Chereads / Aku Bukan Boneka Ayahku / Chapter 9 - Dibuat Penasaran

Chapter 9 - Dibuat Penasaran

"Katakan tujuan kamu kemari nona cantik!" Perintah Om Rio dengan tatapan genitnya.

'Idih, kalau tidak karena Grizelle, ogah aku kemari ketemu Om-om tidak tahu diri ini.' Novia berdecih jijik melihat Om Rio.

"Om Rio 'kan?" Tanya Novia sedikit ragu.

"Ya benar. Ada apa?" Jawab om Rio dengan santai dan melipat tangan diatas mejanya. "Duduk lah!" Perintahnya.

"Tidak, aku hanya sebentar. Aku datang kemari hanya ingin memberikan berita."

"Apa itu?"

"Om calonnya Grizelle 'kan?"

"Benar sekali. Dia itu calon istriku yang ketiga. Kalau kamu mau, kamu jadi yang ke-empat. Mau?" Tawarnya semakin ngelantur.

"Ogah!" Cetusnya. "Maaf, maksud aku. Aku datang kemari ingin sampaikan sesuatu tentang Grizelle." Sambungnya sembari menggigit bibir karena salah ucap kata.

"Oh tidak apa-apa. Katakan saja tentang calon istri aku itu. Tapi sebelumnya, kamu siapa? Kenapa tahu tentang Griz?" Tanyanya curiga pada Novia.

"Maaf, aku belum sempat katakan itu. Aku teman kampusnya Grizelle. Aku kemari ingin katakan bahwa akhir-akhir ini, Griz dekat dengan seorang pria tampan." Ucapnya tanpa ragu-ragu lagi.

"Apa? Pria tampan? Calon istriku dekat dengan pria tampan lain selain aku? Apa aku kurang tampan?" Ucapnya tidak sadar diri pada usia yang sudah paruh baya itu.

'Ya ampun, sudah tua bangka seperti ini kok masih ngaku tampan. Tampan dari mananya coba?' gumam Novia semakin risih lihat tingkah Om Rio. 'Kok bisa ya Grizelle mau nikah dengan orang seperti dia, kalau soal kaya sih lumayan. Tapi tidak sama orang kayak begini juga kali.' Sambungnya.

"Katakan, siapa pria itu?" Ujar Om Rio dengan lantang membuat Novia terkejut dari pikirannya.

"E-em si anu,"

"Si anu-anu. Yang jelas kalau ngomong!"

Emosi Om Rio memuncak.

"Kiano, Om." Jelasnya singkat.

"Kiano? Bahaya! Di mana tempat tinggal dia?"

"Setahu aku, dia kerja di hotel dekat kampus, Om. Kalau tinggalnya aku tidak tahu pasti."

"Oh, bagus. Sudah, pulang sana!"

Usirnya tanpa mengucapkan sedikit pun terima kasih pada Novia. Novia semakin kesal, karena tidak diberikan sesuatu untuk sebagai ucapan terima kasih. Namun, dia sudah lega karena berhasil membuat Griz menyesal kali ini.

"Oke, tidak apa-apa. Setidaknya aku sudah berhasil membuat mereka nanti kacau."

***

"Kian, memangnya kamu tidak takut setiap aku ke kampus selalu temani jalan kaki seperti ini. Nanti kalau ayah aku tahu bagaimana?"

"Tidak apa-apa. Aku 'kan hanya jagain kamu supaya tidak ada yang ganggu. Bukannya untuk berniat jahat. Jadi kenapa takut! Aku lebih takut kalau wanita secantik kamu nanti di ganggu preman sini."

"Ah, kamu bisa saja. Di sini aman kok, tapi jujur aku lebih takut kalau kamu nanti kena marah dengan ayah."

"Cie, kamu takut ya kalau aku di marahin? Kalau begitu, kamu jagain aku ya?"

"Masa wanita jagain pria sih!"

"Hehe," Di sela perbincangan mereka, diam-diam Shella sudah memperhatikan dari kejauhan.

"Oh, jadi itu yang namanya Grizelle? Cantik sih! Pantas saja Kiano tertarik. Awas saja kamu Grizelle!" Shella menggerutu sembari mengepalkan tangannya karena kesal melihat kedekatan keduanya. Di balik pohon rindang, Shella berdiri mengawasi gerak-gerik Kiano dan Grizelle dengan hati yang terbakar api cemburu. Shella sangat kesal dan ingin segera melabrak keduanya. Beberapa langkah Shella menuju Kiano dan Grizelle. Namun tiba-tiba, sebuah motor butut yang ternyata milik ayahnya Griz tiba-tiba berhenti tepat di depan mereka berdua. Shella kembali mundur dalam langkahnya dan melihat apa yang akan terjadi.

"Sudah aku peringatkan! Jangan dekati anakku! Apa kamu tidak mengerti wahai anak muda miskin." Teriak ayah Griz sembari memegang kuat tangan Grizelle dan dipisahkan jarak dari Kiano.

"Enak saja bilang Kiano miskin, belum tahu saja si tua itu kalau Kiano adalah anak konglomerat." Gerutu Shella kembali sembari memantau kejadian itu.

"Maaf, Om. Aku Cuma jagain Grizelle agar tidak ada yang ganggu sampai ke kampusnya."

"Iya, Yah. Dia tidak ngapa-ngapain kok." Sambung Grizelle yang bersungut dibelakang ayahnya.

"Hah, aku tidak mau tahu. Pokoknya kamu jangan sampai aku lihat lagi ganggu anakku. Dia ini sudah punya calon suami." Grizelle di tarik untuk naik motor, lalu diantar ayahnya meski kampus sudah tidak jauh lagi. Belum sempat Kiano membalas perkataan ayahnya griz, dia sudah di tinggal sendiri.

"Apa? Grizelle sudah punya calon suami? Tapi dia masih dekat dengan Kiano calon aku. Dasar tidak tahu diri tuh orang. Sok cantik banget sih, semua pria di dekati. Untung saja ayahnya datang. Kalau begitu aku tidak perlu berbuat apa-apa lagi."

Shella meninggal kan tempat itu dan membiarkan Kiano yang sudah kembali jalan dengan wajahnya yang di tekuk.

"Sudah berapa kali Ayah bilang, jangan berhubungan dengan pria manapun! Kamu itu sudah punya calon Grizelle! Suara keras ayah memarahi Grizelle ketika sudah sampai depan gerbang kampus. Beberapa mahasiswa melihat kejadian itu. Grizelle sedikit malu, terlebih lagi saat itu Novia juga ikut mendengarkan pertengkaran mereka. Mau tidak mau, Griz melawan pembicaraan ayahnya agar semua tahu kalau itu bukan kehendak dirinya sendiri. Melainkan dari ayahnya yang sudah memaksa Grizelle.

"Itu kan pilihan Ayah, bukan atas kemauan aku sendiri. Jadi aku bebas mau dekat dengan siapa saja, Ayah tidak boleh larang aku."

"Diam! Berani-beraninya kamu lawan Ayah. Kalau kamu masih mau lawan Ayah, siap-siap saja kamu kalau kehilangan teman pria kamu tadi."

"Ayah jangan macam-macam ya,"

"Kalau begitu, jangan salahkan Ayah kalau kamu masih dekat dengan pria itu."

Ayah mengegas motornya dengan kencang dan meninggalkan Grizelle sendiri tanpa peduli lagi.

Menyisakan tangisan bukan hal yang langka bagi Grizelle. Dia sudah terbiasa akan hal yang membuat dirinya kecewa. Dia begitu lemah untuk menghadapi nasibnya. Beberapa waktu kemudian, Griz di kejutkan dengan tepukan di bagian punggungnya.

"Kamu kenapa, Cantik?" Sapa Om Rio dan menepuk bahunya. Sontak membuat griz terkejut akan hal itu.

"Om?"

"Em, kenapa kamu menangis?" Tangan kanan mulai membelai pipi Grizelle yang sudah dibasahi air mata. Berusaha mengusap namun di tepis cepat oleh Grizelle.

"Jangan!"

"Kenapa, Sayang? Aku 'kan calon suami kamu!"

"Cih!" Grizelle berdecih dan mulai berani melawan Om Rio. Namun Om Rio tetap sabar dengan senyum tipisnya.

"Tidak sudi, aku tidak akan pernah menikah dengan kamu sampai kapan pun."

"Terserah kamu saja, yang jelas kamu sudah terikat dalam perjanjian hutang ayah kamu sebagai jaminan. Jika tidak, kamu akan tahu sendiri akibatnya."

"Aku tidak peduli, aku sudah muak dengan semua ini." Grizelle melangkah untuk meninggalkan Om Rio. Namun, dengan cepat pula tangan Grizelle ditarik.

"Tidak semudah itu, apa pun akan aku lakukan demi mendapatkan apa yang aku inginkan. Kamu ingat 'kan apa yang sudah kita lakukan di hotel? Aku sudah berhasil membongkar kehormatan kamu, jadi kamu jangan macam-macam kalau tidak ingin malu karena seluruh dunia akan tahu." Om Rio menyunggingkan senyumnya dan beranjak pergi.

"Maksud Om apa?" Tanya Grizelle dengan penasaran. Tapi dia tidak mendapatkan jawaban dari om Rio dengan apa yang di maksud dari ucapan om Rio.