"Yah dicintai syukur ... enggak ya cari yang lain, mencintai apa adanya itu indah," tutur Anjar.
"Tapi kan sebagai bukti Jar ..." Anjar tersenyum lalu berucap.
"Yang tidak suka bisa jadi suka, yang suka bisa jadi benci, mencintai itu bukanlah hal yang mudah, bahkan cinta itu datangnya tidak menentu." Dan tiba-tiba Egi datang.
"Ayo latihan vokal Ris," ajak Egi, Airis terdiam sejenak, mengeluarkan nafas panjang lalu kemudian langsung berdiri mengikuti ajakan Egi dan mereka pun berlatih.
Sebelas hari kemudian, masih di acara yang sama yaitu latihan pentas seni, dan nampak Agus mengajak Airis untuk ngedance, kontan aja Airis pun terkejut.
"Kok ngedance sih? Aku kan belum bisa."
"Kalau cuma dance itu mudah," ujar Rendy yang tiba-tiba menyahut.
"Emang kamu bisa?"
"Bisa," jawab Rendy singkat, dan kemudian Egi datang.
"Maaf Bray gue telat," ucap Egi.
"Lha ini orangnya dateng, gini gue dan Egi bisa dance," celetuk Rendy dan Egi nampak terkejut.
"Heh, apa-apaan nih main tunjuk-tunjuk?"
"Udah nurut aja ..." disaat dialog masih berlangsung tiba-tiba Airis menarik tangan Egi dan kemudian mengajaknya ke tempat yang agak sepi.
"Gi, kemarin lo ajak Adik gue kemana?" tanya Airis terlihat mengintrogasi.
"Gak jadi kok," jawab Egi, dan tiba-tiba Airis malah ketawa.
"Hehehe ... denger ya, kalau ingin ngajak Adikku dinner itu sore aja .. jangan malem .. aku dukung kok, tapi awas kalau sampai adikku lo bikin nangis!" ujar Airis sambil mengepalkan tangannya, dan Egi pun sedikit terkejut dan kemudian berkata.
"Wih ... galak bener, udah tenang aja ..." lalu setelah itu Airis pun kembali masuk.
"Yes ... rupanya cuma nakutin aja, gak taunya dia malah dukung," ucap Egi sambil senyum-senyum sendiri, lalu Egi pun masuk.
"Dari mana saja sih? Ayo cepat masuk," ujar Winda.
***
Lalu drama pun langsung dimulai ...
"Rendy, benarkah kamu mencintai Airis?" Rendy tersenyum.
"Iya, tapi dia mencintai Egi." Lalu Egi datang dan berucap.
"Jangan salah saudaraku, gue dan Airis tidak ada apa-apa, udah cintai dia, sayangi dia dan berkobanlah untuknya sebagai bukti bahwa kau memang benar-benar sayang," terang Egi, lalu Rendy pun bertanya.
"Tapi bagaimana caranya?"
"Gitu aja kok pake tanya sih, samperin aja tu cewek, pegang kedua pundaknya lalu ungkapin perasaan lo, udah beres!" tegas Rendy memberi resepnya.
"Heh, denger ya? Gini-gini gue itu juga pernah ngaji, gue pernah denger dari pak ustadz "Tinggalkan keraguan dan ambillah yang kau yakini ... itu kalau gak salah gini nih bunyi arabnya "Da' maa yuribuk ilaa maa yuribuk," begito ... hehehe," ujar Agus.
"Oke, kadang-kadang otak lo ada benarnya juga Gus!" balas Rendy.
Keesokan harinya Rendy pun mengungkapkan perasaannya.
"Ris ... mungkin sudah saatnya aku menyudahi ketidakpastian hubungan kita," ucap Rendy memulai.
"Ketidakpastian? Apa maksudnya?" balas Airis balik tanya.
"Aku akan mencoba mencintaimu," ujar Rendy.
"Kok masih mencoba?" sahut Airis memberikan sanggahannya.
"Benar Ris, karena untuk kepastian itu hanya tuhan yang tahu, tapi tenang kamu boleh menilai apakah aku memang pantas untuk kamu terima atau enggak? Itulah yang akan aku usahakan untuk membuktikannya." Dan Airis nampak memandangi Rendy dengan penuh perasaan. Waktu terus bergulir dan dansa juga telah dimulai, lalu Egi pun datang.
"Airis .. aku mencintaimu," ucap Egi, dan sontak pun itu membuat Rendy terkejut.
"Kau telah menikamku dari belakang Egi," ucap Rendy dengan perasaan penuh kecewa. "Airis sekarang aku tanya, kau pilih aku atau dia?" tanya Rendy minta ketegasan, kemudian nampak Airis merespon itu dengan sebuah nyanyian.
"Cinta bukan begini ... jangan buat aku pusing dan bingung ... derita di atas dua cinta ... mengapa-mengapa cintaku begini ...?" Dan Rendy pun langsung menyambung, "Tak apalah sayang ... daku relakan dirimu untuk dirinya ..." Airis kembali menyahut, "Tidak sayang, aku merasa egois bila menerimanya kembali," dan Agus juga menyahut.
"Bagaimana kalau seandainya Rendy dan Egi bertanding ngedance demi Airis?" dan akhirnya mereka berdua pun bertanding dan Egi kalah, lalu bersatulah Rendy dan Airis, sandiwara pun selesai, tawa dan sorak penonton pun langsung pecah.
Kemudian di penghujung acara pengumuman hasil lomba pun disampaikan dan pemenangnya adalah untuk juara satu dimenangkan oleh universitas Sultan Baharuddin, juara dua dimenangkan Airis dan kawan-kawan, dan pemenang ketiga adalah anak-anak dari UAB (Universitas Anak Baik-baik).
"Kita menang ... kita juara dua ... hore ...!" Airis teriak kegirangan.
"Alah cuma juara dua aja bangga, lebay lo!" sahut Rendy, lalu kemudian Rendy nampak keluar sedang teman-temannya mengambil penghargaan.
Malam semakin larut, mereka pun berjalan menuju parkiran, dan tiba-tiba saja Pak Dosen berdiri menghadang.
"Mana Rendy? Ini ada mobilnya tapi kok orangnya gak ada," tanya Pak Dosen.
"Saya cari dulu Pak," sahut Airis dan kemudian dia langsung bergegas mencari Rendy, dan benar saja dia pun menemukan Rendy salah satu sudut ruangan.
"Heh Rendy ngapain lo disitu?" tanya Airis.
"Ssst ...!" tiba-tiba Rendy menarik tangan Airis dan kemudian bertanya dengan suara lirih.
"Itu tadi hanya akting kan Ris? Bukan yang sebenarnya kan?"
"Rendy, aku ini tahu diri, dan aku paham bahwa orang seperti kamu tidak mungkin akan suka dengan cewek kayak aku, udahlah jangan berpikir yang tidak-tidak, dicari Pak Dosen, buruan!" tegas Airis, dan kemudian mereka pun kembali menghadap ke Pak Dosen.
Keesokan harinya Egi nampak mengajak Rina keluar, meskipun sudah memiliki tujuan namu Egi sengaja tidak memberi tahu pada Rina, lalu setelah sampai di tempat yang dituju Rina berkata.
"Lho ini kan tempat konsernya artis? Kenapa kita kemari?"
"Hehe ... di dalam ada sesuatu yang aku sukai, ayo masuk," Egi pun menarik tangan Rina lalu mereka pun masuk dan kemudian duduk, dengan wajah ceria Egi berkata.
"Nah itu kesukaanku," ucap Egi sembari menunjuk ke artis yang sedang perform.
"Tuh, tuh, tuh dia suruh kita angkat hp, ayo angkat ..." Egi menarik tangan Rina ke atas.
"Hih ... apaan sih, mau-maunya disuruh, lepasin ah!" Egi pun melepaskan pegangannya sambil ikut menyanyi, lalu Egi menoleh ke Rina yang nampak tidak menghiraukan tampilan konser tersebut dan malah sibuk nonton video di ponselnya.
"Ya ampun ... malah nonton Tom and Jerry lagi," ucap Egi nampak agak sedikit sewot dengan sikap Rina, lalu tiba-tiba Rina berdiri.
"Aku mau pulang," ucap Rina.
"Tunggu dulu dong, ini kan belum selesai," balas Egi sambil berusaha mendudukkan Rina dengan menekan dua pundaknya, dan Rina berusaha berontak untuk berdiri, hingga keributan dari berdua membuat penonton yang lain merasa terganggu dan kemudian berseru.
"Heh, kalian berdua apa-apaan sih? Kalau mau ribut jangan disini dong!" Egi pun berucap.
"Tuh kan, kamu sih susah diatur ..."
"Lebih keren kamu juga, ngapain harus repot-repot lihat mereka, udah ah pokoknya aku mau pulang," sergah Rina sambil berdiri dan kemudian langsung beranjak pergi, lalu Egi pun menyusul, dengan cengengesan nampak Egi berseru lirih.
"Dia bilang kalau aku keren? Yes, yes, yes!" Egi pun berlari menyusul Rina yang telah berada jauh di depannya.