Chereads / Tawanan Yuan Earl / Chapter 1 - Kejutan

Tawanan Yuan Earl

Haryanti_Yulia_0161
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 6.6k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Kejutan

Grand Royal Hotel

Di sebuah kamar hotel yang terlihat luas dan megah, Ayura Moon tengah duduk di pinggir ranjang dengan perasaan gelisah.

Wanita mungil yang mengenakan kaos putih dan celana jeans biru itu membiarkan netra coklatnya terus-menerus menatap ke arah pintu kamar, menanti kedatangan seseorang—begitu berarti dalam hidupnya—Alexander Bell.

Dialah laki-laki yang Ayana cintai sepenuh hati!

Dan besok, merupakan hari pernikahan mereka. Hari di mana dia dan Xander akan mengucapkan sumpah sehidup semati di hadapan Tuhan, orang tua dan para tamu undangan.

Namun, Xander sebagai mempelai pria, belum juga tiba di Grand Royal—hotel termewah dan termegah yang ada di kotanya—Sky Hill.

Sebelumnya, Xander meminta izin pada Ayana untuk melakukan perjalanan bisnis selama tiga hari dan berjanji akan pulang sehari sebelum pernikahan mereka.

Ayana tentunya berat hati memberikan izin pada lelaki itu, mengingat pernikahan mereka semakin dekat. Dia khawatir terjadi sesuatu yang tak diinginkan pada Xander, tetapi lelaki itu berhasil meyakinkannya dengan mengatakan. "Sayang, kamu dan perusahaan adalah dua hal yang paling penting dan berharga dalam hidupku. Kamu yang paling tahu, bagaimana aku sangat menantikan hari di mana kamu dan aku menjadi kita, tapi aku juga tidak bisa mengabaikan masalah perusahaan. Jadi, izinkan aku pergi ya. Aku janji, semuanya akan baik-baik saja dan tidak akan mempengaruhi pernikahan kita."

Begitu saja, Ayana luluh dengan bujuk rayu Xander.

Dan di sinilah Ayana saat ini, menunggu kedatangan Xander di dalam kamar hotel yang dia pesan khusus untuk calon suaminya itu.

Dia berencana memberikan kejutan pada Xander, sekaligus memastikan sendiri keadaan lelaki itu baik-baik saja.

Namun, hari sudah semakin gelap dan matahari sebentar lagi akan bertukar shift dengan bulan, tetapi kekasih hatinya tak kunjung menampakkan batang hidung, membuatnya dirundung kegelisahan.

Di saat kegelisahan semakin menghantuinya, Ayana mendengar suara yang berasal dari pintu.

Ayana terlihat bahagia, kegelisahannya seketika sirna. 'Itu pasti Xander!'

Dia segera bersembunyi di balik tirai—terletak tidak jauh dari ranjang—di belakangnya terdapat jendela besar yang menampakkan pemandangan indah kota Sky Hill dan terdapat begitu banyak gedung-gedung pencakar langit.

Dengan perasaan berdebar, Ayana menunggu dan menghitung dalam hatinya, bersiap-siap hendak keluar dari tempat persembunyiannya agar Xander terkejut.

'Satu.'

'Dua.'

'Ti—'

"Engh." Suara rintihan dan desahan memasuki gendang telinga Ayana, hingga rasanya menembus jantungnya dan membuatnya berdebar kuat.

Dia mengurungkan niatnya keluar dari tempat persembunyian dan pikirannya mulai menduga-duga.

Suara siapa itu?

Apakah ada orang yang salah masuk kamar?

Dia tidak mungkin ....

'Xander?!' Ayana hampir saja menjerit ketika pupilnya membesar saat menangkap sosok Xander dan seorang wanita yang tengah berperang lidah dengan penuh gairah dan tangan kedua insan itu bergerilya ke tubuh masing-masing, memberikan sentuhan yang memabukkan.

Sejenak jantung Ayana berhenti berdetak, sementara matanya mulai berkabut dan tak lama kemudian, cairan bening mulai membasahi pipinya.

Xander, laki-laki yang memberikan seberkas cahaya dalam kegelapan dan satu-satunya orang yang dia percayai di dunia ini, tega mengkhianatinya.

Lebih menyakitkan lagi, wanita yang menjadi partner ranjang Xander, masih memiliki hubungan darah dengannya—Ayura Moon—adik tiri Ayana.

Cinta dan kepercayaannya seketika hancur bersama hatinya yang rapuh.

"Ahhh, Xander."

"Cepatthh, masukkan!"

"Aku gak kuat."

Suara desahan dan rintihan Ayura bagaikan melodi yang mengalun indah, tetapi mampu memekakkan telinga dan mengiris-iris hati Ayana.

Wanita itu membekap mulutnya dengan kedua tangan untuk menghalangi suara isak tangis keluar dari bibirnya yang bergetar.

Melihat pemandangan di depan matanya, menghancurkan semua angan Ayana Moon yang begitu sederhana, yakni menua bersama Alexander Bell.

Namun, lelaki itu malah berguling-guling di atas ranjang bersama Ayura, tepat sehari sebelum pernikahan mereka.

Bahkan, mereka melakukannya di kamar hotel yang Ayana pesan untuk Xander mengistirahatkan tubuh lelahnya setelah pulang dari perjalanan bisnis.

Apa mereka tidak punya hati?

Ayana masih setia menonton adegan dewasa yang tidak pernah dia saksikan sebelumnya, walau hanya dari sebuah film.

Namun, di saat bersamaan wanita itu mempunyai pikiran untuk mengabadikan momen menyakitkan yang ada di depannya saat ini.

Ayana mengambil ponsel dari saku celananya dan mulai merekam setiap pergerakan liar yang dilakukan kedua insan terkutuk di atas ranjang.

Ayana juga sudah berhenti menangis, berpikir tangisannya tidak berguna dan hanya akan menyia-nyiakan air matanya yang begitu berharga demi dua manusia kotor seperti mereka!

"Ssss ... Xander, aku ... lebih cepat." Ayura kembali meracau penuh kenikmatan dan Xander menuruti keinginan wanita yang sedang ada di bawah kendalinya.

Xander mempercepat tempo pada gerakan pinggul ketika puncaknya dan Ayura hampir tiba, tetapi suara tepuk tangan dari belakang mereka, membuyarkan semua kenikmatan.

"Sial!" Xander mengumpat.

"Ah, jangan berhenti." Ayura seakan sudah gila, bahkan sampai ingin mengabaikan keberadaan orang lain di tengah-tengah pertempuran mereka.

Detik berikutnya, Ayura mengikuti arah pandangan Xander untuk melihat sosok yang sudah mengacaukan kesenangan mereka.

Ayana Moon?!

Untuk sesaat, Xander dan Ayura membeku melihat keberadaan Ayana yang memasang wajah dingin, membuat mereka menggigil.

Ayana tengah duduk di sofa—terletak di ujung ranjang— dengan menyilangkan kedua kakinya, sementara satu tangannya berada di atas sofa dan tangan lainnya bertumpu pada paha untuk menopang dagunya.

Netra coklatnya tertuju lurus pada tubuh Xander dan Ayura yang masih menyatu dan tidak tertutup sehelai benang pun.

Ekspresi Ayana tetap tenang, sama sekali tidak terganggu dengan pemandangan yang menodai kesucian matanya. Seakan, apa pemandangan saat ini adalah drama romantis yang sering dia tonton di laptop.

"Permainan kalian sungguh luar biasa," puji Ayana dengan mata berbinar, seperti seorang sutradara yang memberikan pujian pada artisnya.

Xander terlihat frustasi karena gelombang kenikmatan belum sempat dicicipinya dan segera tersadar, lalu melepaskan penyatuannya dengan Ayura.

Lelaki itu langsung mengenakan pakaiannya secara asal dan langsung mendekati Ayana, sementara Ayura bergegas menarik selimut.

"Berhenti di sana, jangan dekati aku!" perintah Ayana saat melihat Xander ingin duduk di sebelahnya.

Dia tidak akan sudi berdekatan dengan Xander yang sudah terkontaminasi kotoran!

Xander berdiri di sebelah Ayana dan melemparkan pertanyaan dengan perasaan gugup dan rasa bersalah. "Ayana, kamu ngapain di sini?"

"Rencananya, aku ingin menunggu dan memberikan kejutan untukmu. Tapi siapa sangka, akulah yang mendapatkan kejutan darimu." Tidak ada beban dari nada bicara Ayana, wajahnya pun tidak menunjukkan kesedihan atau kekecewaan.

Wanita itu bersikap seolah-olah apa yang disaksikannya beberapa saat lalu, sedikitpun tidak melukai hati dan perasaannya.

Padahal, dia hanya mencoba menutupi lukanya.

"Kakak, jangan salah paham pada Xander." Ayura menyela, entah sejak kapan wanita itu sudah berpakaian dan berdiri di sebelah Xander.

Keduanya tampak serasi jika berdiri berdampingan, terlihat seperti pasangan yang dikirim Tuhan dari neraka!

Xander hanya mengenakan celana secara asal-asalan, bahkan tali pinggang dan resletingnya tidak tertutup dengan benar. Sementara Ayura mengenakan gaun yang terlihat sudah kusut dan berantakan.

Ayura tampak menyedihkan dengan air mata yang membanjiri pipinya, terlihat seperti wanita lemah dan butuh perlindungan. "Aku, akulah yang merayunya. Aku mencintainya, sementara dia mencintaimu dan kami melakukannya hanya untuk memenuhi kebutuhan masing-masing."

Kebutuhan seperti apa yang dia maksud?

Ayana tertawa miris dan mencibir, "Cinta? Kebutuhan? Bulshit!"

Di saat bersamaan, terdengar suara ketukan pintu di luar kamar.

Ayana menatap ke arah pintu dengan tenang, sementara Xander dan Ayura terlihat gugup.

"Aku sudah memanggil kedua orang tua kita untuk membatalkan pernikahan." Ayura berucap sambil berjalan ke arah pintu.

"Tidak, jangan!" Xander meraih pergelangan tangan Ayana, menghentikan wanita itu untuk membiarkan keluarga besar mereka masuk ke dalam kamar.

Xander tidak akan membiarkan pernikahannya dengan Ayana batal!

Lebih tidak mungkin lagi membiarkan repotasinya sebagai pangeran dunia hiburan hancur karena skandal ini!

Bagaimanapun, batalnya pernikahan mereka pasti akan menguak begitu banyak kebenaran yang seharusnya tidak terungkap.

"Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu itu!" Ayana menepis tangan Xander dengan kasar dan segera membuka pintu.

"Please, jangan batalkan pernikahan kita." Xander terlihat hampir memohon hanya demi mempertahankan reputasinya. "Aku mencintaimu, Ayana."

Bagi Xander, menikah dengan Ayana yang terkenal cemerlang dengan begitu banyak ide brilian dalam merancang pakaian, bisa membuat Xander menaikkan popularitasnya.

Ayana tidak tahu harus menangis atau tertawa mendengar pengakuan Xander.

Mengaku cinta pada Ayana, tetapi tidur bersama Ayura.

Lucu dan sangat menyedihkan, sampai-sampai Ayana tidak tahu harus tertawa atau menangis.

"Aku gak sudi memakan makanan dari mangkuk yang sudah berisi kotoran sebelumnya, meskipun sudah dibersihkan!" Ayana mencibir dengan raut wajah yang dingin dan tersirat rasa jijik di netra coklatnya.

Ekspresi Xander berubah merah padam, dia tidak pernah menduga Ayana yang terkesan cuek dan terkadang begitu menyenangkan karena keceriaannya, ternyata berlidah tajam.

"Ayana, jangan berlebihan!" hardik Xander.