"Tapi kenapa, Bi?" sanggah Agile cepat. Apakah Bi Minah menolak niat baik dirinya?
"Bibi takut saja sama nyonya Jenie. Karena bibi yakin tuan ke luar dari rumah hanya karena perintah dari nyonya Jenie."
Agile tersentak. Kenapa perkataannya begitu tepat sasaran? Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Bibi tidak usah khawatir, untuk urusan kemarahan mommy biar aku yang menanggung semuanya," jelasnya begitu yakin. Padahal, dalam hati kecilnya ia juga sama merasa takut. Namun, entah kenapa ia hanya ikut Bi Minah ke rumah sakit. Ya, meski alasannya terdengar tidak pas.
Bi Minah tampak menimbang-nimbang. "Tuan yakin ingin ikut dengan bibi?" tanyanya memastikan. Dalam hatinya masih tersimpan keraguan.
"Sangat yakin."
Bi Minah tersenyum kecil agar tidak menciptakan kecanggungan di antara keduanya. "Baiklah, mari ikut bibi," ajaknya.
"Ehk bentar bi!" kilah Agile sebelum melangkah.
"Ya?" tanya Bi Minah seraya menaikan salah satu ujung alisnya.