Chereads / Permainan cinta (Annabela) / Chapter 38 - Teringat luka di masa lalu

Chapter 38 - Teringat luka di masa lalu

Annabela tersenyum sambil menatap Reni "Eummm ... Apakah sangat sensitif?"

"Tidak juga kok. Makanya apakah aku boleh bertanya atau tidak?"

Annabela menganggukkan kepalanya "Silahkan!! Tapi ingat jika aku tidak bisa menjawab pertanyaan kamu, jangan paksa aku ya"

"Ya aku tidak akan memaksa kamu. Pertanyaan ini tentang Axton"

Annabela langsung menjepit kedua alisnya "memangnya kenapa dengan Axton? Tumben sekali kamu bertanya tentang dia"

"Aku sebagai teman kamu penasaran saja. Apakah kamu benar-benar sudah bisa melupakan dia?"

Annabela berpura-pura untuk tidak menanggapinya pertanyaan Reni, karena bagi Annabela itu basi. Ia mengalihkan pembicaraan kepada hal lain "Sepertinya cuaca hari ini sangat indah ya. Oh ya bagaimana pekerjaan kamu hari ini? Apakah kamu sudah bertemu sama pemilik perusahaan tempat kamu bekerja?" Tanya Annabela sambil menggelitiknya pinggang Reni.

Reni terlihat geli "Aduh Annabela, aku geli sekali. Arghhh ... Aku tahu kamu sengaja melakukan hal ini"

"Makanya kamu jangan menjebak aku sama Pertanyaan bodoh kamu"

"Ya aku minta maaf kalau begitu, aku tidak akan bertanya lagi tentang hal itu"

"Aku pegang ya kata-kata kamu"

"Ya!! Tidak percaya banget sih jadi orang"

"Aku percaya kok sama kamu. Reni apakah di tempat kamu masih memburuh karyawan atau tidak? Karena aku sangat bosan sekali menjadi kaum rebahan"

"Eummm ... Dulu aku tawarin kamu tidak mau dan sekarang kamu baru menyesal"

"Ya aku mengerti, tapi kali ini aku benar-benar serius Reni. Apapun pekerjaannya aku siap"

"Kita lihat nanti ya, semoga saja ada lowongan kosong. Solanya di perusahaan tempat aku itu super ketat sekali. Apalagi perusahaan maju seperti itu"

"Ya aku mengerti, aku benar-benar bergantung pada kamu Reni"

"Ya aku paham Annabela, kamu berdoa saja semoga aku bisa membantu kamu"

"Ok Reni!! Terimakasih banyak karena kamu selalu baik sama aku"

"Sama-sama Annabela"

Mereka berdua menghabiskan waktu bersama, obrolan mereka sudah terlalu banyak, membuat mereka kehabisan cerita.

"Sebentar aku pernah bertemu sama Axton beberapa kali" Ucap Annabela secara tiba-tiba.

Jelas saja Reni terkejut, karena Annabela tiba-tiba membahas masalah Axton. Pad ia sudah berjanji untuk tidak mengungkitnya. Kedua bola mata Reni membesar, mulutnya terbuka lebar.

Ia bahkan penasaran bagaimana pertemuan mereka "Kamu serius?" Tanya Reni.

Annabela mengangguk "Ya saya serius, ternyata bertemu sama orang di masa lalu membuat kita semakin sakit ya Reni"

"Tunggu dulu!! Aku sama sekali tidak mengerti maksud dari perkataan kamu. Semakin sakit bagaimana yang kamu maksud? Apakah Axton memukul kamu atau memarahi kamu?" Tanya Reni, ia bahkan melihat seluruh anggota tubuh Annabela. Apakah ada yang luka atau tidak.

"Kamu kenapa melihat tubuh aku seperti itu? Aku tidak kenapa-napa"

"Aku khawatir saja karena kamu bilang bertemu masa lalu itu rasanya sakit. Ya aku pikir ada yang terluka"

Annabela tertawa kecil "Ya ampun Reni, aku pikir kamu ini pintar ternyata kamu bodoh juga ya"

"Aku ini pintar pada tempatnya Annabela, oh ya aku jadi penasaran bagaimana kisah pertemuan kamu. Kenapa kamu tidak pernah menceritakan sebelumnya sama aku?"

"Karena aku butuh waktu untuk menenangkan diri Reni, kamu tahu sendiri kalau itu butuh waktu lama untuk bisa menenangkan diri"

"Ya juga sih. Tapi aku bangga sama kamu Annabela, kamu itu benar-benar kuat banget. Coba kalau aku jadi kamu, mungkin aku tidak akan bisa menjalani hari-hari dengan baik"

Annabela menghelai napas panjang "Kamu tidak tahu saja bagaimana rasanya menjadi saya. Kelihatannya saja saya kuat, padahal kenyataannya tidak"

"Tapi aku tetap bangga sama kamu"

"Boleh aku mulai bercerita?"

"Dengan senang hati tuan putri"

"Reni ... Reni!! Kamu ini bisa saja bercanda, sebenarnya berat sekali rasanya menceritakan ini semua. Namun semakin di pendam rasanya semakin sakit. Aku tidak pernah menyangka kalau Axton akan berpaling Reni. Dan sekarang dia sudah bahagia bersama istrinya. Tapi rasanya aku sama sekali tidak ikhlas melepaskan Axton, aku tidak rela melihat kebahagiaan mereka berdua. Aku masih dendam atas apa yang sudah Axton lakukan sama aku. Jujur aku ingin balas dendam atas sakit hati yang pernah aku alami"

Reni terdiam membisu, ia menjadi pendengar yang sangat setia. Namun Reni sama sekali tidak setuju mendengar Annabela yang ingin membalas dendam.

"Annabela aku sama sekali tidak setuju jika kamu balas dendam"

"Kenapa kamu tidak setuju? Bukankah kamu selalu mendukung apapun keputusan aku selama ini?"

"Karena aku tidak mau melihat kamu balas dendam itu saja Annabela. Aku mengenal kamu dari dulu, wanita yang sangat polos, baik dan pengertian"

"Itu dulu Reni, namun sekarang aku benar-benar harus membalas semuanya"

"Tolong dengarkan aku annabela, untuk kali ini saja, jangan lakukan itu ya" Reni memegang kedua tangan Annabela, namun Annabela melepaskan.

"Keputusan aku tidak akan pernah berubah Reni, kamu jangan pernah menghalangi aku. Karena aku ini sakit hati Reni melihat laki-laki yang sudah mempermalukan saya didepan semua keluarga saya. Kamu tahu waktu itu saya di hina habis-habisan. Saya diam menanggung malu, saya berusaha tegar didepan ibu saya. Mereka tidak pernah tahu betapa hancurnya hati saya waktu itu, yang mereka pikirkan adalah kepentingan mereka sendiri" Annabela kembali mengungkit masa lalunya, dengan kedua bola mata berkaca-kaca. Seketika cairan bening keluar dari mata Annabela.

Melihat sahabatnya menangis membuat Reni ikut bersedih, ia baru menyadari kalau Annabela benar-benar kecewa berat. Reni langsung memeluk Annabela, ia berusaha untuk menenangkan hati Annabela.

"Lakukanlah Annabela jika itu menurut kamu benar, aku tidak akan melarang kamu Annabela" Bisik Reni.

Annabela menangis sejadi-jadinya di pelukan Reni "Aku benar-benar hancur Reni, aku sampai ke pusat kota untuk mengindari orang-orang di rumah. Aku malu setiap hari di hina oleh mereka, aku tidak ingin hidupku terus-terusan di atur oleh mereka Reni. Aku hanya ingin membuktikan kalau aku selama ini menjadi korban"

"Ya Annabela, aku mengerti dan sekarang menangislah sepuasnya. Kamu sudah terlalu lama memendam air mata ini, sudah waktunya untuk kamu mengeluarkan semuanya. Sudah waktunya untuk kamu healing Annabela. Ingatlah setelah ada badai, akan ada pelangi yang menyinari. Sudah waktunya untuk kamu bahagia"

"Terimakasih Reni"

"Sama-sama Annabela"

Untung ada Reni, sahabat yang sangat baik. Sahabat yang sangat pengertian. Sahabat yang sangat tulus. Sahabat yang selalu ada untuk Annabela. Sahabat yang selalu siap siaga disaat Annabela membutuhkan. Reni benar-benar menjadi contoh untuk orang lain.

Setelah merasa plong, Annabela melepaskan pelukan Reni. Ia menyeka air matanya. Setelah itu ia menatap waja Reni dengan penuh haru. Annabela tersenyum melihat Reni.

"Bagaimana? Apakah kamu merasa lebih baik?" Tanya Reni.

Annabela menganggukkan kepalanya "Sudah Reni!!" Jawab Annabela.