Chereads / Dreamland Word / Chapter 2 - Kehilangan Kartu Emas

Chapter 2 - Kehilangan Kartu Emas

Akhirnya mereka berdua di keroyok oleh temannya sendiri, tetapi keroyoknya hanya main-main saja. Lalu mereka berlari keliling dan mencari mangsa lagi.

Tepat pukul satu siang seseorang dengan pakaian bak seorang kaisar keluar dari sebuah bangunan yang terlihat sangat megah. Munculnya bangunan tersebut juga entah dari mana datangnya, seperti magic.

Dengan berpakaian seperti itu mengundang seluruh orang yang ada di situ untuk menoleh ke arahnya.

"Perhatian-perhatian!" teriak orang itu dengan suara yang lantang, tanpa menggunakan alat pengeras suara.

Suaranya seakan-akan bergema ke seantero jagat raya. Seluruh pelosok tempat itu mendengar suaranya.

Orang itu pun diam sesaat. Ketika merasa semua mata sudah tertuju ke arahnya, barulah dia berbicara lagi, "Anak-anakku semuanya. Saat ini adalah saat yang paling bahagia, di mana kalian akan mendapatkan kartu Emas!"

Semua orang yang mendengarnya berteriak histeris, karena saat-saat itulah yang di tunggu oleh semua orang.

Kemudian orang itu berkata lagi, "Baiklah anak-anak semua. Loket penukaran karcis akan segera di buka. Silakan mengantre dengan tertib. Bagi yang sudah mendapatkan tiket emas, silakan maju ke depan."

Semua anak dan orang dewasa pun segera mengikuti arahan di berikan oleh orang itu.

Tampak semuanya antre dengan tertib di depan loket penukaran. Ada sekitar sepuluh loket di buka dengan maksud biar cepat selesai.

Tampak berbagai ekspresi dan gelagat ketika mereka semua telah menukar tiket yang mereka pegang.

Ada yang mencari-cari tiketnya begitu mereka sudah berada di depan loket. Yang lainnya lagi ada yang terlihat kecewa begitu melihat hasil penukaran tiket yang mereka tukarkan. Karena tidak sesuai apa yang telah mereka harapkan.

Selain itu, ada pula yang di buang saking kesalnya karena tidak mendapatkan kartu emas dan ada pula yang kehilangan karena kecopetan.

Ada pula yang berteriak histeris karena mendapatkan tiket emas.

Setelah menunggu beberapa saat, tampaklah sejumlah anak dengan wajah berseri-seri maju ke depan.

Beberapa saat kemudian tampak terlihat hingga dua puluh delapan anak dengan tiket emas di tangan masing-masing berdiri di depan.

Melihat hal itu tampak orang yang berpakaian raja itu terlihat mulai mengeryitkan dahinya.

Tak lama kemudian, muncul satu anak lainnya berlarian dengan tergesa-gesa hingga terjatuh-jatuh.

Orang-orang yang menyaksikan itu semuanya bersorak-sorai sambil bertepuk tangan layaknya seorang pelari jarak jauh yang sedang memasuki garis finis.

"Masih kurang satu lagi". Gumam orang itu.

###

Di pojok sudut salah satu bangunan tampak seorang anak laki-laki dengan pakaian yang agak compang-camping memandangi tiket tersebut, dia ragu untuk maju ke depan.

"Ini rezekiku, biarlah orang-orang mengejekku." Kata Ari dalam hati. Lalu ia memberanikan diri untuk maju ke depan menembus masuk rombongan orang banyak itu. Ketika baru maju beberapa langkah, tiba-tiba beberapa anak-anak nakal berlarian dan salah satu dari anak-anak nakal itu menabrak anak berpakaian compang-camping tersebut.

"Hai, kalau jalan liat-liat!" maki anak yang menabrak itu yang ternyata si Udin.

Ari yang tertabrak itu berusaha bangkit berdiri. Ketika dia hendak bangkit berdiri tahu-tahu kartu emasnya terjatuh.

Udin yang menabrak Ari dan melihat tiketnya Ari terjatuh. Dan ketika tahu tiket itu adalah tiket emas. Dengan cepat Udin menyambarnya.

"Hai, kembalikan!" teriak Ari kesal.

Tetapi, Udin itu langsung pergi bersama dengan teman-temannya dengan membawa tiket emas tersebut.

Tak lama, kembali terdengar suara menggelegar, "Adik, kakak, atau saudara yang memiliki kartu emas, silakan segera maju ke depan!"

Anak nakal yang tadi sempat mengambil kartu emas kepunyaan dari anak yang berpakaian compang-camping, tanpa ragu dan rasa bersalah sedikit pun anak itu langsung melesat maju ke depan meninggalkan teman-temannya yang lain.

Teman-temannya terkejut ketika dia berlari sekencang-kencangnya menuju ke depan. Setibanya di depan dengan terengah-engah dengan tangan yang terlihat sedikit gemetar, anak itu mengulurkan tangannya dan memperlihatkan kartu emas yang ia miliki.

Melihat hal itu terkejutkan orang yang berpakaian seperti raja tersebut, lalu dia bertanya kepada anak itu, "Kenapa kamu lama sekali untuk datang kemari?"

Dengan cepat dan tanpa berpikir anak itu segera menjawab dengan suara lantang dan yakin, "Maafkan saya tuan. Tadi, saya sempat kehilangan kartu emas saya. Untungnya, saya dapat menemukan kembali kartu emas ini!" sambil tangannya yang memegang kartu emas itu di angkat tinggi-tinggi.

Untuk lebih meyakinkan lagi anak itu menambahkan, "Kartu emas saya, di temukan oleh anak pengemis dengan pakaian compang-camping di sana itu!" Katanya sambil menunjuk ke arah tenggara dari dia berdiri dengan telunjuk tangannya. Serta merta semua orang matanya mengikuti arah telunjuk anak itu.

Untungnya anak yang berpakaian dengan compang-camping tersebut telah pergi, sehingga orang-orang tersebut tidak dapat mengenali anak itu.

Anak itu yang bernama Udin melanjutkan ceritanya, "Anak itu telah mencuri kartu emas milik saya, dan saya beruntung mendapatkannya kembali. Kalau tidak, saya tidak dapat ikut serta dengan yang lain di sini."

"Namamu siapa, Nak?" tanya orang yang berpakaian seperti raja itu.

"Nama saya Udin!" katanya bangga sambil menepuk dadanya.

"Baiklah kalau begitu, kini sudah lengkap tiga puluh orang mendapatkan kartu emas. Jangan di sia-siakan." Kata orang yang berpakaian raja itu kepada Udin dan juga di tunjukkan kepada yang lainnya.

Orang itu berkata lagi, "Karena sudah sore hari, maka kalian semua baik yang dapat kartu emas mau pun tidak, datanglah kembali besok. Karena tempat ini di buka sejak pukul delapan pagi.

Lalu mereka bubar dan pulang ke rumah masing-masing.

****

"Kartu emas, apa pula gunanya ini!" kata si Udin sambil memainkan kartu emas tersebut, ketika ia hendak mau mengembalikan kartu emas itu ternyata orang dan bangunan mewah tersebut telah hilang lenyap seperti di telan bumi.

"Aneh!" kata si Udin sambil matanya mencari-cari dan berkali-kali pula ia mengucek-ngucek kedua matanya, tetap saja tidak ada apa di situ.

Ketika sedang mencari-cari, tiba-tiba ia di kejutkan dengan suara seseorang, "Hei Udin!" dan ia pun membalikkan tubuhnya ke arah suara itu, ternyata tampak teman-temannya tadi telah mendekatinya. Lalu ia pun bergegas masukkan kartu emas itu ke dalam saku celananya.

Setelah teman-temannya mendekat, "Hai, kalian aku cari-cari ternyata ada di situ!" seru Udin basa-basi.

"Udin, kamu bilang akan setia kawan kepada kami semua, tetapi ternyata kartu emas itu kamu makan sendiri!" bentak si brewok dengan suaranya yang terdengar bengis.

"Ampun bang, ampun!" kata Udin sambil menjatuhkan diri berlutut di depan orang itu lalu menyembah-nyembah. Si Udin melakukan ini bukannya tidak punya nyali, tetapi tidak mau ribut dengan mereka, apa lagi kalau sampai babak-belur dengan mereka. Tetapi Udin melakukannya dengan otak.

"Kalau kamu mau menyerahkan kartu emas itu, baiklah aku ampuni kau!" kata orang yang di panggil abang itu dengan suara yang semakin tinggi dan semakin marah.

"Bang, sudah tidak ada padaku!" kata Udin dengan suara memelas.