"Hah, terserah kamu. Sekarang kamu sudah tahu kehormatan kamu sudah hilang, maka tidak akan ada pria lain yang akan menerima kamu. Ingat itu!" Ayah mengancam Grizelle dengan alasan sudah hilangnya kehormatan Griz. Grizelle terdiam kembali mendengar kata-kata itu.
"Aku tidak peduli, Yah. Aku sanggup terima risiko itu. Aku akan tetap lakukan apa yang aku mau!"
"Dasar anak tidak tahu diri, masih juga mau bantah!"
Plakkk
Tamparan keras mendarat di pipi Grizelle. Saat itu juga, ternyata sejak tadi semua kejadian tadi sudah di dengar oleh teman Grizelle yang tidak sengaja lewat depan rumah Griz. Dia adalah Novia, teman sekelas Grizelle dan juga saingan Griz dalam soal juara. Namun Griz selalu menjadi nomor satu, sebab itu Novia tidak menyukai Griz.
"Wah, ada gosip baru nih!" Ucapnya senang lalu pergi meninggalkan tempat itu.
Tidak lama kemudian, ibu datang.
"Ayah! Apa yang Ayah lakukan?"
Ibu memeluk Grizelle dengan erat. Wajah takut karena memang sudah biasa ayah lakukan kekerasan.
"Ini lagi, tidak usah ikut campur!"
"Grizelle anakku. Aku berhak ikut campur urusan dia. Sudah cukup selama ini kamu perlakukan anakku seperti ini."
"Dia juga anakku. Aku juga berhak atas dirinya. Dengar! Anak kamu ini sekarang sudah bisa menghasilkan pundi-pundi uang. Tidak seperti kamu yang cari uang malas-malasan."
"Maksud Ayah apa?"
"Sudahlah, Bu. Ayo kita pergi saja!" ucap Grizelle melerai pertengkaran itu.
"Ini tidak bisa di biarkan begitu saja, Griz. Kamu harus mendapatkan keadilan sebagai anak yang harus di jaga. Bukan di perlakukan seperti ini. Ayah! Apa yang sudah Ayah lakukan terhadap anak kita?"
"Sebentar lagi dia akan lulus, aku akan nikahkan dia dengan Rio orang terkaya di kota ini! Haha!"
"Apa? Maksud Ayah Rio yang sudah punya istri dua itu? Yang punya banyak perusahaan!"
"Ya, benar sekali. Huh, kamu memang pintar. Kamu setuju 'kan?"
"Dasar, suami tidak tahu diri. Sampai kapan pun aku tidak akan setuju."
"Arrgghh! Terserah kamu saja."
Brak!! Ayah membanting pintu lalu pergi keluar.
"Bu, bagaimana ini? Aku tidak mau, Bu!"
"Kamu tenang saja ya, Sayang. Ibu berada di belakang kamu yang siap bela kamu. Kamu tidak sendiri. Sebisa Ibu akan lakukan yang terbaik untuk kamu."
"Terima kasih, Bu."
Griz memeluk ibunya kembali dengan erat. Masalah selalu saja datang pada dirinya. Namun, Griz diberikan bahu yang kuat untuk menopang beratnya masalah hidup yang dia hadapi saat ini.
***
"Kalian tahu tidak, kemarin ada yang tidur sama Om-om loh! Merasa jijik nggak sih?"
"Ah, masa sih? Siapa Nov?"
"Iya, siapa? Jangan buat kita penasaran deh."
Novia sengaja katakan hal itu ketika Grizelle lewat tepat di depannya pagi itu. Griz memberanikan diri untuk masuk seperti biasanya. Dia kira semua akan baik-baik saja. Namun, dia lebih terkejut lagi kenapa Novia bisa mengetahui akan masalahnya kemarin. Griz hanya diam dan terus melewati mereka seolah tidak tahu apa yang terjadi.
"Kalian mau tahu orangnya? Tuh!" Bibir Novia mengacu pada Grizelle yang tengah melewati mereka. Namun, Griz tetap acuhkan mereka.
"Ha? Serius kamu, Nov? Tidak bercanda kan? Gadis pintar dan sok baik itu yang kamu maksud?"
"Yah, kenapa? Kalian tidak percaya?"
"Sangat sulit dipercaya. Kamu jangan mengada-ada deh?"
"Aku tuh serius. Kalau kalian tidak percaya, tanya saja langsung dengan ayahnya." Tantang Novia lagi dengan teman lainnya.
"Ah, masa iya sih. Aku belum percaya deh!"
"Kalian lihat saja sendiri nanti."
Grizelle terus berjalan menuju kelas dan mempercepat langkahnya. Jalan tertunduk tanpa melihat siapa di depannya.
"Ahh! Sorry!" Buku yang semula berada di tangan Griz semua terjatuh karena sudah menabrak Martin. Martin pun ikut membantu mengumpulkan buku-buku Griz. Sejak awal, Martin sudah menyukai Grizelle. Namun tidak mendapat kan balasan dari Griz sampai sekarang.
"Sini biar aku bantu,"
"Tidak perlu, terima kasih!"
"Nih, buku kamu." Martin sempat mengambil beberapa buku Grizelle meski sudah dilarang.
"Em, terima kasih ya!"
"Sama-sama. Kamu tidak apa-apa kan, Griz?"
"Aku tidak apa-apa kok!"
"Oh, ya sudah. Ayo kita masuk! Sebentar lagi pelajaran akan di mulai."
Grizelle hanya mengangguk kan kepala tanda setuju.
Pelajaran pertama sedang berlangsung. Grizelle, Novia dan lainnya tengah serius mendengarkan dosen yang menerangkan pelajaran pada waktu itu. Tiba-tiba, Om Rio datang masuk ke kelas Griz.
"Selamat pagi!" Sapanya.
"Pagi, Pak! Ada yang bisa saya bantu?" sahut dosen.
"Maaf mengganggu waktunya sebentar, saya cuma ada keperluan sebentar dengan Grizelle. Boleh izin waktunya untuk ketemu Griz ke kantor sekarang? Karena kepala sekolah sudah menunggu." Jelasnya meminta.
"Sial, mampus aku. Kenapa si tua itu sampai ke sini. Mau apa dia? Lagi pula kenapa dia yang repot sampai datang ke ruangku. Yang lain 'kan bisa panggil 'kan!" Griz menggerutu. Lebih sialnya lagi, saat itu Novia mengetahui bahwa Om Rio adalah yang datang ke rumah Grizelle kemarin.
"Eh, itu dia yang aku maksud. Om yang sudah tidur dengan Grizelle!" bisik Novia pada teman genknya.
"Apa? Dia? Bukankah dia orang paling kaya di kota ini? Dia juga sudah punya istri dua 'kan? Gila bener!"
"Nah, parahnya lagi. Dia itu punya anak seusia kita. Sekarang di fakultas kedokteran." Jelas yang lain.
"Wah, gawat. Kita lihat apa yang terjadi selanjutnya." Ucap Novia dengan senyum tipisnya.
"Griz, Ayo ke kantor sekarang juga!" Perintah dosen.
Mau tidak mau, Griz pun harus ke kantor untuk mengurangi pertanyaan yang dipikirkan teman-temannya nanti. Setelah menjelaskan maksud dan tujuan Om Rio, bahwa dia ingin melunasi tunggakan SPP Griz. Selesai itu Griz mengungkapkan rasa kesalnya dengan Rio. Meski dalam keadaan mengumpat-ngumpat tanpa sepengetahuan yang lain.
"Om, kenapa sih Om tega lakukan ini sama aku. Om tahu 'kan kalau aku ini masih kuliah. Om tega melakukan ini, padahal Om juga punya anak seusia aku 'kan? Apa Om tidak kasihan jika hal ini terjadi pada anak Om?"
"Tidak mungkin. Tidak mungkin hal ini terjadi pada anak Om. Kamu pantas terima ini. Seharusnya kamu bersyukur, kelak apa yang kamu inginkan pasti akan aku penuhi."
"Aku tidak butuh itu semua, Om. Aku masih bisa berusaha sendiri."
"Anak sombong. Aku tidak yakin kalau kamu bisa lakukan semua itu. Sudahlah, kamu jangan takut. Lagi pula, nanti kamu akan menjadi istri yang paling aku sayang. Bahkan saat ini rasanya aku ingin segera menikmati kamu lagi."
Om Rio mulai menggoda Grizelle. Griz tampak jijik dengan si tua bangka itu, lalu tanpa peduli lagi dia tinggalkan begitu saja.