"Sean, kamu ga mau makan?"
"Kamu ga laper?"
Pria yang sejak tadi ditegur hanya diam sambil terus fokus menatap laptop. Sejak tadi email baru terus datang, membuat otaknya pening tanpa ampun. Sehabis meeting tadi Sean memang langsung pergi tanpa kembali ke kantor, sepertinya wajar kalau Fian kalang kabut mengirim semua file penting yang harus dicek.
"Lagi sama Jihan kah?"
"Fian."
"Fian?" Reva mengulang perkataan Sean, membuat pria itu seketika menoleh. Menyebalkan sekali, kenapa cepat tanggap kalau berurusan dengan pria itu?
Mendapat tatapan tajam dari Sean membuat Reva menunduk. Astaga, apa pertanyaannya salah? Tapi apa yang salah? Hanya mengulang pertanyaan tanpa ada niat apapun.
"Kamu sensitif banget ya kalau dengar nama Fian? Apa lagi kalau kamu ketemu Kelvin? Tapi aku harus berterima kasih sama dia. Berkat dia, Jihan jadi pulang."
"Di mana rumah pria itu?"
