Hanya iming-iming ditraktir, kini Reva dan juga Kelvin sedang berada di salah satu kafe. Kafe masih belum ramai, lumayan tidak membuat otak pening. Dalam hal berjanji, Kelvin memang tidak main-main, dia akab mentraktir wanita di depannya sampai kenyang.
"Jadi lo mau kuliah lagi, Re? Bagus dong, ilmu juga perlu loh walaupun lo udah enak kerja. Ilmu itu buat bekal kita, apa lagi lo wanita."
Sambil meminum lemon tea-nya Reva terus menatap Kelvin. Berbagai wejangan sudah pria itu keluarkan, bahkan Reva sampai penat. Akan tetapi, tidak apa, demi mengusir gelisah di dalam hatinya.
"Gue curiga lo bukan sakit fisik, Re."
"Terus apa? Lo mau mikir gue gila?"
"Jangan suuzon sama orang, dosa. Lo habis putus ya? Mana tau lo sakit hati gara-gara diputusin, soalnya mata lo sembab."
Reva terkekeh. Menyuruh orang jangan suuzon, tetapi dia sendiri menarik asumsi. "Lo selalu doain yang jelek buat gue ya? Gue baik-baik aja, cuma ada sedikit masalah."