Chereads / Back Off / Chapter 4 - (4) Future

Chapter 4 - (4) Future

Sudah tiga hari sejak Seo Ju pergi ke luar kota. Semenjak itu hari-hariku terasa lebih membosankan dari biasanya. Aku masih melakukan pekerjaan seperti biasa, menyiapkan makanan untuk diriku sendiri, mengedit video, dan melakukan streaming. Tetapi seperti ada yang kurang dari diriku. Aku seperti kehilangan sebagian dari jiwaku.

"Ya... Yeorobun Hyong-nie akan menutup siaran hari ini. Terimakasih sudah menonton dan memberi koin padaku. Jangan lupa untuk terus menonton videoku ke depan. Annyeong!!"

Aku mematikan kamera dan memutus sambungan pada halaman streaming. Lalu, kuambil ponselku yang tergeletak di atas meja. Tidak ada telepon satu pun dari Seo Ju. Aku mengembuskan napas pelan. Aku sangat merindukan Seo Ju saat ini, tetapi aku juga tidak ingin mengganggu pekerjaannya.

Setelah membereskan pekerjaan video aku memutuskan untuk membersihkan diri. Kemudian pergi ke dapur untuk mengisi perut. Sialnya persediaan makanan di lemari pendingin sudah habis. Hanya tersisa beberapa bahan dan sayuran dan sayangnya aku tidak tahu bagaimana cara membuat masakan dari semua itu.

Selama ini Seo Ju yang selalu menyiapkan makanan untuk perutku, tapi kini karena dia tidak ada aku akan kelaparan. Kalau begini Seo Ju pasti akan menertawakanku dan berkata "Oh, hyung bagaimana kau akan hidup tanpa aku kalau begini?" dan aku akan dengan senang hati menjawab "Tentu saja, kau harus hidup bersama denganku selamanya."

Sungguh romantias bukan?

Ah, tapi lupakanlah bayangan itu. Karena Seo Ju tidak ada di sini dan aku tidak mau mati kelaparan hanya untuk menunggunya. Aku memutuskan pergi ke minimarket dekat apartemen untuk berbelanja.

Di minimarket aku mengambil satu paket nasi bulgogi yang tinggal dipanaskan saja dengan microwave. Sangat praktis dan harganya cukup murah. Sambil menunggu makananku panas aku mengecek kembali ponselku, berjaga-jaga kalau Seo Ju meninggalkan pesan. Tetapi, aku harus puas dengan rasa kecewa sebab tak kujumpai satu pun pesan darinya. Awas saja kalau nanti dia menelponku aku akan membalasnya karena telah membiarkanku setengah mati merindukannya.

Ketika aku akan memasukkan kembali ponselku ke dalam saku celana. Sebuah pesan masuk. Dengan antusias aku segera membukanya. Namun, pesan tersebut bukanlah dari Seo Ju melainkan Jihyun.

"Maafkan aku Junghyon ibu meminta alamatmu dan aku tidak bisa menghentikan dirinya. Aku yakin sebentar lagi dia akan sampai di sana. Aku harap dia tidak membuat keributan yang menyusahkanmu. Setelah aku selesai dengan pekerjaanku aku akan menemuimu. Sekali lagi maafkan aku."

Membaca pesan dari Jinhyun langsung membuatku sakit kepala. Apalagi sekarang yang ibu lakukan. Untung saja Seo Ju sedang tidak di apartemen kalau tidak maka pasti ibu akan membuat semua menjadi runyam. Mendadak nafsu makanku jadi hilang. Aku memutuskan membungkus kembali makananku dan bergegas kembali ke apartemen.

Setibanya di sana memang benar ibu sudah ada di depan pintu apartemenku. Wajahnya kelihatan kesal dan bosan. Dia langsung menatap tajam padaku begitu mendengar suara langkah kakiku mendekat.

"Ada apa ibu kemari?" tanyaku tanpa basa-basi.

Ibu menatapku dari atas hingga ujung kaki, seakan sedang menilai penampilanku.

"Tidak bisakah kau mempersilakan ibumu masuk terlebih dahulu. Kau ingin memperlakukanku seperti orang asing sekarang?"

Aku mendesah. Bukankah selama ini ibu yang telah bersikap seperti orang asing padaku. Tapi, aku tidak mau berdebat lebih panjang hari ini. Jadi, aku memutuskan mempersilakan ibu masuk ke dalam.

"Rumahku tidak terlalu luas dan bagus. Buat diri ibu nyaman aku akan mengambil minum," kataku saat ibu dan aku memasuki apartemen.

Aku mengambil segelas air putih dari dapur dan segera membawanya kembali ke ruang tengah. Di sana ibu tengah duduk di sofa sambil memperhatikan sekitar ruangan.

Aku meletakan gelas di meja dan duduk berseberangan dari ibu.

"Jadi, ada masalah apa ibu datang kemari?" tanyaku sekali lagi.

Ibu terdiam sejenak. Ia menatapku seolah sedang memperkirakan hukuman yang pantas bagi seorang anak yang tidak bersikap sopan seperti diriku. Tapi, aku tidak peduli. Ibu tidak pernah memandangku dengan kasih sayang lagi setelah ia tahu aku tidak menyukai wanita. Jadi, buat apa aku harus susah payah menjadi anak yang baik di depan matanya.

"Aku masih ibumu dan bertanggung jawab untuk hidupmu. Tawaranku tempo hari masih sama kau harus segera menikah dan bekerja pada perusahaanku. Aku tidak ingin mengulanginya lagi jadi aku harap kau mengerti, Junghyon."

Aku mendesah perlahan. Rasanya ada udara panas menguar di sekelilingku. Begitu berat dan menyesakkan.

"Sudah kukatakan aku tidak mau ibu mengurus hidupku. Aku baik-baik saja. Ibu bisa melihat aku tinggal di tempat yang layak, makan dengan cukup, dan yang paling penting bahagia. Aku tidak membutuhkan hal lain lagi."

Mendengar penuturanku ibu mendecih. Aku langsung terasa ditampar olehnya.

"Hidup layak hanya dengan makan masakan cepat saji? Tinggal di apartemen murahan? Kau pasti sedang bercanda Junghyon."

Selalu saja ibu menilai segala hal dengan nilai tukar uang. Ibu tidak pernah bisa berhenti bersikap bahwa di dunia ini tidak semuanya dihitung hanya berdasarkan taksiran angka.

"Apa kau tahu Junghyon kehidupanmu yang sekarang cepat atau lambat kau akan menyesalinya. Kau adalah seorang pria. Bagaimana pun kau membutuhkan seorang istri, wanita yang akan menyiapkan segala keperluanmu tanpa kau minta. Memberikanmu kebahagiaan sempurna dengan kehadiran anak-anak. Kau akan memiliki keluarga yang sempurna."

Aku berusaha untuk tidak tertawa mendengar nasehat ibu. Sempurna? Kata itu saja seperti nya tidak cocok bagi seseorang seperti diriku.

"Ibu, aku sangat menghargai semua yang sudah kau katakan, tapi kumohon hentikan semua ini. Aku sudah bahagia sekarang. Mungkin ibu tidak ada di beberapa tahun ke belakang dalam hidupku sehingga ibu merasa aku hidup dengan tidak baik. Tapi, percayalah Seo Ju menjagaku dengan sangat baik, dia menyayangiku. Dan soal keluarga yang sempurna. Apa yang aku mau bukan itu, aku hanya ingin hidup bersama orang yang kucintai."

Ibu terdiam sejenak. Suasana hening yang sedari tadi menyergap kami kini terasa semakin kentara. Aku tidak dapat menerka apa yang ada di dalam pikiran ibu. Kuharap segala yang kukatakan cukup untuk meyakinkannya.

"Apa kau pikir Seo Ju tidak mengingkan keluarga?"

Pertanyaan dari ibu seketika mengejutkanku. Tidak terduga, jantungku berpacu cepat.

"Kau egois jika berkata kau hanya ingin hidup bersama orang yang kau cintai. Apa kau tidak memikirkan kehidupan mereka. Apa kau pernah menemui keluarga Seo Ju?"

Keringat dingin mulai keluar dari por-pori tubuhku. Suhu bandanku mendadak turun. Kata-kata ibu telak menyerang nuraniku. Keluarga Seo Ju? Pernahkah aku terpikir tentang mereka selama beberapa tahun ini? Pernahkan Seo Ju membicarakan tentang mereka? sebenarnya sejauh apa hubungan kami ini? aku mulai meragukan segalanya.

"Dari matamu aku tahu kau bahkan tidak terpikiran soal ini sejak awal, benar 'kan Junghyon? Aku membiarkan hubungan kalian sejak dulu bukan tanpa alasan. Aku tahu perasaan masa muda yang kau dan Seo Ju rasakan akan pudar seiring berjalannya waktu. Aku meyakini itu walau aku pun terkejut kalian bisa bertahan hingga saat ini. Tapi, sejujurnya apa yang kau harapkan? Berkencan dengannya tanpa status yang jelas? Apa menurutmu suatu hari Seo Ju tidak ingin ada perubahan dalam hidupnya? Menikah dan memiliki anak misalnya?"

Aku seperti baru saja disiram oleh seember air es di atas kepala. Tanganku bergerak mencari topangan seolah tubuhku patah. Ibu menatapku dengan mata kemenangan. Seo Ju dan masa depan kami, pernahkah sekali saja kami membicarakannya. Oh, aku rasa tidak. Bahkan di sela-sela aktivitas seksual yang kami lakukan Seo Ju tidak pernah membicarakan bahwa dirinya akan terus hidup bersama denganku.

Aku berpikir perasaan dan cintaku padanya sudah cukup membuktikan keseriusan hubungan kami. Kami tidak perlu satu bukti yang menyatakan bahwa cinta itu tidak akan pudar meski digerus waktu. Namun, benarkah begitu. Bukankah aku hanya mengada-ada akan masa depan kami yang tampak kabur ini.

Ibu mendesah untuk mengembalikan kesadaranku di tempat semula.

"Aku tidak ingin menyakitimu Junghyon. Aku ibumu dan setiap orang tua hanya ingin yang terbaik untuk anaknya. Jika kau memang ingin mempertahankan hubunganmu dengan Seo Ju baiklah aku tidak menghentikanmu, tapi bekerjalah di perusahaanku. Ini adalah permintaan terakhirku sebagai seorang ibu. Aku mungkin saja bisa menerima kalian kalau kau menurut padaku."

Setelah mengatakan apa yang perlu ia katakan, tanpa menunggu respon dariku ibu langsung berdiri dari sofa, mengambil tasnya dan berlalu pergi. Sementara suara pintu tertutup baru saja terdengar aku masih terdiam dalam posisi yang sama, dengan segala pikiran yang berputar-putar di kepala. Semua yang baru saja ibu katakan telah berhasil merobohkan keyakinan cintaku selama ini.

Tidak-tidak mungkin- aku berkata pada diriku sendiri. Seo Ju pasti memikirkan tentang masa depan kami setidaknya sekali. Tapi, aku? Pernahkah aku memikirkannya? Sekali lagi keraguan itu datang menyerbot berusaha menggoyahkan keyakinan dan perasaanku pada Seo Ju selama ini. Hari ini rasanya aku ingin cepat segera bertemu Seo Ju, berada dalam dekapannya pasti bisa menenangkan hatiku. Tapi dia tidak ada di sini. Seo Ju tidak ada di sampingku. Ke mana aku harus mencari penopang sekarang?

To be continue...