Chapter 21 - Chapter 21

Agatha menggunakan sisa kekuatannya untuk meminimalisir hantaman keras ketikan dirinya mendarat di tanah. Terdengar suara tangisan Alika yang berada di dalam pelukan Agatha. Namun, sayang karena kondisinya yang begitu lemah membuat Agatha pun akhirnya jatuh pingsan.

Ketika Agatha membuka matanya dan mendapati Alika tidak sudah tidak berada dalam pelukannya. Dengan langkah yang terseok-seok, Agatha mencoba untuk mencari keberadaan Alika, bayinya yang baru saja dilahirkannya itu.

Namun, belum sempat Agatha melangkah jauh sesosok pria dengan penampilan sederhana menampakkan dirinya dari balik pintu kamar. Agatha tersentak kaget saat mengetahui bahwa Alika tengah digendong pria tersebut.

"Putriku!" Agatha buru-buru merebut putri kecilnya tersebut. Pria itu sama sekali tidak melawan, dia menyerahkan bayi yang ada di dalam gendongannya kembali pada sang Ibu.

Agatha menimang-nimang bayinya, tampak suara tangisan kecil dari bayi tersebut. Agatha memahami kalau putri kecilnya tengah merasa cemas.

"Tenang sayang, ini Ibu. Kamu tidak usah cemas lagi, Sayang," gumamnya, seraya menepuk-nepuk pelan punggung bayinya itu.

Setelah merasa aman, perlahan-lahan Alika pun mulai diam. Bayi kecil itu tidak lagi menangis, dia terlelap dalam pelukan Agatha. Pria yang sempat menggendong Alika tersebut hanya diam terpaku. Sorot netranya tertuju pada sosok wanita yang ada di hadapannya sekarang ini.

Setelah cukup tenang, pria itu pun tiba-tiba melipat kakinya, dia duduk dalam posisi menundukkan kepala.

"Yang Mulia."

Terdengar suara lirih yang terlontar dari mulut pria tersebut. Sontak saja membuat Agatha membulatkan matanya. Seharusnya tidak ada yang memanggilnya dengan sebutan 'Yang Mulia' kecuali mereka yang berasal dari planet Airraksa.

Agatha memperjauh jaraknya dengan pria tersebut, ada perasaan takut yang hinggap di hatinya ketika mendengar sebutan 'Yang Mulia' terlontar dari mulut seseorang yang sama sekali tidak Agatha kenal.

"Siapa kau? Mengapa kau memanggilku dengan sebutan itu? Apa kau orang suruhan Orion?! Tidak ... Kau pasti orang yang diperintahkan Arthur untuk mengikuti diriku. Benar bukan?"

Pria itu pun mengangkat kepalanya, menunjukkan wajahnya di depan Agatha. Sorot netranya garis lurus dengan wanita yang kini dibalut kecemasan tersebut.

"Berhenti! Jangan coba-coba berpikir untuk mendekat atau aku akan ...," ancam Agatha diakhir kalimatnya.

Pria itu tersenyum getir, seraya mengelah napas dari waktu ke waktu. "Yang Mulia tidak pernah melihatku. Ini adalah pertemuan pertama kita. Sebelumnya perkenalkan nama saya Devanca. Orang-orang memanggilku dengan nama Devan."

Jelas pria itu dengan suara lirih. Dia hanya memberikan sedikit informasi tentang dirinya, agar Agatha tidak terlalu terkejut saat mengenal dirinya.

Mendengar nama Devan disebut oleh pria tersebut, seketika pikiran Agatha dibawa berkeliling kembali. Dia seperti mengenal nama tersebut, tetapi tidak tahu pastinya kapan dan di mana dia mendengar nama Devan disebut?

"Devan ..." Agatha mengeja kembali nama tersebut dan masih belum menemukan sosok di balik nama itu.

Pria yang ada dihadapannya sekarang ini sang pemilik nama Devan, tetapi Agatha tidak bisa mengingat jelasnya di mana dia pernah bertemu dengan pria tersebut?

Ada bayangan samar-samar yang mengusik pikiran Agatha tentang sosok pria yang ada di hadapannya sekarang.

"Aku tidak pernah mengenal nama Devan. Siapa dirimu? Bagaimana bisa kau mengenali diriku dan memanggilku dengan sebutan 'Yang Mulia'?

Agatha jelas-jelas tidak mengenalinya. Devan pun tersenyum kecut, dia tahu betul bahwasanya Agatha pasti tidak akan langsung mengenalinya. Namun, Devan sama sekali tidak merasa kecewa, sebab Agatha memang sudah lama tidak melihat dirinya.

"Mungkin Yang Mulia tidak lagi mengenal diriku, tetapi aku sangat mengenal diri Anda, jauh sebelum Anda menjadi Ratu dari kerajaan Aqua," tutur Devan jelas apa adanya.

"Aku dianggap sebagai aib bagi Kerajaan Miracle karena sudah berani mencintai seorang putri dari pemimpin Kerajaan Miracle," timpalnya dengan suara lirih dan mata yang berusaha menahan agar tidak menangis.

Mendengar pengakuan tersebut, seketika saja Agatha seperti tersambar petir. Dirinya langsung jatuh lemas tidak berdaya. Kini pandangannya tentu mengarah pada sosok pria di depannya.

Devan ... Ya, Agatha sekarang baru mengingatnya. Devanca, benar namanya adalah Devan. Agatha akhirnya bisa mengingat jelas sosok pria tersebut.

Faktanya dia memang sudah melupakan pria yang pernah mengisi hatinya tersebut. Sungguh, Agatha merasa menjadi wanita yang kejam serta jahat karena sudah melupakan cinta pertamanya.

"Apa kau sudah kembali mengingatku, Sayang?"

Kata 'Sayang' terjun bebas begitu saja dari bibir Devan. Agatha mengangguk pelan, bibirnya begitu getir untuk memanggil nama pria itu kembali. Dia terlalu jahat sehingga tidak pantas untuk bisa menyebut namanya lagi.

Agatha memang Devan untuk waktu yang cukup lama, angan-angan masa lalunya kembali terulang. Kisah masa lalu yang meninggalkan bekas luka di hatinya kini kembali muncul dalam ingatannya.

Devan pun merasakan hal yang sama. Kisahnya yang mencintai Agatha, yang adalah seorang Putri Bangsawan membawa Devan masuk dalam dunia yang penuh akan penderitaan.

Agatha tahu betul bagaimana kehidupan Devan setelah berpisah dengannya? Agatha menundukkan kepalanya, tidak lagi bisa menahan air mata yang akhirnya mengalir deras di pipinya.

Sungguh, masa-masa yang berat bagi Agatha untuk bisa menghapus Devan dari kehidupannya. Perlu waktu yang tidak sebentar bagi Agatha untuk bisa menjalani hidupnya kembali setelah kepergian Devan.

Saat ini, Agatha memeluk seorang putri, buah cintanya bersama dengan Arthur. Sosok pria yang sudah menjadi suaminya selama ratusan tahun. Agatha mendekap putrinya dengan sangat erat, perasannya dibuat kacau dengan kehadiran Devan sekarang.

"Dia adalah putriku, buah cintaku bersama Arthur," lirih Agatha yang terdengar perih.

Devan tahu betul bahwa Agatha sudah melanjutkan kehidupannya yaitu menikah dengan Arthur. Semenjak saat itu, Devan memutuskan untuk tidak lagi menjalin hubungan dengan Agatha dan memilih untuk pergi dari planet Airraksa.

"Ternyata sudah ribuan tahun berlalu, ini kah sebabnya kau tidak mengenaliku?"

Pertanyaan menohok yang coba Devan utarakan, nyatanya semakin memantik rasa perih di hati Agatha. Luka yang selama ribuan tahu telah dirinya lupakan kini harus tergores kembali.

Agatha tidak bisa merangkai kalimatnya, terlalu sakit untuknya saat mengingat bagaimana Devan mendapatkan siksaat dari banyak orang hanya karena dirinya mencintai seorang putri kerajaan.

Agatha terus dihantui rasa bersalah, jatuh cinta membuat dirinya lemah. Merasakan cinta itu memanglah indah, tetapi saat jatuh maka akan terasa sangat sakit.

Agatha tampak tersenyum dalam tangisannya. Bagaimana bisa dia mencintai seorang pria, yang sebenarnya dia tahu betul dengan statusnya sebagai putri, maka tidak mudah baginya untuk mencintai sembarang pria?

Agatha terhanyut dalam bayang-bayang rasa penyesalannya. Sementara itu, Alika yang berada dalam gendongannya tampak mulai menangis. Mutiara kecilnya itu sepertinya haus atau merasa lapar. Agatha buru-buru menyeka air matanya, biarpun masih terasa tercabik-cabik oleh perasannya, tetapi dia harus tetap menomor satukan Alika.

Devan pun tidak lagi berbicara, dia beringsut dari duduknya dan berjalan untuk meninggalkan ruangan tersebut. Dia cukup tahu kalau saat ini perasaan Agatha sedang bergejolak, sama halnya yang dia rasakan sekarang. Itulah mengapa, Devan memilih untuk pergi saja.