Reni membereskan barang-barangnya. Ke tiga tim-nya melihat Reni tergesa-gesa "Kamu mau kemana? Kenapa kamu membawa semua barang-barang kamu?" Tanya salah satu timnya.
"Eh kamu!! Aku mau minta izin untuk pulang duluan. Karena ada sesuatu yang sangat mendesak aku tidak bisa menceritakan semuanya sama kalian" Jawab Reni.
"Tumben sekali kamu pulang dengan cepat, biasanya kamu akan meminta kita semua untuk pulang bareng" Tanya temannya.
Reni tersenyum sambil menepuk pundak temannya "Maafkan aku teman" Ucapnya, ia kemudian keluar begitu saja.
Dengan segera Reni menghidupkan motor buntut yang selalu ia pakai, kebetulan ia di berikan kendaraan oleh perusahaan agar ia bisa dengan bebas pergi ke tempat yang di tugaskan.
Taman pinggir jalan.
Annabela duduk di taman tepat di pinggir jalan, ia tidak ada teman sama sekali. Ia kesal karena Reni tidak mau menjawab telponnya. Padahal Annabela ingin sekali curhat sama Reni tentang Axton.
"Kemana lagi aku harus pergi? Takutnya jika aku bertemu sama orang asing itu, Meskipun ia memiliki daya tarik yang luar biasa. Untung saja aku bisa menahan diri dari tatapannya itu" Batin Annabela.
Karena merasa bosan, Annabela akhirnya bangun dari tempat duduknya. Ia beranjak, entah kemana langkahnya akan membawa dua pergi. Masih teringat tentang masa lalunya bersama Axton, yang selalu ada disampingnya di saat dirinya sedang galau seperti ini.
Sekarang ia hanya sendirian, tidak ada tempat berbagi. Sebenarnya Annabela sangat merindukan sosok Axton. Ia rindu akan kebersamaan, ia rindu akan semuanya.
Berjalan dan terus berjalan tanpa arah dan tujuan, seketika ia teringat tentang keluarganya. Ia teringat bagaimana ia di hina oleh keluarga ibunya sendiri, karena tidak jadi menikah.
Membayangkan ekspresi keluarganya membuat Annabela geram, ia mengepalkan tinjunya.
"Aku tidak akan membiarkan harga diri aku di injak-injak. Apalagi oleh Axton, laki-laki kejam itu" Gumamnya.
Sepertinya Annabela akan menjalankan misinya, ia tidak akan pernah tinggal diam. Ia akan melakukan segala cara untuk bisa membuat Axton merasakan kecewa seperti yang ia alami.
Di tengah perjalanan, Annabela mendengar suara getaran handphone. Ia melihat kontak Reni, dengan segera Annabela menjawab panggilan sahabatnya.
π"Halo Reni!!"
π"Annabela kamu lagi dimana sekarang? Kenapa kamu tidak ada di kos?" Tanya Reni dengan suara cemas.
π"Aku lagi di perjalanan Reni"
π"Kirimkan aku lokasinya sekarang. Aku akan menjemputmu"
π"Tidak usah Reni!!"
π"Cepat Annabela, aku khawatir sama kamu"
π"Baiklah!!" Setelah itu Annabela menutup telponnya. Ia kemudian mengirimkan lokasinya yang sekarang melalui pesan.
Beberapa menit kemudian Reni sudah sampai, ia melihat Annabela sedang berdiri tepat di pinggir jalan. Dengan wajah yang kurang fresh, rambutnya sedikit berantakan.
Reni langsung menaruh motornya tepat di dekat Annabela. Ia membuka helmnya dan langsung bertanya apa sebenarnya yang sudah terjadi "Annabela aku khawatir sekali sama kamu. Sebenarnya apa yang sedang terjadi?"
"Aku tidak apa-apa Reni, aku hanya kangen saja sama kamu. Oh ya kenapa kamu pulang cepat sekali? Bukankah kamu biasanya pulang nanti sore?"
"Pertanyaan kamu itu sangat tidak penting sekali. Sebaiknya kamu ikut saja aku"
"Kita mau kemana?"
"Sudah ikut saja"
"Tapi aku lagi malas kemana-mana. Aku ingin menenangkan diri"
"Makanya ikut aku, pokoknya aku jamin kamu tidak akan menyesal"
Karena Reni memaksa, terpaksa Annabela mau mengikutinya. Untung hari ini Reni membawa helm cadangan, jadi Annabela bisa melindungi kepalanya dari sinar matahari.
"Kamu pakai helm ini"
"Terimakasih Reni"
Reni kemudian menghidupkan motornya, ia dengan segera meminta Annabela naik. Setelah itu ia membawa Annabela keliling pusat kota. Mereka berdua seperti tidak ada beban masalah, kebahagiaan mereka benar-benar di jalan.
Reni dan Annabela menghabiskan waktu bersama, canda tawa mereka lakukan bersama. Gak Kecil saja bisa membuat mereka bahagia berlipat ganda.
"Bagaimana perasaan kamu sekarang?" Tanya Reni.
"Sedikit bahagia!!"
"Arghhh ... Kenapa sedikit? Aku ingin mendengar kebahgaiaan kamu yang banyak" Teriak Reni di atas motor.
"Ya aku bahagia banyak, selanjutnya kita mau kemana?"
"Kita ke suatu tempat yang tidak pernah kamu datangi. Pokoknya aku akan membuat hari kamu menjadi sangat indah"
"Kamu ini seperti laki-laki saja"
"Jangan berpikiran yang tidak-tidak, aku melakukan ini semua demi kamu"
Annabela tertawa lepas mendengar ocehan Reni, sahabat yang sangat baik hati. Sahabat yang selalu ada untuk Annabela.
Pantai pusat kota.
Sampailah mereka berdua di pantai pusat kota. Pantai itu masih kelihatan alami, pengunjungnya tidak terlalu banyak. Hanya beberapa saja, tempatnya masih asri dan sangat alami.
Pohon kelapa berjejeran dengan rapi di pinggir pantai, daunnya menari-nari kesana kemari di tiup oleh sang angin. Deburan ombak terdengar sangat lembut, membuat hati Annabela takjub berada ditempat itu.
Bagi semua orang, pantai itu mungkin hal biasa. Namun jarang ada yang bisa bagaimana caranya menikmati ketika berada di tempat itu.
Reni dan Annabela berjalan di pinggir-pinggir pasir, sambil bermain air . Annabela memejamkan kedua bola matanya, menghirup udara segar yang tidak pernah kena sama polusi.
Annabela ingin membuang semua masalahnya jauh-jauh. Ia ingin membuang tentang masa lalunya yang amat menyedihkan. Annabela membayangkan wajah Axton, seolah-olah ia mengajak Axton berbicara melalui batin. Ia ingin mengungkapkan semua perasaan kecewanya selama ini.
Setelah merasa lega, secara perlahan Annabela membuka kedua bola matanya. Kali ini ia bernapas dengan lega, ia menatap lautan yang luas itu dengan hati yang tenang. Ia merasa semua beban masalahnya hilang seketika.
"Akhirnya aku bebas hari ini" Teriak Annabela.
"Aku juga ... Akhirnya aku bisa menikmati liburan setelah sekian lama aku bekerja" Lanjut Reni.
"Kita bebas Reni!!" Annabela mengangkat kedua tangannya, rambutnya terbang kemana-mana karena anginnya terlalu keras.
"Ya Annabela!! Kita bebas hari ini, kita tidak perlu memikirkan orang-orang toxic di sekeliling kita"
" Kamu benar sekali, kita harus buktikan kalau kita ini adalah wanita yang kuat"
"Dan kita Juga harus buktikan, kalau kita ini adalah wanita yang mandiri beridiri di kaki sendiri. Kita jangan membiarkan laki-laki toxic mendekati kita!" Mereka berdua saling berpegangan tangan, mereka saling menguatkan. Suara mereka berdua diterbangkan oleh angin pantai.
"Setuju Reni!!"
"Yeeeeeeeeee!!!!!!!!" mereka kembali berteriak bahagia.
Setelah merasa capek berteriak, Annabela dan Reni duduk di pinggir pantai. Mereka berdua saling lirik lalu tersenyum.
"Ternyata pantai di sini indah juga ya" Ucap Annabela.
"Ya karena tempatnya masih alami. Oh ya aku boleh bertanya sama kamu?"
"Mau bertanya tentang apa?"
"Sedikit pribadi"
Annabela tersenyum sambil menatap Reni "Eummm ... Apakah sangat sensitif?"
"Tidak juga kok. Makanya apakah aku boleh bertanya atau tidak?"
Annabela menganggukkan kepalanya "Silahkan!! Tapi ingat jika aku tidak bisa menjawab pertanyaan kamu, jangan paksa aku ya"