Beberapa hari telah berlalu. Hari demi hari berjalan tanpa adanya semangat yang tercipta. Pasca pergi mendadak dari apartemen, sampain sekarang hari kelima, tidak ada kabar apapun dari Sean. Pria itu menghilang entah ke mana. Jangankan telepon, chat saja tidak ada.
Selain pening karena Sean hilang, yang tidak kalah membuat Reva pening adalah ibunya! Bagaimana tidak, wanita paruh baya itu kembali membahas dan mengungkit masalah kuliah. Rasanya kepala Reva siap-siap mau meledak.
Bagaimana mau kuliah kalau situasinya seperti ini? Bagaimana bisa fokus belajar kalau otak Reva sedang penuh? Bagaimana bisa dia memikirkan kampus di saar kehamilannya terus berkembang?
Hari memang masih pagi, masih jam enam, tetapi Reva sudah rapih untuk kembali ke kantor. Anggap saja sekarang itu kantornya sendiri, masuk dan ke luar sesuka hati tanpa takut mendapat SP. Padahal yang Reva harapkan saat ini adalah mendapat SP, agar dia bisa resign, lalu mencari tempat lain.