"Apa sih yang ada di dalam otak kamu sekarang?"
"Isinya apa? Apa tidak ada isinya?"
"Jawab saya!"
Tubuh Reva semakin bergetar mendengar bentakan Sean. Wajahnya masih menunduk, sesekali terangkat karena Sean yang menarik dagunya. Sejak dulu, situasi seperti ini lah yang selalu Reva takuti dari Sean. Sean jarang marah, tapi sekalinya marah membuat nyali Reva rontok tak tersisa.
"Sakit jiwa kamu itu, Re, otak kamu emang ga benar. Coba sekali lagi bilang yang tadi. Ulangi, sambil tatap mata saya. Kamu ulangi, langsung saya jawab."
Emosi Sean sudah diubub-ubun karena pergi tanpa kabar, sekarang semua semakin memuncak saat pulang Reva langsung mengutarakan keinginan bodohnya. Bagaimana tidak bodoh, Reva meminta acara besok ditunda sampai batas yang tidak ditentukan. Sekarang sudah pukul sebelas malam, apa bisa semuanya berakhir dalam beberapa jam saja?