Chereads / Edgar's Prisoner / Chapter 13 - Stalker

Chapter 13 - Stalker

Menjelang pagi, seorang gadis yang masih meringkuk matanya mulai terusik dengan cahaya yang masuk melalui jendela. Perlahan mata dia terbuka.

"Eugh, hoam," kata Hanna sambil mendudukkan diri dan mengangkat tangannya ke udara.

Hanna lalu menatap sofa. Dia melihat Edgar yang tertidur di sofa merasa tidak enak hati.

"Dia yang bayar kamar hotelnya, dia juga yang tidur di sofa," gumam Hanna.

Mata pria itu perlahan terbuka. Mata mereka saling beradu saat dia menatap Hanna.

"Hanna, selamat pagi," kata Edgar.

"Selamat pagi, Edgar. Kok kamu tidur di sofa?" tanya Hanna.

"Aku tidak mau kamu nanti berpikir kalau aku ambil kesempatan dalam kesempitan, apalagi semalam kamu dalam keadaan tidak sadar," jawab Edgar.

"Iya, maaf. Soalnya aku tidak kuat minum," balas Hanna tidak enak hati.

"Kamu mau bersih-bersih duluan atau aku?" tanya Edgar.

"Terserah kamu, Sayang," jawab Hanna.

"Ya sudah kamu dulu, habis itu aku. Kita pergi sarapan bareng nanti setelah mandi," kata Edgar.

"Iya habis ini kita berpisah," balas Hanna.

"Loh, kok berpisah? Kita masih bisa ketemu, Sayang," kata Edgar.

"Iya maksud aku tidak akan seintens ini," balas Hanna.

"Iya aku harus mencari waktu dulu untuk ketemu kamu karena di kantor aku ada proyek," kata Edgar.

"Iya tidak apa-apa," balas Hanna.

"Kamu manis sekali Hanna selalu sabar mandi yang bersih ya ucap Edgar melihat Hanna yang masuk ke kamar mandi.

setengah jam kemudian, Hanna sudah selesai mandi dan gantian Edgar yang masuk ke dalam kamar mandi. Tidak lama Edgar yang sudah bersih-bersih melihat Hanna sedang duduk di tepi ranjang sambil melihat ponselnya menaiki ranjang perlahan.

Grap

Edgar memeluk Hanna dari belakang membuat Hanna terkejut.

"Edgar, kamu mengagetkan aku saja," kata Hanna.

Edgar menghirup aroma tubuh Hanna dengan dalam. Dia yakin dia pasti akan merindukan gadisnya setelah berpisah. 

"Aku bakal kangen sama kamu, Hanna," kata Edgar.

"Kayak kita tidak akan ketemu aja," balas Hanna.

"Ya aku kangen aja sama kamu. Aku ingin segera menikahi kamu, Hanna," kata Edgar membuat Hanna tersipu.

"Kalau mau menikah sama aku, datang ke rumah dan bertemu dengan orang tuaku," balas Hanna. 

"Iya, Hanna," kata Edgar.

"Edgar, kapan kamu mau memperkenalkan aku ke orang tua kamu? Kamu juga belum pernah berkenalan secara formal dengan orang tuaku," kata Hanna.

"Aku janji segera, Hanna," balas Edgar.

Edgar menggenggam tangan Hanna lalu mengecup lembut telapak tangan perempuan itu.

"Iya terima kasih. Aku tunggu ya kamu melunasi janji kamu," kata Hanna.

"Iya, Sayang. Aku pasti akan melunasi janjiku," balas Edgar.

"Bisa kita pulang sekarang?" tanya Hanna.

"Iya aku antar kamu pulang. Nanti kita teleponan seperti biasa dan jangan berkenalan dengan cowok lain. Ingat, bisa membahayakan diri kamu seperti kemarin," jawab Edgar.

"Iya, Sayang. Aku sudah menghapus aplikasi yang lain, kecuali aplikasi yang kemarin kita kenalan," balas Hanna.

"Aplikasi itu hapus juga saja. Aku kan sudah punya nomor kamu. Bahkan aku sudah tahu media sosial kamu," kata Edgar.

"Oke aku hapus," balas Hanna sambil menghapus aplikasi itu di depan Edgar.

"Good girl," kata Edgar membelai lembut pipi Hanna membuat Hanna tersenyum.

Setelah mereka selesai berbincang-bincang, mereka check out dari hotel lalu masuk mobil Edgar. Edgar melihat ke samping mobilnya ada beberapa pengawal mengkodekan mereka untuk tetap mengikuti dia.

"Edgar ayo. Kamu lihatin apa?" tanya Hanna.

"Aku lagi memastikan semua aman, Sayang," jawab Edgar.

"Oh, oke," balas Hanna.

Edgar berjalan memutar lalu masuk ke dalam mobil. Hanna menatap keluar jendela selama di perjalanan.

Tring tring tring

Ponsel Hanna berdering. Hanna melihat panggilan itu dari mamanya langsung mengangkat telepon itu.

"Hallo, Ma," kata Hanna.

"Hanna, apa kamu hari ini pulang ke rumah? Papa kamu sudah nanyain, katanya kamu tumben sekali kamu menginap sama teman satu kerjaan kamu," balas Elsa.

"Iya, Ma. Aku kan sudah bilang sekali-sekali aku berkumpul dengan temanku," kata Hanna.

"Hanna, Mama harap kamu jangan melakukan hal yang aneh. Kamu ini masih muda dan mau cari kekasih boleh, tapi kenalin ke kita juga sebagai orang tua kamu," balas Elsa.

"Iya, Ma," kata Hanna menatap Edgar.

Edgar menatap balik Hanna dan menggerakkan bibirnya seperti bertanya siapa yang menelepon perempuan itu. Hanna langsung menjawab pertanyaan Edgar dengan gerakan bibir juga agar tidak ketahuan mamanya.

"Hanna segera pulang ya. Papa kamu sudah bertanya terus," kata Elsa.

"Iya, Ma. Ini aku sudah dalam perjalanan," balas Hanna.

"Oke. Hati-hati, Nak," kata Elsa.

"Iya, Ma," balas Hanna.

Hanna mematikan sambungan telepon itu lalu menatap Edgar yang sepertinya masih penasaran.

"Ada apa?" tanya Edgar.

"Biasa, mama dan papaku tidak biasa aku pergi sampai menginap. Aku jarang sekali menginap sama teman-temanku," jawab Hanna.

"Iya kamu memang tidak menginap dengan teman-teman kamu, tapi dengan kekasih kamu," balas Edgar sambil tertawa.

"Edgar, ini semua ide kamu ya. Aku harap kamu segera berkenalan dengan keluargaku," kata Hanna.

"Iya, Sayang. Kita juga baru saja berkenalan, aku tidak mau semuanya seperti terburu-buru dan pada akhirnya kita tidak bisa bersama," balas Edgar.

"Edgar, aku mau tanya satu hal sama kamu boleh tidak?" tanya Hanna.

"Boleh, Hanna. Apa sih yang tidak boleh untuk kamu," jawab Edgar.

"Aku yakin orang tua kamu pasti orang terpandang, apakah nanti mereka akan menerima aku yang cuma pelayan di kafe? Aku tahu dunia ini tidak kayak di dongeng, terus kamu punya adik atau kakak lagi enggak?" tanya Hanna.

"Orang tuaku tidak seperti itu, Hanna. Percaya padaku dan kata siapa orang tuaku terpandang? Aku punya adik, kamu mau kenalan sama adik dan teman-temanku yang lain?" tanya Edgar menatap Hanna sambil fokus menyetir.

"Iya aku lihat dari cara kamu berbicara dan berpenampilan. Aku sangat yakin kamu dari keluarga yang berada dan terpandang. Kamu boleh kapan-kapan kenalin aku ke mereka ya," jawab Hanna.

"Siap, Hanna. Kalau ada apa pun yang mengganggu pikiran kamu, bicara padaku ya. Aku tidak mau kamu menyimpan sendiri dan membuat asumsi sendiri," kata Edgar.

"Iya, Edgar," balas Hanna.

Satu jam kemudian, mereka akhirnya sampai di depan apartemen Hanna dan keluarganya.

"Sudah sampai, Sayang," kata Edgar.

"Iya. Kamu mau mampir tidak?" tanya Hanna dengan mata penuh harap.

"Aku ada pekerjaan. Ini aku mau langsung kembali ke kantor. Lain kali tidak apa-apa ya, Sayang?" tanya Edgar sambil melihat jam tangannya.

"Iya tidak apa-apa lain kali," jawab Hanna.

Hanna turun dan melambaikan tangan pada Edgar. Dia berbalik lalu langsung masuk ke dalam gedung apartemennya.

"Hanna," panggil seseorang.

Hanna berbalik. Dia terkejut saat melihat ada Victor di sana.

"Kamu mau apa ke sini?" tanya Hanna dengan raut wajah kesal.

"Hai, Victor. Kamu sudah datang, ayo naik ke apartemen kami," kata Elsa yang tiba-tiba datang dan mengenal Victor.

Hanna mengikuti apa yang Victor mau dari dia dan keluarganya. Begitu sampai di apartemen, terlihat papanya sedang baca koran dan Niko terlihat tengah mengerjakan tugas.

"Ma, boleh aku bicara sebentar sama Victor?" tanya Hanna.

"Boleh, Sayang. Mama tinggalin kalian di ruang tamu minimalis ini ya," jawab Elsa.

"Minimalis, tapi nyaman," balas Victor tersenyum lembut pada Elsa. 

"Kamu mau apa ke sini? Kamu memata-matai aku?" tanya Hanna dengan nada kecil.

"Hanna sinis banget sih. Aku cuma mau berteman dengan kamu. Awalnya kita dekat, tapi gara-gara kesalahan aku waktu itu kamu langsung menyueki aku. Bahkan mengganti nomor kamu, Hanna. Aku tahu kamu lagi dekat dengan siapa, dia itu tidak mungkin bisa bersama kamu," kata Victor.

"Kamu tidak usah sok tahu," balas Hanna dengan tatapan tajam.

"Hanna," panggil Louis.

"Iya, Pa," balas Hanna sambil berdiri.

"Tidak apa-apa, duduk saja. Papa mau berbicara dengan kalian," kata Louis.

"Ada apa dengan kami, Pa?" tanya Hanna.

"Papa mau bilang Victor itu pria yang baik. Dia langsung kenalan sama kami, Hanna. Victor bercerita kalau kamu sedang dekat dengan seorang pria, kenapa tidak dikenalin ke kami? Apa pria itu menunda bertemu dengan kami? Kalau iya, jauhi pria itu, apalagi dia pasti belum memperkenalkan kamu dengan keluarganya," kata Louis.

"Papa kan waktu itu pernah bertemu dengan dia walaupun sekilas aja. Papa seharusnya jangan percaya seratus persen dengan Victor juga, dia ini ada di mana-mana. Dia penguntit," balas Hanna.