Edgar mengobrol bersama Hanna hingga Hanna ketiduran. Dia menatap wajah Hanna yang begitu manis dan damai ketika tidur ingin sekali membelai pipi itu dengan tangannya. Dia ikut memejamkan matanya dan mematikan sambungan Video call agar Hanna tidak terganggu dan perempuan itu tidak melihat kamarnya seperti apa. Dia tidak mau Hanna melihat dia sebagai Edgar Odilio, tapi dia mau Hanna melihatnya sebagai pria dari kalangan biasa.
"Senyuman kamu begitu manis, bahkan aku seperti ingin tahu setiap keseharian kamu," kata Edgar.
Edgar mengirimkan foto Hanna pada Gustav. Dia mau Gustav mencari tahu tentang Hanna dan karyawannya yang bernama Victor. Dia tidak mau Victor menghubungi Hanna lagi. Hanna hanya boleh mengobrol dengan dia saja.
***
Keesokan paginya terdengar suara burung-burung berkicau dan matahari mulai menampakkan cahayanya. Edgar melihat ponselnya belum ada pesan dari Hanna mengirim pesan duluan.
"Selamat pagi, Hanna. Ada acara apa hari ini?" tanya Edgar.
Hanna yang baru bangun menatap ponselnya terkejut. Dia tidak menyangka Edgar sudah bangun pagi-pagi sekali di hari sabtu dan bertanya soal dia. Dia segera membalas pesan itu.
"Pagi, Edgar. Aku baru bangun. Hari ini aku tidak ada rencana ke mana-mana," kata Hanna.
Hanna menatap ponselnya dan terlihat Edgar mengetik cepat sekali.
"Kamu mau ketemuan tidak sama aku? Kamu kalau mau klik saja di aplikasi ini biar kamu terlacak," kata Edgar.
"Oh iya biar aman ya. Boleh, tapi ini ngarahinnya banyakan ke tempat-tempat mewah," balas Hanna.
"Biar aku saja yang memilih. Ada kok yang biasa, kita ketemu di kafe dan anti baru jalan tempat lain bagaimana?" tanya Edgar.
"Boleh, tapi aku izin orang tuaku dulu ya," jawab Hanna.
"Iya kamu izin dulu saja," kata Edgar.
"Oke, Edgar. Sampai ketemu nanti," balas Hanna.
***
di Kediaman Odilio, Agatha melihat Edgar terus tersenyum-senyum merasa heran.
"Edgar, kamu kenapa?" tanya Agatha.
"Aku tidak apa-apa, Ma," jawab Edgar.
"Kamu senyum-senyum gitu apa sudah punya kekasih? Kenalin dong ke Mama, kamu kan sudah kepala tiga," kata Agatha.
"Yaelah, masa aku senyum doang sudah pasti punya kekasih, enggak dong," balas Edgar.
"Iya pokoknya kamu harus kenalin Mama kalau sudah punya," kata Agatha.
"Siap, Ma. Sekarang aku mau pergi olahraga dulu ya," balas Edgar
"Oke," kata Agatha.
Edgar berjalan-jalan santai diikuti oleh pengawal yang mengintai dia dari jauh. Dia berjalan menyusuri jalanan komplek rumahnya lalu menuju stasiun kereta api. Dia melihat jam tangan yang bisa berfungsi seperti ponsel sebentar lalu berjalan kembali ke daerah Hanna tinggal, tapi dia tidak tahu dekat mana karena perempuan itu tidak memberitahukan secara detail. Jadi dia penasaran dan ingin tahu lokasi pastinya.
"Aku tidak sabar bertemu kamu," gumam Edgar.
Semua orang di kereta tidak tahu kalau Edgar merupakan keluarga Odilio karena dia tidak pernah mempublish wajahnya. Sekarang saja dia memakai kacamata hitam dan hoodie.
***
Di apartemen keluarga Silvan, Hanna bersama mamanya berencana ke pasar.
"Ayo kita jalan sekarang sebelum terlalu siang dan panas," kata Elsa.
Mereka berjalan kaki ke pasar terdekat karena ingin membeli barang kebutuhan sehari-hari. Saat Hanna dan Elsa sudah sampai di pasar, mereka disapa oleh beberapa pedagang yang memang sudah mengenal mereka.
"Saya pesan daging tuna buat bikin sandwich," kata Elsa.
Tanpa mereka sadari dari kejauhan ada seorang pria yang tersenyum menatap ke arah Hanna.
"Ternyata kamu sangat cantik," kata seorang pria.
Pria itu terus mengamati Hanna yang sedang berbelanja tanpa berniat mendekatinya.
"Hai, Hanna," sapa Stevano.
"Hai, Stevano," balas Hanna.
"Sudah lama aku tidak lihat kamu ke pasar, ke mana aja?" tanya Stevano.
"Hahaha, kamu bisa aja. Aku kan kerja jadi banyakan beli makanan dan kalau pulang capek. Mama kadang pergi ke pasar sendiri," jawab Hanna.
"Oh iya, benar juga. Kasihan kamu kalau kecapekan," balas Stevano.
"Stevano, Aunty mau paprika dan ayam potong satu," kata Elsa.
"Baik, Aunty," balas Stevano.
Stevano mulai menyiapkan bahan-bahan pesanan Elsa.
Ting
Ponsel Hanna berbunyi. Hanna membaca pesan itu menjadi terkejut dan melihat ke sana-kemari.
"Hai, Hanna. Kamu cantik sekali hari ini, aku cemburu melihat kamu tersenyum sama pria di depan kamu," kata Edgar.
Hanna menjawab pesan Edgar dengan cepat. Tiba-tiba dia merasa takut dengan pria itu.
"Kamu di mana dan kenapa aku tidak bisa melihat aku? Apa kamu mengintai aku? Seram banget sih kayak psikopat gitu," kata Hanna.
"Hahaha, nanti kita segera ketemu. Sekarang aku belum siap ketemu kamu," balas Edgar.
"Kamu banyak gaya banget sih," kata Hanna.
Hanna mematikan ponselnya lalu memasukkan ponsel itu ke dalam tas karena Elsa mengajak belanja bahan yang lain tanpa menyadari ada Edgar yang terkekeh sambil menatap dia dari kejauhan.
"Ma, kita naik kendaraan umum aja ya soalnya belanjaan kita banyak banget," kata Hanna.
"Oke, Nak. Ya sudah panggil aja kendaraan umumnya," balas Elsa.
Tidak lama ada sebuah taksi berwarna biru yang tiba-tiba menghampiri mereka.
"Kok sudah datang aja, siapa yang memanggil taksi ini," kata Hanna.
"Coba kamu tanya nungguin siapa," balas Elsa.
Hanna mengetok kaca taksi hingga sopir taksi itu membuka jendela.
"Nona, silahkan masuk. Saya sudah dibayar sama seseorang untuk mengantar Nona ke tempat tujuan," kata sopir taksi.
"Ma, katanya sudah dibayar. Duduk saja, lumayan gratis," kata Hanna.
"Mama ngeri nanti diculik," balas Elsa.
"Kalau diculik, kita tinggal lompat dari mobil," kata Hanna sambil tertawa terbahak-bahak.
"Mama pasti langsung patah tulang. Kamu ini sangat aneh," balas Elsa.
"Berhubung gratis mau tidak nih, Ma?" tanya Hanna.
"Ya sudah masuk, rezeki tidak boleh ditolak," jawab Elsa.
"Ujung-ujungnya tidak bisa nolak juga," balas Hanna sambil masuk ke dalam taksi.
Selama di perjalanan, Hanna terus menduga-duga siapa yang sudah memanggil taksi untuk mereka hingga nama Edgar muncul dalam ingatan dia.
"Apa ini ada sangkut pautnya dengan Edgar? Kalau iya, kenapa dia baik sekali?" gumam Hanna.
Hanna melirik ke belakang, tapi masih tidak melihat apa pun menjadi makin penasaran.
"Pak, tadi dibayar sama siapa? Orangnya ganteng tidak barangkali itu calon menantu saya?" tanya Elsa.
"Mama mau tahu aja sih," jawab Hanna sambil geleng-geleng kepala.
"Namanya juga orang tua, ya mau tahulah anak Mama yang cantik ini lagi dekat sama siapa," kata Elsa.
"Iya anak Nyonya cantik jadi harus dijaga," kata sopir taksi.
"Pak, saya bisa jaga diri saya," balas Hanna.
"Hanna, Mama setuju sama bapak ini. Kamu harus dijaga ketat," kata Elsa.
"Ya sudah antar jemput aku aja, Ma," balas Hanna sambil tertawa.
"Lah, Mama kalau antar jemput kamu harus tambah ongkos," kata Elsa.
"Hahaha, Mama bisa aja," balas Hanna.
Tidak lama mereka sampai di rumah. Mereka dibantu oleh sopir taksi untuk mengangkut barang-barang mereka ke apartemennya.
"Pak, ini ada sedikit tip buat Bapak," kata Elsa.
"Tidak usah, Nyonya. Saya sudah menerima bayaran tadi," balas sopir taksi.
"Oh, baiklah. Terima kasih," kata Elsa.
"Sama-sama, Nyonya. Saya pamit," balas sopir.
Elsa sangat bingung siapa yang sedang mendekati putrinya saat ini. Dia melirik ke hanna yang sibuk dengan ponsel.
"Hanna dekat sama siapa, ya? Aku harus tahu sebagai orang tua dia. Takutnya dia dibohongi pria lagi," gumam Elsa.
Hanna terlihat sedang tertawa sendiri sambil mengirim pesan. Dia melihat mamanya bengong memanggil Elsa.
"Ma, nanti Hanna mau pergi jalan-jalan. Hari ini kan malam minggu," kata Hanna.
"Jalan-jalan sama siapa?" tanya Elsa.
"Sama teman, Ma," jawab Hanna.
"Teman apa teman? Kenalin dulu ke Mama baru boleh pergi," kata Elsa.
"Ma, nanti aku tidak diizinkan papa. Mama kan tahu papa sekeras apa sama aku," balas Hanna.