara. 

"Menipu bagaimana, Nona. Ini kan memang wajah asli Nona, bukan foto editan yang memakai kamera cantik. Atau mungkin sekalian saya foto menggunakan kamera cantik?" tanya Viola sambil tertawa kecil. 

"Iih, kamu ini," jawab Clara tersipu malu. 

Kedua wanita itu semakin lama semakin akrab, keduanya terlihat begitu cocok. Apalagi Clara, ia sudah menganggap Viola sebagai sahabat keduanya setelah Reva. 

Viola melanjutkan aktivitas selanjutnya, memilihkan baju yang cocok untuk dipakai Clara nanti malam saat jam makan malam. 

Kebetulan suaminya juga belum pulang, Clara pun memberi ijin Viola untuk masuk ke kamarnya. Karena jika Erlan sampai tahu, sudah dapat dipastikan kedua alis kejam itu akan saling bertaut. 

Viola melihat beberapa pakaian yang Clara keluarkan dari dalam lemari bajunya, gadis itu pun melihatnya satu per satu. 

"Sepertinya ini cocok." Bukan pakaian tertutup yang ia pilih, justru kali ini gadis itu menyuruh Clara mengenakan daster. 

"Daster? Kamu serius aku harus pakai ini? Bukannya suamiku menyukai wanita yang memiliki penampilan fashionable, lalu ini?" tanya Clara heran. 

"Saya serius, Nona. Cepatlah pakai daster panjang ini." 

Viola memilihkan daster panjang berwarna hitam, daster itu memiliki lengan panjang dan begitu sempurna menutup badan Clara. 

Viola kembali tersenyum ketika melihat Clara memakai daster itu. 

"Apa ini kelihatan bagus di badanku? Bagaimana jika pria itu sampai marah? Atau bahkan Nyonya Carlis …." 

"Bagus dan cantik.Jika mereka tanya kenapa Nona pakai daster, jawab saja karena Nona memang menyukai pakaian ini." 

Ucap Viola sedikit memerintah. 

Seketika ingatan Viola merambah pada lima tahun yang lalu, ketika ia tidak sengaja mendengar percakapan Erlan dan Sena di kamar. Pria itu memuji kecantikan Sena tanpa henti, dan ia juga menyuruh istrinya untuk memakai daster panjang setiap malam. Tentu bukan daster pendek dan seksi, justru daster yang Erlan sukai adalah model daster yang tertutup. 

[Flashback] 

"Bagaimana, sayang? Cantik tidak?" 

Tanya Sena kepada Erlan yang sedang duduk memperhatikan dirinya. 

"Tentu, istriku ini memang sangatlah cantik. Pakai apa pun sebenarnya sudah sangat cantik, tapi ketika pakai daster ini, kamu lebih terlihat anggun." 

Sontak Sena terkejut, wanita berdaster lebih terlihat anggun? Suaminya itu memang memiliki selera yang berbeda dengan laki-laki pada umumnya. 

"Iih gombal."

"Beneran, kalau perlu setiap malam kamu memakai daster ini. Besok-besok saya akan membelikanmu banyak daster, biar bisa buat gantian setiap harinya," ucap  Erlan sambil memegang kedua pundak istrinya. 

Ya, percakapan kedua orang itu justru terdengar oleh Viola. Erlan terlihat begitu sangat mencintai istrinya, bahkan sifatnya yang sekarang kepada Clara, justru sangat bertolak belakang. 

Selama ini Erlan tidak tahu kalau Viola mengetahui alasan istrinya kenapa setiap malam memakai daster panjang, meskipun awalnya Sena tidak terlalu menyukai daster, namun demi suaminya ia rela membiasakan dirinya. 

"Kenapa aku harus berbohong dan mengatakan kalau aku menyukai memakai daster kepada mereka?" tanya Clara. Gadis itu sangat ingin tahu alasan sebenarnya. Bukan Clara namanya jika tidak ada pertanyaan di dalamnya.