Setelah berkata demikian pegawai restoran siap saji itu pergi meninggalkan Udin yang terlihat sedang menahan lapar.
Tunggu punya tunggu pegawai restoran siap saji itu tidak keluar-keluar.
"Sudah mau setengah jam aku harus menunggu di sini!" ucap Udin dengan kesal. Lalu ia bergegas menuju ke belakang restoran siap saji tersebut untuk menemui pegawai tadi.
Baru saja berjalan beberapa langkah, tiba-tiba pegawai tadi telah muncul bersama dengan atasannya.
"Maaf ya. Karena sesungguhnya kami...!"
Orang itu belum selesai bicara, Udin sudah menarik kartu emas yang di pengang pegawai restoran dengan kasarnya.
Sesudah berbuat demikian Udin segera keluar dari restoran siap saji itu tanpa basa-basi.
Kedua orang atasan dan bawahan di restoran siap saji itu hanya bisa memandang dengan melongo saja melihat tingkah laku Udin yang seperti itu.
"Sayang ya. Sepertinya ada yang salah dengan pembagian kartu emas kemarin." Kata seseorang sambil menggelengkan kepala.
Ternyata orang itu adalah orang tua yang di temui Udin di dalam mimpinya.
Kedua orang atasan dan bawahan dari restoran siap saji mencari si pemilik suara tersebut, tetapi si kakek itu sudah menghilang dalam sekejap.
Orang-orang yang berada di dalam restoran siap saji tampak terkejut dan merasa merinding.
"Di siang hari tengah bolong ini, masih saja ada yang seperti ini di sini." Kata salah seorang tamu yang baru saja selesai makan.
Orang-orang yang lain yang mendengar ocehan itu tidak ada yang menjawabnya. Karena sebagian dari orang-orang itu mengenal siapa yang mengatakan pendapat tersebut, yaitu tak lain tak bukan adalah si Brewok.
Sedangkan si Brewok tidak terlalu menikmati permainan wahana yang ada di situ, ia lebih mementingkan mencari Udin dan Ari. Tetapi sudah sampai tengah hari ia belum berhasil menemukan salah satu dari kedua bocah itu.
Selesai berkata demikian si Brewok segera bangkit berdiri dan meninggalkan restoran siap saji tersebut sambil mengelus-elus perutnya uang sudah terasa kenyang.
"Sebaiknya aku mencari tempat istirahat dulu. Rasanya panas sekali." katanya sambil matanya mencari-cari tempat yang agak sepi.
Akhirnya ia menemukannya dan berjalan menuju ke sebuah tempat duduk yang di atasnya terdapat pohon rindang.
Begitu si Brewok sudah tiba di tempat duduk tersebut ia berkata kepada dirinya sendiri, "Wah, tempat ini adem dan sepi. Cocok untuk melepaskan lelah."
Brewok pun segera rebahan di kursi panjang itu, dan tak lama kemudian ia pun segera terlelap karena terkena angin sepoi-sepoi yang keluar dari pohon rindang di atasnya.
****
Sedangkan Udin sudah berhasil menemukan kedai makan yang mau menerima kartu emas sebagai pembayarannya. Udin makan dengan lahapnya. Karena ia merasa begitu lapar sekali. seperti tidak makan tiga hari.
Selesai makan Udin pun mengelus-elus perutnya sendiri sambil berkata, "Waduh. Selesai makan penyakit ngantuk datang lagi."
Udin pun bergegas keluar dari kedai makan itu dan mencari tempat untuk beristirahat. Dan ia pun menemukan tempat pula.
Sesungguhnya tempat beristirahat mereka bertiga tidak terlalu jauh satu dengan yang lainnya.
Udin dalam sekejap mata saja juga sudah tertidur lelap di tempatnya.
****
Anehnya pada saat mereka tertidur lelap di tempat itu, justru mereka bertemu di dalam mimpi.
Seperti biasa mereka bertiga seperti diangkat ke atas awan. Lalu tiba-tiba tubuh mereka bertiga seperti di jatuhkan ke bawah. Dan ketiga orang itu pun menjerit histeris.
Dan tidak ada satu orang pun yang mendengar jeritan mereka bertiga, ketika orang-orang lewat di dekat tempat peristirahatan mereka bertiga.
Pada saat mereka terjatuh pun, mereka kembali berteriak bersama-sama, "Auw!"
Suaranya terdengar keras dan menggema.
Sekali lagi orang-orang yang lalu-lalang di dekat mereka bertiga istirahat sama sekali tidak mendengar suara teriakan itu.
Ketiga orang itu bangkit berdiri dan saling berhadapan satu sama lain.
Saking herannya, ketiga orang itu lantas menampar pipi sendiri, terdengar suara tamparan tersebut.
"Plak!"
"Plak!"
"Plak!"
Sesudah berbuat demikian, orang yang pertama kali sadar adalah Ari. Ari pun segera membalikkan badanya lalu bergegas lari sekencang-kencangnya.
"Mau lari ke mana kau!" teriak Udin dan si Brewok bersamaan.
Mereka berdua mengejar Ari dengan cepat. Tetapi lambat laun mereka berdua baru sadar, kalau mereka lari hanya di tempat saja tidak ke mana-mana.
Sedangkan Ari sudah terlihat agak jauh dari kedua orang itu.
"Apa ini!" teriak si Brewok dengan kesalnya. Ketika mengetahui kalau dirinya dari tadi hanya lari di tempat saja.
Udin pun juga ikut-ikutan berteriak, "Hei, kenapa kita bisa seperti ini!"
Suaranya menggema berbalik kembali ke arah kedua telinga masing-masing.
"Apa yang sesungguhnya terjadi?" tanya mereka dalam hati masing-masing.
Akhirnya keduanya memutuskan untuk berhenti berlari.
"Karena mereka pikir percuma saja untuk terus berlari. Toh tidak maju-maju dari tadi." Ungkap keduanya dalam pikiran kedua orang yang beda usia itu.
Keduanya pun memutuskan untuk beristirahat.
Mereka kesal ketika melihat Ari sudah semakin jauh dari jangkauan.
Dengan kesal masing-masing dari mereka berkata lagi, "Seharusnya dengan mudah aku menangkapnya. Jika saja tidak terjadi seperti ini!"
Apa yang terjadi dengan Ari?
Sesungguhnya Ari pun mengalami hal yang saja seperti Udin dan Brewok. Ia tidak ke mana-mana. Hanya lari di tempat saja.
"Loh, kok aku ternyata lari di tempat saja ya." Ucapnya kepada diri sendiri, kemudian ia menoleh ke belakang.
Pada saat Ari melihat ke belakang ia merasa bingung sendiri, kemudian katanya lagi kepada diri sendiri, "Kalau aku berlari di tempat, kenapa kedua orang itu tidak terlihat sama sekali."
Lanjut Ari lagi, "Apa arti dari semua ini?"
Bocah itu bertanya lagi kepada dirinya sendiri, "Apa yang sesungguhnya terjadi dengan diriku?"
"Mimpikah ini?" tanyanya lagi kepada diri sendiri, lalu seperti tadi ia menempeleng pipinya sendiri dengan sekuat-kuatnya.
"Apa yang terjadi?!" keluh Ari sambil memegang kepalanya yang terasa berat.
Ia tampak terlihat bingung sendiri, karena begitu ia membuka kedua matanya, yang pertama kali ia lihat adanya sebuah nampan yang di atasnya ada sebuah kotak dan satu botol air minum.
Melihat kotak dan botol minum yang berada di atas nampan, membuat perut Ari segera bergerak lagi untuk minta di isi.
Tanpa pikir panjang lagi, Ari pun segera membuka kotak tersebut dan langsung memakannya dengan lahap.
Dari kejauhan tampak seseorang melihat Ari begitu lahapnya memakan makanan itu, dan orang itu pun terlihat tersenyum lalu secara tiba-tiba ia menghilang dari pandangan.
Menghilangnya orang itu, justru membuat Ari terkejut. Sepertinya bocah itu mencari-cari, tetapi ia sendiri tidak tahu apa yang ia cari. Akhirnya bocah berusia sepuluh tahun itu kembali menikmati makanan yang ada di dalam kotak tersebut hingga habis tanpa sisa sedikit pun.
Selesai makan Ari segera bangkit berdiri. Ia kembali berjalan sambil bersiul-siul.