"Sudah ayah bilang sama kamu, ayah tidak sedang menyembunyikan apa-apa. Tidak baik mencurigai seorang ayah"
"Maafkan Stella ayah kalau begitu, habisnya sikap ayah itu sangat mencurigakan"
"Lupakan masalah itu. Oh ya bagaimana hubungan kamu sama Axton? Apakah baik-baik saja? Tadi ayah tidak sengaja bertemu sama Axton, katanya dia pulang untuk mengambil barang yang ia lupa"
Mendengarkan nama Axton membuat Stella malas untuk menjawab, ekspresinya seketika berubah. Wajahnya menjadi redup, tidak ceria seperti yang tadi.
"Anak ayah kenapa? Tidak baik masang wajah cemberut seperti itu"
"Lagi malas saja ayah"
"Ayah tahu pasti kalian berantem lagi?"
"Tidak juga ayah, oh ya bagaimana tentang bodyguard yang ayah Carikan itu? Apakah sudah ada tanda-tanda?"
"Ayah masih menyusun rencana sama pengawal Sion, kamu tenang saja pokoknya kamu tinggal terima beres"
"Kenapa ayah repot-repot mencarikan Stella bodyguard? Bukankah ayah mempunyai banyak pengawal ? Kenapa tidak mengutus salah satu pengawal ayah saja, biar tidak capek-capek mencari?"
"Ayah tidak mau, pokoknya ayah akan mencarikan pengawal khusus wanita, biar kamu enak kemana-mana"
Stella terdiam sambil mengelus dagunya "Seorang wanita? Ada baiknya juga sih" Batin Stella.
"Bagaimana? Apakah kamu setuju?" Tanya Tuan Dalton.
"Saya setuju ayah!! Lalu apakah sudah ada yang datang untuk mendaftar?"
"Untuk saat ini belum ada, karena saya minta pembukaannya besok. Ayah harap kamu tidak usah kemana-mana besok"
"Siap ayah"
Obrolan tentang pengawal telah selesai, Tuan Dalton melihat ke arah Stella. Sepertinya ia ingin menyampaikan sesuatu, namun tuan Dalton memilih menggelengkan kepalanya.
"Ya sudah kalau begitu, saya mau pergi ke kamar ayah"
"Tunggu!!" Tuan Dalton menghentikan langkah Stella.
"Ada apa lagi ayah?"
"Ayah boleh berbicara serius sama kamu?"
Melihat ekspresi Tuan Dalton membuat Stella merasa tidak nyaman. Karena perasannya mengatakan kalau Tuan Dalton pasti akan membahas tentang masalah anak.
'Pasti ayah mau bertanya lagi, kapan saya akan memberikan dia cucu' Batin Stella.
"Stella jawab ayah"
"Ya ayah silahkan saja" Ucap Stella secara spontan.
"Ayah tahu kalau kamu sudah menebak apa yang akan saya tanyakan sama kamu"
"Stella sama sekali tidak tahu ayah, jadi silahkan ayah bicara saja"
"Ini mengenai kapan kamu akan memberikan ayah cucu, karena ayah merasa sudah waktunya kamu dan Axton memiliki anak. Bukankah ayah sering bilang sama kamu, rumah tangga akan utuh jika ada keturunan. Pernikahan kamu dan Axton juga sudah lumayan lama, jadi masak sampai sekarang kamu belum juga berhasil"
Stella merasa terpukul sama perkataan Tuan Dalton, karena ia merasa malu sama ayahnya sendiri. Stella sama sekali tidak menyalahkan ayahnya meskipun berulang kali di tanya tentang hal ini, karena ini sangat wajar untuk orang tua yang ingin memiliki cucu.
Stella menundukkan wajahnya, ia memendam amarah yang begitu dalam. Ia mengepal tinjunya dengan kuat, bayangan wajah Axton kembali terlihat dengan jelas. Andai saja Axton ada didepan matanya, ia ingin sekali meremas-remas wajahnya sampai terluka.
"Jika kalian berdua ada sesuatu, kasih tahu ayah. Siapa tahu ayah bisa memberikannya Kalian solusi"
Stella tersenyum paksa, sebenarnya didalam hatinya sangat hancur berkeping-keping. Ia merasa tercekik oleh keadaan. Bagaimana bisa Stella memberi tahu Tuan Dalton kejadian yang sebenarnya, ia takut jika Tuan Dalton marah besar dan mengusir Axton dari rumah.
"Saya dan Axton sama sekali tidak ada masalah ayah. Stella janji secepatnya akan memberikan ayah cucu. Minta doanya ayah"
"Ayah selalu mendoakan kamu sayang, atau begini saja. Untuk satu Minggu ini ayah akan meminta Axton cuti, jadi Kalian berdua mempunyai waktu luang untuk menghabiskan waktu bersama. Waktu yang satu Minggu itu ayah minta Axton untuk membawa kamu pergi bulan madu ke luar negeri"
Ternyata Tuan Dalton memang sangat cerdas, ia bahkan tidak kehabisan ide. Ia selalu memberikan ide cemerlang untuk Putrinya.
"Wah ide yang sangat bagus ayah" Puji Stella sambil memeluk Tuan Dalton, tetapi Stella sangat yakin kalau Axton akan menolak. Axton akan mempunyai seribu alasan agar ia tidak jadi pergi. Buktinya meskipun mereka sering ada di rumah, secara terus terang Axton menolak untuk berhubungan sama Stella.
"Ayah akan membelikan kalian berdua tiket, pokoknya kalian berdua terima beres"
Keinginan yang sangat luar biasa, membuat Tuan Dalton ikut berperan didalam rumah tangga putrinya.
"Terimakasih banyak ayah atas pengertiannya. Memang terbaik ayah Stella"
"Sama-sama sayang. Ya sudah kamu boleh istirahat. Tapi kamu jangan memberitahu Axton dulu, tentang rencana kita ini. Biarkan saja ayah yang akan memberikan dia surprise" Pesan Tuan Dalton.
"Baik ayah" Stella kemudian keluar dari ruangan ayahnya.
Setelah pintunya tertutup rapat, tuan Dalton kembali duduk di kursi empuknya. Ia teringat sama foto yang ia sembunyikan tadi, Tuan Dalton kemudian membungkuk memungut foto berukuran lima R.
Ia meraba-raba di bawah Kolom meja dan pada akhirnya aku menemukannya. Tuan Dalton kembali memandang sosok wajah yang ada difoto tersebut. Ia mengelus-elus wajah gadis itu, rambutnya terurai panjang bergelombang. Bibirnya tipis dan sangat cantik, hidungnya mancung seperti mulut burung Kaka tua.
"Bagaimana kabar kamu?" Gumam Tuan Dalton. Ia sepertinya mempunyai kenangan indah sama wanita yang ada difoto itu.
Tuan Dalton terlihat sedih, ia seperti menyesali sesuatu. Tiba-tiba air mata Tuan Dalton jatuh tanpa di sadari. Melihat kedua bola mata gadis itu membuat dia tersentuh.
"Maafkan aku karena telah membuat kamu menderita. Maafkan aku karena telah membuat hidup kamu hancur. Maafkan aku karena telah membuat hidup kamu penuh kecewa. Aku benar-benar tidak berguna, aku benar-benar tidak layak untuk di maafkan, aku laki-laki yang sangat bodoh, aku telah menyia-nyiakan wanita sebaik kamu. Sungguh aku merasa menyesal atas apa yang sudah aku lakukan sama kamu. Dan sekarang aku merasa tersiksa sendiri, karena sampai saat ini aku masih teringat sama kamu. Aku sama sekali tidak bisa melupakan kamu" Ucap Tuan Dalton sambil meneteskan air mata.
Masa lalu yang sangat kelam, semuanya tidak ada yang abadi. Apapun yang sudah kita perbuat, pasti akan ada balasannya. Tidak ada orang yang tidak menyesal jika sudah melakukan kesalahan. Apalagi sudah melukai hati seseorang.
Lebih-lebih orang yang sangat mencintai, namun sudah tidak ada gunanya menyesal. Nasi sudah menjadi bubur, jadi sangat tidak mudah untuk kembali. Setiap orang pasti mempunyai rasa jenuh, entah sekarang atau besok dan lusa.
Hukum alam tetap berlaku bagi siapa saja, jika baik yang di tanam maka baik pula hasilnya. Tetapi jika buruk yang di tanam maka buruk pula hasilnya. Berhati-hatilah dalam bersikap sama siapapun, karena sikap yang sekecil saja bisa menimbulkan kebencian yang amat mendalam Jika tujuannya membuat orang tersinggung.