"Lo yakin ga mau dengerin apa kata gue, Fi?"
"Ngga."
"Gue yakin lo bakal nyesel."
"Ngga akan."
"Kali ini gue yakin, pasti lo bakal senang."
"Gue ga perduli."
"Reva udah pulang."
Hening.
Tidak mendapat jawaban apapun dari pria di depannya membuat Nisa mencak-mencak kesal. Bukannya ini berita bagus? Bukannya ini yang dia tunggu sejak kemarin? Kenapa sekarang menyebalkan?
"Kok lo ga senang sih? Bukannya kemarin lo selalu nungguin dia?"
"Sayangnya gue udah tau dia pulang. Tadi pagi Ibu ngabarin, cuma beliau bilang Reva belum masuk buat ngantor, ga enak badan."
Nisa menerjap. Apa katanya? Sudah tahu? Dari Ibu? Ibu siapa yang dia maksud?
"Tante Ayu?"
"Emangnya Reva punya Ibu berapa?" Sebelah alis Fian terangkat menatap Nisa.
Tanpa keduanya sadari, sejak tadi Sean terus mendengari dengan seksama. Telinga Sean sangat sensitif jika nama Reva disebut oleh orang. Yang membuat Sean semakin membisu adalah, orang itu Fian, lalu Fian membawa-bawa nama Ayu.
