Kata bos loper koran itu lagi, "Sudah, jangan seperti itu, lagi pula bukan kamu saja yang dapat sepeda. Beberapa dari teman-temanmu juga ada yang mendapatkan sepeda. Tujuan memberikan sepeda ini kepadamu agar omset penjualan kamu semakin meningkat lagi."
"Baik bos, mulai hari ini dan seterusnya saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk dapat lebih banyak lagi menjual koran." Kata Ari dengan penuh semangat.
****
Sementara itu Udin pun tiba di tempat kerjanya yang baru menjadi kuli bangunan pukul setengah tujuh pagi.
Mandornya yang melihat Udin sudah tiba sesuai janji anak itu pun berkata, "Baiklah. Sekarang kamu mulai bekerja. Karena kamu datang pertama setelah saya. Maka saya akan menambahkan upah dua jam seperti janji saya kemarin. Sekarang, mulailah bekerja. Pindahkan batu bata-batu bata ini sejumlah dua ratus buah ke setiap bangunan-bangunan itu!" kata si mandor memberi perintah kepada Udin.
Sesungguhnya Udin datang kembali ke tempat itu ada niat tidak baik. Karena dari kecil sudah di ajarkan mencuri, maka dia mendapat akal untuk mencuri.
"Aku akan mencuri setiap harinya dua buah batu bata. Pasti pak mandor tidak akan tahu." Ucap Udin dalam hatinya.
Di perintah seperti itu, Udin pun segera melakukan pekerjaannya dengan penuh suka cita. Karena sebenarnya ada niat buruk di balik itu semua.
****
Keduanya terlihat bersemangat sekali, hingga tak terasa hari sudah siang. Mereka berdua pun segera melepas lelah di tempat yang berbeda.
Kalau Udin di tempat kerjanya. Sedangkan Ari di sebuah kedai nasi di mana ia bau selesai mengirimkan pesanan terakhirnya.
Saat itu ia masuk ke kedai nasi dan melihat seorang anak sedang membawa-bawa komik.
Ari pun penasaran lalu katanya kepada anak yang membawa-bawa komik tersebut, "Dik, sepertinya seru sekali ya baca komiknya. Memang cerita komik itu apa?"
Dengan bersemangat sekali anak itu bercerita, "Sepertinya kakak ketinggalan jaman ya. Komik ini komik kungfu modern. Dan berwarna lagi. Orang-orang lagi sedang memburu komik ini kak. Judulnya Tiger Wong."
Mendengar penjelasan si bocah yang membawa komik itu, Ari hanya terlihat mengangguk saja.
Tak lama kemudian anak itu dan orang tuanya keluar dan ketika orang tua dari anak itu melihat Ari dia pun menyapanya. "Eh, ada nak Ari. Mau makan juga ya. Biar saya yang bayarkan untukmu."
Sesudah berkata demikian orang tua itu mengeluarkan uang lima belas ribu dan di berikan kepada pelayan kedai nasi sambil berkata, "Mas, ini untuk makan anak itu ya. Kalau ada lebihnya, mas ambil saja."
"Terima kasih pak!" seru Ari kepada orang yang berbaik hati itu.
Sebelum orang tua itu pergi meninggalkan Ari dan kedai nasi itu, dia berkata kepada Ari lagi.
"Nak Ari, jika bos kamu menjual komik ini, saya mau berlangganan sama Nak Ari saja. Dan kalau bisa ada nomor yang lama-lama ya, Nak Ari. Biar ceritanya engak ketinggalan. Engak enak kalau baca komik kungfu nomornya lompat-lompat tidak berurutan."
"Baik pak. Nanti saya bicarakan dengan bos loper koran saya dulu. Semoga saja beliau mau mendengarkan nasihat saya." Sahut Ari kepada orang yang telah membelikan maka siang untuk dirinya.
Orang itu bersama dengan anaknya telah pergi dari kedai nasi tersebut, Ari hanya memperhatikan dari belakang saja. Sampai si pelayan kedai nasi itu menegurnya.
"Ari, kamu mau makan apa saja?"
Sahut Ari kepada pelayan kedai nasi itu, "Seperti biasa saja mas!"
Setelah membungkus pesanan Ari, pegawai kedai nasi itu menyerahkan bungkusan tersebut kepada Ari seraya berkata lagi, "Ari, uangnya masih lebih banyak nih."
"Ambil buat mas saja!" seru Ari sambil bergegas keluar dari kedai nasi itu.
Pelayan kedai nasi itu hanya menggelengkan kepala saja.
Majikannya yang melihat itu berkata kepada pelayannya, "Uang kelebihan itu kamu simpan saja. Sewaktu-waktu dia datang lagi, kasih gratis saja. Toh masih ada lebih kan."
Mendengar itu si pelayan kedai tersebut hanya mengangguk saja.
****
Sementara itu Ari dengan sepeda barunya ia bergegas kembali ke rumah bos loper koran tempat biasa ia ambil kalau di pagi hari.
Kebetulan juga saat ia mau pulang, Ari pun melewati kediaman bosnya. Karena melewati kediaman bosnya itu ia berniat mampir sambil sekalian memberikan setoran hasil penjualan pagi hingga siang itu.
Pada saat Ari tiba di depan rumah bos loper koran tersebut, kebetulan sekali bosnya sedang berada di depan rumah sambil berbincang-bincang dengan seseorang.
Bosnya pun melihat ke arah Ari, dan ia pun berkata pelan terhadap Ari, "Tunggu sebentar ya."
Ari pun mengangguk saja. Dan ia tidak perlu menunggu lama, karena tak lama kemudian orang yang berbicara dengan bos loper koran itu pamit dan telah pergi. Sebelum pergi orang itu sempat melihat ke arah Ari dan mengangguk sambil tersenyum.
Sesudah orang itu pergi, si bos loper koran bertanya kepada Ari, "Tumben, siang-siang mampir ke tempatku. Memangnya ada apa?"
"Begini bos, kebetulan lewat, saya mampir saja kemari. Selain memberikan setoran hari ini sekalian ada yang saya mau tanyakan." Sahut Ari sambil memberikan sejumlah uang kepada bos loper koran tersebut.
Bos loper koran itu menerima uang hasil setoran Ari hari itu sambil berkata lagi, "Memangnya apa yang mau kamu tanyakan?"
"Begini bos, tadi saya ketemu dengan salah satu pelanggan koran saya. Dan kebetulan anaknya sedang bawa-bawa komik. Lantas orang tuanya yang sebagai pelanggan koran saya meminta untuk di kirimkan komik kungfu yang Tiger Wong. Katanya sih menurut anaknya ceritanya seru dan ia ketinggalan beberapa nomor."
Bos loper koran itu pun manggut-manggut sambil mendengar penuturan Ari kepadanya.
Selesai Ari bicara, si bos loper koran itu berkata, "Nah itu dia. Orangnya baru saja dari sini. Yang tadi itu, dia hendak bekerja sama dengan kita untuk memasarkan komik terbitannya. Tapi kalau untuk judul Tiger Wong saya belum tahu. Apakah dia punya atau tidak."
Ari diam sejenak. Lalu katanya kepada bos loper koran itu, "Baiklah bos, jika nanti ada kabar baik. Tolong beritahu saya."
Sesudah berkata demikian Ari segera pamit pulang dengan membawa sepedanya. Tetapi baru saja mengayuh dua kayuhan, ia memutarkan kembali sepedanya ke tempat bosnya.
Pas saat itu si bos loper koran hendak menutup pintu rumahnya.
Melihat itu Ari segera berteriak, "Bos, maaf bos!"
Bos itu tidak jadi menutup pintu, begitu melihat Ari datang kembali menemuinya.
Sebelum bos loper koran itu bertanya, Ari segera berkata, "Bos, saya mau titip sepedanya di sini. Karena di lingkungan tempat tinggal saya rawan maling. Apa lagi kalau lihat barang baru seperti ini, bos."
Sepertinya bos loper koran itu mengerti apa yang di katakan Ari. Ia pun hanya membukakan pintu saja dan membiarkan Ari masuk membawa sepedanya.