Chapter 10 - Chapter 10

Berlanjut.

"Ternyata kau benar-benar menginginkan perang ini terjadi, Arthur! Baiklah kalau begitu, aku tidak akan memberikanmu kesempatan untuk berbicara omong kosong seperti itu lagi!"

Orion memutar arah kudanya. Dengan langkah cepat, kuda itu pergi meninggalkan area tersebut menuju pasukan yang berada beberapa meter di belakang.

Arthur yang mendengar hal tersebut, tidak merasa takut atas gertakan yang Orion katakan. Dia telah siap untuk perang tersebut. Sejak awal dirinya sudah mempersiapkan diri, menerima setiap keadaan yang mungkin akan terjadi nanti.

"Tuanku. Izinkan diriku, yang pergi terlebih dahulu. Biarkan diriku, yang memimpin pasukan di barisan terdepan. Aku sudah tidak sabar ingin menjajal kemampuan yang bangsa Shiners miliki itu. Aku mohon, izinkan aku, Yang Mulia."

Orang yang pertama kali meminta untuk maju ke medan perang adalah, Zeus. Siapa yang menduga bahwa pemuda itu, memiliki semangat juang yang tinggi. Rasa bela negaranya begitu besar, membuat Arthur sulit menyusun kata-katanya.

"Kau tidak bisa pergi sekarang. Saat ini kita belum mengetahui kekuatan yang musuh miliki. Jadi mohon bersabarlah. Saat kita sudah mengetahui kekuatan musuh, barulah kau menyerang," pinta Arthur.

Zeus yang sudah tidak sabar itu, akhirnya hanya bisa pasrah. Benar yang Arthur katakan. Saat ini mereka belum mengetahui kekuatan apa yang Bangsa Shiners siapkan untuk perang ini. Setidaknya Zeus harus bersabar untuk beberapa saat lagi, sampai pasukan Shiners terlihat.

Ketika Arthur dan yang lain sedang berdiskusi, saat itu juga Orion yang telah berdiri di depan enam puluh ribu pasukan yang ada, sedang memberikan arahan pada mereka.

"Pasukanku yang gagah berani. Beberapa saat lagi, kita semua akan berperang melawan kerajaan Aqua. Kalian semua harus berhasil membuat kerajaan itu rata menjadi tumpukan tanah. Kalian harus buktikan kepada seluruh bangsa Planet Airraksa, siapakah pemimpin terkuat dunia ini! Kalian mengerti?!"

"Tentu kami mengerti!"

Seketika suara gemuruh menghias lapangan tandus tersebut. Hamparan tanah yang tidak berpenghuni, sesaat lagi akan menjadi lautan peperangan yang dipenuhi darah.

Planet Airraksa akan mengalami peristiwa yang luar biasa. Kejahatan akan melawan kebaikan. Siapakah di antara kedua kekuatan ini yang akan menang?

"Bunyikan terompetnya!"

Genderang pertempuran telah dibunyikan. Suara terompet tanda perang dimulai, telah disuarakan oleh pasukan Orion.

Raja yang telah siap dengan seluruh kekuatannya itu, tersenyum penuh kemenangan. Sudah terbayang perang yang akan terjadi nanti, sudah tentu bangsanya yang akan menang. Setidaknya itu yang Orion yakini sekarang.

"Serang!"

Orion berseru lantang. Saat itu juga pasukannya yang terdiri dari prajurit berkuda pun segera bergerak. Orion yang menjadi pemimpin terdepan.

Dirinya didampingi beberapa Jendral serta Panglima yang siap meluluh lantahkan kerajaan Aqua.

Arthur yang mendengar suara terompet tanda perang telah dimulai itu, juga menurunkan perintahnya.

"Seluruh pasukan, bersiap! Buka gerbangnya!"

Suara Arthur begitu lantang, sampai seluruh pasukan dapat mendengarnya. Seketika beberapa orang yang berdiri di belakang gerbang, segera menarik gerbang tersebut.

Dengan kekuatan penuh, akhirnya gerbang itu terbuka. Disaat yang bersamaan pasukan yang telah berdiri gagah di sana, langsung berlari keluar dari gerbang.

Mereka adalah prajurit-prajurit yang telah mengabdikan seluruh jiwa raganya untuk membela bangsa dan tanah air mereka. Arthur, Steven dan Zeus yang berada di atas menara, memerhatikan pasukan yang mulai bergerak.

Sesungguhnya Zeus sudah ingin masuk ke medan perang, tetapi Arthur melarangnya. Dia memerintahkan Zeus untuk bersabar sampai Orion benar-benar masuk dalam perangkap yang telah mereka siapkan.

Arthur mengambil teropong yang ada di depannya. Dia mulai melihat keadaan di depan sana. Matanya terbelalak ketika melihat suasana di medan perang. Hal yang sejak awal, nyatanya berjalan sesuai rencana.

"Ada apa Yang Mulia? Sepertinya kau terlihat senang?" tanya Steven, yang tidak bisa menahan dirinya untuk tidak bertanya, ketika melihat ekspresi Arthur yang mendadak berubah.

"Panglima Steven. Sepertinya para Dewa berpihak pada kita. Saat ini Raja Orion berada di barisan terdepan, serta beberapa Jendral dan Panglima. Sepertinya mereka mengerahkan seluruh kekuatan di awal, tanpa berpikir hal ini akan membawa keuntungan besar bagi kita," ucap Arthur, sambil menunjukkan senyuman penuh kemenangan.

Sejak awal Arthur telah membuat rencana, bahwa mereka tidak akan turun dari benteng tersebut, andai Orion tidak turun ke medan perang.

Namun, faktanya, Orion sudah lebih dulu memasuki medan perang sejak awal. Arthur telah berencana untuk menyerang Orion dengan kekuatan yang dirinya, serta Steven miliki. Ditambah dengan kekuatan tambahan dari Zeus, hal yang mungkin bisa mengalahkan Orion.

Jika Orion telah kalah diawal perang, maka sangat mudah untuk memukul mundur enam puluh ribu pasukan yang Orion pimpin, andai pemimpin mereka itu telah takluk.

"Kalau begitu tunggu apa lagi Yang Mulia. Kita segera pergi ke meda perang saja. Aku sudah sangat tidak sabar untuk berperang dan mengalahkan raja biadab itu!" tutur Zeus yang mengandung kemarahan.

Sementara itu, Arthur hanya bisa tersenyum tipis, ketika dirinya dihadapan oleh anak dengan semangat juang yang tinggi, tentu membuat hatinya bernapas lega.

Senyuman merekah di wajah Arthur dan juga Steven, yang ikut bangga karena telah dipertemukan dengan pemuda seperti Zeus itu.

Arthur sendiri segera mempersiapkan pasukannya, Zeus dan Steven mengikuti di belakang.

Mereka turun dari benteng secara bersama-sama. Lalu, menaiki kuda masing-masing. Arthur sendiri yang memimpin di depan.

Mereka segera bergerak menuju medan perang yang jaraknya beberapa meter dari gerbang utama.

Langakah setiap kuda begitu gagah, sampai membuat debu berterbangan. Itu lah yang dinamakan semangat. Arthur terus memacu kudanya dan begitu juga dengan lima ribu pasukan di belakangnya.

Setelah sepuluh ribu pasukan bergerak di awal, kini giliran pasukan gelombang dua yang dipimpinnya bergerak. Masih tersisa dua puluh ribu pasukan di belakang.

Mereka ditugaskan Arthur untuk berjaga di istana, takut-takut ada pasukan musuh yang menyerang dari arah berbeda, maka dua puluh ribu pasukan itu harus siap menghadang pasukan musuh.

Tugas mereka tentu lebih berat, dikarenakan memiliki tanggung jawab untuk menjaga istana, agar tidak dimasuki musuh.

Itu sebabnya Arthur manaruh dua puluh ribu pasukan untuk menjaga istana. Biarkan yang berperang hanya lima belas ribu pasukan, dia yakin dengan pasukan yang ada akan bisa memukul mundur Orion dan bala tentaranya.

"Serang!" seru Orion.

Seketika pasukan yang berjumlah satu ribu itu, mulai bergerak. Mereka adalah para prajurit pemanah yang telah terlatih.

Mereka mengambil posisi masing-masing. Membuat barisan yang telah dilengkapi tameng pelindung. Lalu, dikedua tangan mereka sudah ada busur serta anak panahnya.

Mereka mulai menarik busur, "Tembak!" Dengan aba-aba dari Orion, secara bersama-sama anak-anak panah itu melesat cepat, ke arah pasukan Arthur. Seketik hujan anak panah menghias di langit-langit.