Chereads / Dreamland Word / Chapter 9 - Pertemuan Yang Menegangkan

Chapter 9 - Pertemuan Yang Menegangkan

Teringat akan mimpi yang tidak enak itu, Udin pun berusaha untuk tidak tertidur. Tetapi karena kedua matanya yang sayu dan menunggu datangnya pagi yang lama sekali, akhirnya di sekitar pukul sepuluh tiga puluh malam anak itu kembali tertidur pulas.

****

Sementara itu si Brewok masih berkeliaran di jalan-jalan mencari Udin dan Ari yang tidak ketemu juga. Setelah ia dari rumah Udin tadi sore. Pas begitu bertemu dengan ibunya Udin yang terlihat wajahnya lesu, si Brewok malah teringat akan ibunya sendiri yang sudah tua renta. Dan sudah beberapa tahun ia tidak pulang kampung.

Begitu melihat wajah ibunya Udin yang seperti itu, si Brewok tanpa basa-basi segera meninggalkannya begitu saja.

Kini si Brewok sudah berada di kediamannya, tanpa anak buah. Ia memang tinggal sendirian. Karena takut anak buahnya berkhianat dan membunuhnya ketika ia sedang tidur pulas. Ia tidak mau mengalami seperti itu, sehingga tidak ada satu pun dari anak buahnya tinggal bersamanya.

Ia sedang sendirian. Sesudah membasuh diri ia duduk termenung. Lamunannya jauh ke kampungnya. Di mana istri dan anaknya sedang menunggu kepulangannya. Lalu bayangan keluarga di kampung tiba-tiba hilang tergantikan dengan kedua bocah yang berada di pelupuk mata dan pikirannya.

Sepertinya si Brewok masuk ke dalam dunia mimpi Dreamland Word. Di situ ia melihat Udin dan Ari. Ia berusaha mengejarnya untuk menangkap kedua bocah itu, tetapi tidak sampai-sampai. Ia merasa terengah-engah sendiri.

"Aneh!" pikir si Brewok dengan kesalnya.

"Padahal jaraknya begitu dekat!" ucap Si Brewok sambil membanting kakinya sendiri, karena saking kerasnya ia menjerit kesakitan. "Auw!"

Rasa sakit itu membuat si Brewok terbangun.

"Ternyata hanya mimpi!" ucapnya sambil membersihkan peluh di keningnya sendiri.

Ia pun bangkit berdiri dan berjalan keluar dari tempat tinggalnya. Di depan kediamannya sendiri ia menghirup udara malam perlahan-lahan. "Apa, aku sebaiknya besok ke sana saja ya!" sambil mengepalkan tinjunya. Lalu ia pun melangkahkan kaki menuju sebuah warteg yang buka dua puluh empat jam di dekat tempat tinggalnya itu, karena ia tiba-tiba merasa lapar.

****

Ari pun juga tertidur pulas karena lelahnya hari itu berkeliling menjajakan jasa semir sepatunya. Sebelum tidur ia menghitung uangnya dan ternyata cukup untuk membeli tiket bermain di Dreamland Word tersebut.

Ia pun sampai ke bawa mimpi juga bermain di Dreamland Word tersebut dan bertemu dengan Udin di situ.

Ari pun berteriak-teriak memanggil anak itu.

"Udin!"

"Udin!"

"Udin, kembalikan kartu emasku!"

Sepertinya Udin tidak mendengar suara dan tidak melihat juga wajah Ari. Sepertinya mereka terpisah oleh sebuah dimensi.

Tiba-tiba keduanya tertarik ke belakang.

Melihat Udin menjauh, Ari pun kembali berteriak-teriak.

"Udin, jangan kabur kau!"

"Udin, jangan kabur kau. Kembalikan kartu emasku dulu!"

Sepertinya memang Udin tidak mendengarnya. Ia jatuh ke sebuah tempat yang kotor. Dan saat itu juga tubuhnya kembali mengecil seperti seekor tikus.

"Apa ini?!" keluh Udin ketika merasakan tubuhnya mengecil kembali. Dan ia berada di dalam sebuah gorong-gorong yang gelap.

Tiba-tiba ia di kejutkan dengan sebuah suara, "Siapa kau! Beraninya masuk wilayahku!"

Udin pun tampak mencari-cari sumber suara itu, dan suara itu terdengar kembali seperti tadi.

"Aku tanya sekali lagi, siapa kau! Beraninya masuk wilayahku!"

Tak lama kemudian muncul seekor tikus yang berukuran besar. Dan besarnya tiga kali lipat dari tubuhnya Udin yang saat ini menjadi tikus.

Saat yang bersamaan Ari pun juga jatuh ke dalam gorong-gorong yang gelap di mana Udin terlebih dahulu jatuh ke situ.

Ari tidak tahu kalau Udin berubah menjadi seekor tikus. Dan ia pun tidak tahu kalau ada tikus besar di situ juga.

Ari berjalan dalam kegelapan dengan meraba-raba.

Pada saat itu, si tikus besar sedang menakut-nakuti Udin dengan berkata, "Pergi kau dari sini. Kalau tidak aku akan panggil ular untuk memangsamu!"

"Ular?!" ucap Udin dalam hatinya.

Ia pun hendak lari. Tetapi tiba-tiba ia merasa dirinya tidak dapat bergerak sama sekali, ia pun menoleh ke belakang.

Ternyata buntutnya di injak oleh sebuah kaki yang besar, begitu ia melihat ke atas. Tampak wajah si tikus besar sedang menyeringai ke arahnya.

"Mau lari ke mana kau. Kau tidak bisa lari ke mana-mana lagi sekarang!" kata si tikus besar.

Tak lama kemudian terdengar suara mendesis.

Mendengar suara itu, Udin mencoba untuk berlari lagi. Tetapi tidak bisa.

Akhirnya ia dapat akal. Ia pun membalikkan badannya lalu berlari mendekati kaki si tikus besar yang saat ini masih menginjak buntutnya. Kemudian ia segera menggigit ujung kaki si tikus besar itu dengan sekuat tenaga.

Mau tidak mau si tikus besar itu mengangkat kakinya. Melihat ia terbebas dari injakan kaki si tikus besar, Udin pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk berlari menghindar.

Udin berlari ke arah di mana Ari sedang berjalan menuju ke arahnya. Dan beberapa waktu berselang, tiba-tiba kaki Ari menendang sesuatu. Sedangkan Udin yang juga tidak dapat melihat tidak hati-hati. Beruntung tubuhnya tidak terinjak kaki Ari, hanya tertendang.

"Auw!" teriak Udin yang tubuhnya terlempar agak jauh dari kaki Ari.

Pada saat itu Ari pun terkejut dan langsung terdiam. Tidak berani melangkah lagi. Ia diam beberapa saat lamanya, takut bergerak. Dalam hatinya bertanya, "Suara apa itu?"

Katanya lagi kepada diri sendiri, "Suara itu tidak asing di telingaku." Lalu ia teringat akan kejadian sebelumnya. Yaitu ketika tiba-tiba terlihat Udin tertarik ke belakang dan menghilang dari pandangan Ari.

"Jangan-jangan, Udin memang jatuh ke tempat ini juga? Lalu ke mana Udin?"

Pada saat itu, Udin sedang marah-marah.

"Siapa sih yang berani menendangku! Kalau aku tahu siapa dia, aku akan menggigit semua jari kakinya agar tidak bisa berjalan!"

Baru saja ia bangkit berdiri, kembali Udin di buat terkejut dengan suara desisan di dekatnya.

"Ular!" jerit Udin sekuat tenaga.

Ari yang mendengar suara itu segera berlari menuju ke arahnya. Karena ia tidak dapat melihat ia hanya lari saja.

Beruntung bagi Udin, tubuhnya tidak sampai terinjak oleh kaki Ari. Tetapi tubuh ular itu yang terinjak oleh kaki Ari. Karena sesungguhnya ular itu tidak berbisa dan juga berukuran sedang.

Bagi Udin mungkin ular itu cukup besar, karena tubuhnya menjadi seekor tikus yang kecil.

Sesungguhnya tanpa di sengaja Ari telah menolong Udin dari serangan ular tersebut, tetapi Udin tidak mengetahuinya.

Bersamaan dengan itu keduanya kembali sadar dan terjaga dari mimpi mereka masing-masing.

Keduanya mengeluh pelan.

"Mimpi apa barusan ya?" ucapnya sambil beranjak bangkit dari tidurnya.

Ari keluar dari bangunan yang rusak itu, dan memandang ke langit. Yang saat itu tampak bintang jatuh.

"Tuhan, semoga Engkau mengabulkan doaku yang sederhana ini." ucap Ari dengan suara pelan.

Sesudah berkata demikian ia pun masuk lagi ke rumah yang sudah rusak tersebut sebagai tempat berteduhnya.