Chereads / Cinta Terikat Masa Lalu / Chapter 4 - Pacar Baru

Chapter 4 - Pacar Baru

Perlahan tangan Adel menerima uluran tangan Daffa yang langsung digenggam erat oleh laki-laki itu. Adel mengangguk, pertanda ia menerima cinta dari Daffa dan mereka resmi menjadi sepasang kekasih.

Sorak dari para penonton semakin riuh saat mereka melihat tangan Daffa dan Adel saling bertaut.

"Terimalah cintaku yang luar biasa, tulus padamu." Laki-laki itu melanjutkan nyanyiannya di di hadapan Adel.

Seorang laki-laki yang berdiri tak jauh dari mereka mengepalkan tangannya, manik elangnya menatap tajam kedua tangan yang saling bertaut itu.

"Hei, kamu kalah cepat Revan," ucap teman di sampingnya.

"Apaan sih, ada niatan nembak dia aja enggak," jawab Revan yang membuat teman di sebelahnya tertawa.

"Halah, bilang aja cemburu!"

Tangan Revan menjitak kepala temannya itu.

Acara berlangsung dengan cepat, tak terasa saat ini mereka telah berada di penghujung acara. Ina dan temannya selaku pembawa acara berpamitan kepada para penonton.

"Sampai jumpa tahun depan!" ucap Lina menutup acara.

Acara perayaan ulang tahun sekolah berjalan dengan lancar tanpa kendala yang besar. Para panitia merayakan keberhasilan mereka dalam memandu acara dengan makan-makan di atas panggung yang masih sepi.

Mereka bercanda dan bergurai, akhirnya perjuangan mereka selama berhari-hari bahkan berminggu-minggu untuk mempersiapkan acara ini berjalan dengan lancar. Mereka sungguh lega.

"Gue izin ambil minum dulu ya!" ucap Adel pada Lina.

Gadis itu menuruni panggung dan mengambil sebotol air mineral di dalam salah satu ruang kelas yang beralih fungsi menjadi ruang penyimpanan peralatan sementara. Ia meneguk air mineral itu hingga tinggal separuh.

"Lo suka sama dia?" suara seorang laki-laki membuat Adel hampir tersedak. Gadis itu segera menoleh dan menatap siapa orang yang telah membuatnya hampir tersedak itu.

"Emang apa urusan, Lo?" jawab Adel sinis penatap Revan yang telah berdiri di sampingnya.

"Gue tahu, Lo gak suka sama dia, tapi kenapa Lo terima sih, Del?" ucap Revan

"Gak usah ikut campur hidup gue ya! Entah gue suka apa enggak ini urusan gue!" jawab Adel. Gadis itu melenggang pergi meninggalkan Revan yang berdiri menatap punggungnya.

Tidak perlu disuruh, panitia acara ulang tahun yang sekaligus menjabat menjadi anggota OSIS ini, bekerja sama untuk membersihkan halaman sekolah bekas acara itu. Banyak sampah yang berserakan, walaupun telah di wanti-wanti untuk tetap membuang sampah di tempatnya tetap saja satu dua dari mereka tidak mematuhi aturan membuat panitia harus membersihkan halaman.

Panggung pun telah dibongkar, dan lapangan yang berada ditengah halaman sekolah ini telah kembali seperti semula. Sampah-sampah telah bersih, dan perlahan telah dikembalikan seperti semula.

Adel masih mengumpulkan sampah terakhirnya, padahal teman-temannya telah pulang. Sedangkan Lina dan timnya bertanggung jawab untuk mengembalikan peralatan yang sempat mereka pinjam untuk kebutuhan acara pentas itu.

"Biar gue aja!" tanpa Adel sadari, Revan mendekat dan mengambil kantung sampah yang dibaw aoleh gadis itu.

"Gak perlu, gue bisa sendiri!" Adel mengambil kembali kantong sampah dari tangan Revan.

"Sampahnya banyak dan berat, Lo gak akan kuat bawanya!" Adel mendengus kesal saat Revan menarik kembali kentung sampah itu.

Gadis itu hanya diam menatap Revan yang masih memunguti sampah dan ia masukkan ke dalam kantong sampah. Sedangkan Adel sangat kesal karena laki-laki itu selalu saja mengganggu hidupnya.

"Adel!" suara seorang laki-laki membuat Adel dan Revan menoleh ke sumber suara.

Wajah Adel yang tadinya suram kembali tersenyum saat melihat siapa orang yang memanggil namanya.

"Kamu mau pulang kapan? Mau aku antar?" Daffa, laki-laki itu berjalan mendekati Adel.

"Boleh, yuk sekarang aja!" ajak Adel.

"Yuk!" Daffa mengulurkan tangannya yang langsung disambut oleh Adel.

"Gue duluan ya, Revan." Gadis itu tersenyum licik menatap wajah merah pada laki-laki yang masih menggenggam kantong sampah itu.

"Terima kasih Revan, atas bantuannya. Btw, yang bersih ya!" Gadis itu melenggang pergi menarik tangan Daffa membawa laki-laki itu menuju parkiran.

"Rumahmu di sebelah mana?" tanya Daffa. Saat ini mereka telah berada di dalam mobilnya, hari ini Daffa tidak membawa motor karena lagi di service, karena anak sma belum boleh mengendarai mobil sendiri, akhirnya Daffa menelepon supirnya untuk menjemput.

"Cuma dekat kok, tinggal belok ke kanan di perempatan di depan udah sampai." Daffa mengangguk dan memberi tahu supirnya.

"Aku gak nyangka kamu akan menerimanya," ucap laki-laki itu yang hanya di balas senyuman oleh Adel. Sejujurnya gadis itu sendiri juga tidak menyangka jika ia akan menerima cinta dari Daffa.

"Kukira kamu sukanya sama Revan," ucapnya lagi yang membuat Adel langsung menoleh.

"Hah? Aku? Suka sama Revan? Itu tidak akan pernah terjadi," jawab Adel yang membuat Daffa tersenyum.

"Lalu apa kamu suka sama aku?" tanya Daffa. Gadis itu terdiam tidak bisa menjawab, ia tidak mungkin menjawab tidak karena kenyataannya Adel menerima cinta dari laki-laki itu. Akan tetapi jika ia menjawab iya, hal itu membohongi hatinya yang sebenarnya tidak memiliki rasa apa pun pada laki-laki itu.

"Kamu juga gak suka sama aku 'kan? Kenapa kamu terima? Kamu bisa menolaknya tadi─"

"Ssttt." Adel menempelkan jari telunjuknya di bibir Daffa membuat laki-laki itu terdiam.

"Aku memang belum memiliki rasa padamu, tapi apa kamu gak mau menunggu? Mungkin saja rasa ini hanya belum tumbuh," ucap Adel dengan senyum manis di bibirnya.

Melihat wajah gadis itu membuat Daffa ikut tersenyum.

"Kita sudah sampai," ucap Daffa menyingkirkan tangan Adel dari bibirnya.

"Ayo mampir!" ajak Adel.

"Ehh, enggak. Aku langsungan aja!" jawab Daffa.

"Ayolah hanya sebentar!"

"Ta-tapi─"

"Kamu sama siapa, Dek?" suara Arka yang sejak tadi duduk di teras depan rumah membuat Adel dan Daffa menoleh pada sumber suara. Melihat Arka membuat Daffa segera turun dari mobil.

"Kak Arka bolos lagi?"

"Enak saja kamu bilang, Kakak sudah lulus tinggal nunggu wisuda," jawab Arka.

"Siapa dia?" tanya Arka saat melihat seorang laki-laki keluar dari mobil dibelakang Adel.

"Di-dia … pacar Adel," jawab Adel terus terang yang membuat Arka seketika terbelalak kaget.

"Hahh? Beneran? Jangan bercanda Dek, mana ada orang yang mau sama kamu."

Adel hampir saja melepas sepatunya dan melemparkannya ke kepala Arka sebelum Daffa lebih dulu memperkenalkan diri.

"Hai, Kak. Saya Daffa pacar Adel, kita baru jadian tadi siang."

Ucapan Daffa kembali membuat Arka diam mematung, ia tidak menyangka jika Adiknya saat ini telah memiliki seorang kekasih.

"Tuh 'kan, gak percaya sih sama Adel." Gadis itu tersenyum bangga karena bisa membuktikan jika dirinya tidak jomblo lagi.

"Hai juga, aku Arka kakaknya Adel. Mau masuk dulu?" Arkan mempersilahkan Daffa untuk masuk ke rumah terlebih dahulu.

"Enggak usah kak, saya langsung pulang saja!" jawab Daffa sopan. Laki-laki itu segera berpamitan dan kembali masuk ke dalam mobilnya.

Adel melambaikan tangan saat Daffa menurunkan kaca mobilnya dan menatap pacar barunya itu.

"Ehhh, Lo beneran punya pacar?"

"Gue timpuk lo, Bang. Kalo masih tetap gak percaya."