Chereads / Dreamland Word / Chapter 10 - Menikmati

Chapter 10 - Menikmati

Sementara itu Udin melihat ke arah jam di dinding, "Baru pukul dua pagi."

Udin pun menggaruk-garuk kepalanya sambil berkata, "Ada yang tidak beres nih dengan kartu emas ini."

Sesudah berkata demikian, Udin segera mengeluarkan kartu emas itu dari sakunya dan di letakkan di tepi tempat tidur.

"Aku coba taruh di sini saja. Siapa tahu dengan begini aku tidak bermimpi yang aneh-aneh lagi." Kata Udin kepada dirinya.

Lalu ia pun kembali menguap dan kembali tertidur. Ternyata ia tidak bermimpi yang aneh seperti sebelum-sebelumnya. Ia tidur dengan nyenyaknya sampai pagi.

****

Di kediaman Babah Liong hampir di setiap pagi selalu terdengar suara burung bersahut-sahutan.

Suara burung-burung itu yang membangunkan Udin dari tidurnya. Ia menggerakkan tubuhnya.

"Wah sudah pagi!" kata Udin sambil matanya melirik ke arah Kartu emasnya.

Kartu emas itu masih berada di dekat tempat tidur tersebut, lalu Udin segera mengambilnya dan memasukkan kembali ke sakunya.

Ia pun mencoba turun dari tempat tidur dan sudah tidak begitu sakit lagi pada kedua kakinya. Karena merasa sudah tidak sakit lagi, Udin pun segera membasuh tubuhnya. Sesudah itu ia membuka pintu kamar tersebut dan berjalan keluar.

"Selamat pagi, Babah Liong!" sapa Udin ketika melihat pemilik rumah itu sedang bersenam.

"Pagi juga!" balas Babah Liong dengan singkat dan padat.

"Babah Liong, saya mengucapkan banyak terima kasih karena Anda sudah melindungi saya dari kejaran bang Brewok." Kata Udin sambil memberi hormat ke arah Babah Liong. Tetapi Babah Liong hanya mendengus saja. Ia pun pura-pura tidak melihat keberadaan Udin di depannya.

Udin pun bergegas keluar dari rumah Babah Liong dan langsung bergegas menuju ke tempat Dreamland Word berada.

Ternyata selain Udin, Ari dan bang Brewok pun ke sana pula. Tetapi mereka masuk dari pintu yang berbeda sehingga tidak bertemu satu sama lain. Karena saking banyaknya orang yang ikut antri untuk membeli tiket lagi.

Sedangkan Udin dengan menunjukkan kartu emas tersebut bisa dengan mudah masuk ke tempat permainan tersebut tanpa harus membeli tiket lagi. Dan bagi yang sudah membeli tiket di hari pertama pun tidak perlu membeli tiket lagi. Tinggal menunjukkan tiket tersebut selama tiga puluh hari ke depan.

Ari hari itu minta libur, sehingga tidak berjualan koran maupun menjajakan jasa semir sepatunya. Ia hendak bermain sepuasnya di Dreamland Word tersebut.

Kalau Bang Brewok tujuan ikut masuk ke wahana tersebut hanyalah untuk menangkap kedua bocah itu.

Semua wahana yang ada di mainkan oleh mereka bertiga hingga malam hari. Sesungguhnya beberapa kali mereka berpapasan di beberapa titik. Tetapi karena niat kedua orang itu tidak baik, membuat Udin dan terutama Bang Brewok tidak menemukan sama sekali kedua bocah itu sampai tempat tersebut di tutup.

Ari yang justru sangat gembira, karena dia merasakan hal itu dengan keringatnya sendiri, sedangkan Udin dari mencuri kartu emas milik Ari. Kalau Bang Brewok dari cara memalak orang-orang yang berada di sekitarnya agar dapat membeli tiket masuk wahana Dreamland Word tersebut.

Semuanya sungguh menikmati wahana tersebut, tetapi hanya Ari saja yang sepertinya bisa berkali-kali naik untuk satu wahana. Seperti wahana roller coster. Ari bisa ikut naik sampai empat kali. Walaupun dia harus kembali antre di wahana yang sama.

Sesudah puas Ari baru berganti wahana yang selanjutnya. Yaitu wahana komidi putar yang ada kuda-kudaannya. Ia pun ikut antre tiga kali juga dengan wahana yang sama.

Selanjutnya Ari memasuki area wahana bom-bom car. Itu pun ia lakoni sampai empat kali.

Tiga wahana itu hanya memakan waktu setengah harian.

Selesai naik bom-bom car setelah tiga kali barulah Ari merasakan lapar pada perutnya.

Pada perutnya terdengar bunyi keroncongan yang membuat hati anak berusia sepuluh tahun itu gundah gulana. Karena ia tidak membawa uang lebih untuk membeli makanan yang ada di sekitar wahana Dreamland Word tersebut.

Akhirnya mau tidak mau Ari menahan lapar di salah satu pojokkan wahana yang ada di situ. Tak lama kemudian ia pun tertidur. Selain menahan lapar dan juga kelelahan habis bermain di tiga wahana yang ada di situ.

Kalau Udin pun mendapatkan semuanya gratis. Karena ia memegang kartu emas tersebut, betapa gembiranya dia setelah memainkan lima wahana, dua lebih banyak dari si Ari.

Selain tiga wahana yang sama dengan Ari, walaupun tidak saling bertemu satu sama lain. Sesudah itu, Udin berhasil menikmati wahana seperti tembak-tembakan yang mengenai sasaran dan mendapatkan hadiah beberapa kali. Selanjutnya ia duduk menikmati sajian wahana pertunjukkan ikan yang besar-besar.

Selesai menyaksikan pertunjukan ikan-ikan besar itu, Udin pun sama seperti Ari merasakan lapar, tetapi ketika ia melihat ada seseorang di salah satu kedai makan tersebut dan orang itu hanya menunjukkan kartu emas yang ia pegang. Maka orang itu mendapatkan makanan dan minuman gratis.

Melihat hal itu, Udin pun tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut yang akhirnya ia pun bergegas masuk ke dalam restoran yang menerima pembayaran dari kartu emas.

Pada saat Udin mau melangkah masuk ke rumah makan yang menerima pembayaran kartu emas, tiba-tiba ia di cegat oleh seseorang.

Orang itu berkata dengan ketus, "Jika mau makan di sini harap tunjukkan kartu emas. Atau kalau tidak punya jangan harap menerima makan gratis."

"Apa!" teriak Udin tidak habis mengerti.

"Pak, tadi saya lihat jelas-jelas orang itu selesai makan barulah menunjukkan kartu emasnya. Mengapa sekarang belum ada lima menit harus memperlihatkan kartu emas dahulu bisa baru makan?" tanya Udin dengan emosi yang meledak-ledak.

"Tenang. Jangan marah-marah seperti itu, asalkan kamu bisa menunjukkan kartu emasnya, maka kamu segera di persilakan memilih makanan yang tersedia di sini." Lalu lanjut orang itu lagi.

"Jika kamu tidak memiliki kartu emas tersebut, silakan keluar dari sini!"

Mendengar bentakan orang itu Udin pun segera menunjukkan kartu emas yang ia bawa-bawa dalam sakunya.

Orang itu memperhatikan Udin dengan seksama. Lalu tegurnya, "Dari siapa kau curi kartu emas ini?!"

Udin yang tidak rela di tegur seperti itu, ia pun segera menarik kembali kartu emas dari tangan orang itu, dan tanpa banyak cakap ia pun segera keluar dari rumah makan tersebut sambil berkata, "Memangnya hanya restoran ini saja yang menerima kartu emas ini, aku tidak percaya."

Sesudah bersungut-sungut demikian, Udin pun segera mencari restoran lainnya untuk mengisi perut.

Ia tidak perlu lama untuk mencari restoran yang lain. Ia melihat ada beberapa restoran siap saji di tempat itu, dengan perasaan gembira Udin pun segera menuju ke salah satu gerai restoran siap saji yang ia lihat.

Dengan gembira Udin pun menunjukkan kartu emas kepada salah satu pegawai restoran siap saji tersebut.

Pegawai itu malah memandang Udin sesaat. Lalu katanya kepada Udin, "Kamu tunggu sebentar ya. Karena belum ada satu orang pun yang makan di sini menggunakan kartu emas seperti ini."