"Kurang ajar!" wanita itu memekik sejadi-jadinya.
Terang purnama tak lagi terasa, ketika sebuah kebenaran berhasil terungkap malam ini. Dara berkepala dua itu menutup telinganya dengan kedua tangan seraya membungkukkan badan. Urat lehernya tercetak, tatkala teriakannya sukses menembus telinga siapa saja yang mendengar. Air mata itu senantiasa jatuh dan menggelinding di permukaan tanah, membuat dedaunan kering menjelma basah.
"Dengarkan dulu penjelasanku, Rindy!"
Tangannya dicengkram oleh seorang pria berpostur jenjang dengan poni menutup separuh dahi. Entah sudah berapa lama keduanya terjebak dalam siatuasi mengerikan seperti ini. Tak ada yang mampu menengahi. Semua berjalan sesuai ego diri.