"Kamu kenapa, Griz? Apakah ada masalah lagi?"
"Tidak kok. Aku tidak apa-apa, maaf soal handphone. Aku sudah tidak pegang handphone lagi. Kamu juga jangan cari aku lagi di kampus ya."
"Kenapa?"
"Ya karena aku pasti tidak ada di sana."
"Ya tapi kenapa, Grizelle?"
"Aku sudah tidak lanjut kuliah."
"Lalu kamu ngapain sekarang?"
"Aku kerja." Jawabnya singkat. Lalu Grizelle dengan cepat melangkah kan kakinya untuk segera membeli obat lalu pulang. Karena macetnya jalan, Kiano tidak dapat mengikuti pergerakan Grizelle. Kali ini, Kiano pasrah.
"Maafkan aku, Kiano. Aku lakukan semua ini agar kamu juga tidak dalam bahaya."
Grizelle mengingat akan ancaman dan amarah ayahnya kemarin bahwa ayah tidak menyukai Kiano. Tiba di rumah, setelah memberikan pesanan pada Verrell, Griz langsung masuk dalam kamarnya. Tidak lama kemudian, terdengar suara motor berhenti dan parkir tepat di depan halaman. Awalnya, Grizelle tidak peduli siapa yang datang. Namun, ketika orang itu berbicara dengan suara yang tidak asing lagi di telinga Grizelle. Yaitu suara Kiano yang terdengar begitu jelas.
"Mau apa Kiano datang kemari? Apakah dia mengikuti aku tadi? Bagaimana jika dia tahu kalau aku kerja di tempat ini." Kecemasan Grizelle semakin jadi. Dia takut Kiano datang ke rumah Verrell karena ingin menghampiri dirinya. Tidak lama kemudian, Kiano menaiki motornya kembali dan pergi meninggalkan rumah itu.
"Syukurlah, aku kira dia cari aku kemari. Tapi, ngapain ya dia tadi? Ada perlu apa? Apa dia kenal dengan Kiano? Ah, sudahlah. Yang penting aku lega, setidaknya saat ini Kiano aman. Sebenarnya, aku kangen sama Kiano." Ucap Grizelle lirih dan sedih.
***
"Sayang, besok kamu sudah siap 'kan?"
"Kemana?" Tanya Rasya polos menjawab pertanyaan Verrell. Dia benar-benar lupa akan janjian datang ke acara tunangan adiknya Verrell.
"Em, belum tua sudah pikun. Besok kan kita harus datang ke acaranya Bram, adikku yang tunangan."
"Oh iya ya. Aku sampai lupa. Sorry, Sayang! Jadi dong, kamu jemput aku ya."
"Siap, pokoknya aku ingin kamu dandan yang cantik. Supaya mama dan papa suka lihat kamu. Em, tapi tidak penting sih mereka suka atau tidak, yang jelas aku suka kamu. Hehe!" Verrell mulai bercanda sehingga membuat tawa mereka pecah.
"Em, kamu bisa saja ya kalau sudah soal gombal. Paling bisa deh buat aku tertawa."
"Iya dong."
Keesokan harinya, hari di mana yang di nanti-nanti sudah tiba. Seperti yang sudah di janjikan, mereka berdua akan datang di acara tunangan Bram.
"Griz, apa sudah kamu siapkan baju kemejaku yang aku kasih ke kamu kemarin? Sudah kamu gosok 'kan?"
"Sudah, semua sudah aku siapkan di atas tempat tidur kamu. Tinggal kamu pakai saja."
"Oke, terima kasih ya."
"Kayaknya kamu senang sekali hari ini?" Tanya Griz iseng pada Verrell yang sejak tadi bersiul riuh kegirangan.
"Jelas dong. Karena aku hari ini akan datang ke acara adikku bersama Rasya. Aku ingin tunjukkan bahwa aku juga punya calon yang cantik dan baik."
"Waw, pantas saja kamu terlihat bahagia banget. Wah, pasti seru nih pestanya."
"Pasti. Yang jelas, aku ingin tunjukkan dan buktikan sama mama papa, kalau aku juga bisa menjadi anak yang baik."
"Ya sudah, semangat ya!" Tidak ada ucapan kata lagi yang ingin Grizelle ucapkan. Dia hanya bisa memberikan semangat pada Verrell yang tentu juga punya masalah dalam keluarganya yang tidak banyak dia ketahui.
Drrzzzz...
Getar handphone milik Verrell menandakan adanya sebuah pesan. Lalu dengan cepat pula dia buka isi pesan tersebut.
"Ah, pasti ini dari sayang aku."
Ketika membuka isi pesan, rasa bahagia yang tersirat dalam wajahnya yang tampan kini berubah menjadi suram bagai mendung hujan yang ingin turun. Di saat sudah siap dan ingin menjemput sang kekasih, namun Rasya sendiri yang menggagalkan keberangkatan mereka dengan alasan tersendiri.
"Sayang, aku tidak bisa temani kamu hari ini. Maafkan aku ya! Mama papa aku minta aku untuk berkunjung ke rumah nenek hari ini. Jadi kami sekeluarga hari ini pergi ke rumah nenek. Tidak apa-apa 'kan? Jaga diri kamu baik-baik ya. Love you sayang." Isi pesan singkat Rasya membuat Verrell marah besar. Seketika handphone miliknya di banting kuat ke lantai hingga terpecah berai berantakan. Grizelle spontan terkejut melihat aksi tersebut. Kemudian dengan cepat Griz mengutip serpihan beberapa handphone Verrell. Sedangkan Verrell masih kesal dan sedikit menjatuhkan air matanya.
"Baru kali ini, aku lihat pria menangis. Sebenarnya apa isi handphonenya sehingga dia begitu kesal dan banting handphone ini." Gumam Grizelle lirih sembari melirik Verrell. Tiba-tiba Verrel tidak menyadari keberadaan Grizelle di bawah yang sedang mengutip handphone miliknya, dia berjalan mundur dan mengenai tangan Grizelle hingga terluka karena terinjak ketika memegang serpihan handphone.
"Auuu!" Teriak Grizelle hingga tangannya berdarah.
"Ya ampun, Grizelle! Tangan kamu!" Seru Verrell tambah panik melihat tangan Grizelle luka dan berdarah.
"Sakit!" Ucap Grizelle meringis kesakitan.
Verrell segera memanggil pelayan lain untuk mengambilkan obat luka. Tidak lama kemudian, datang kotak obat yang kebetulan Novia yang datang membawa. Verrell segera mengobati luka tangan Grizelle.
"Widih, manja amat. Baru juga luka kayak gitu sudah di obati. Mana Verrell lagi yang obati, beruntung banget sih Grizelle. Padahal aku sudah banyak upaya untuk menjerumuskan dia. Tapi mereka malah semakin tampak dekat. Sial, lebih baik aku pergi dari sini daripada lihat pemandangan ini." Novia pergi meninggalkan Grizelle dan Verrell.
"Maafkan aku, Griz. Aku tidak melihat kamu tadi, sakit banget ya?"
"Sudah, tidak apa-apa kok. Aku ngerti kok!"
'Kalau di lihat-lihat, Grizelle cantik juga ya? Bahkan dia lebih cantik dari Rasya. Hanya saja dia berpakaian tidak modis dan tidak dandan saja mungkin maka terlihat biasa.' Gumam Verrel dalam hati sembari memandang setiap sudut wajah Grizelle di depannya. Grizelle juga tidak menyadari kalau dia menjadi pusat perhatian Verrell saat itu. Ketika tanpa dengan sengaja dia melihat Verrell, mereka jadi saling bertatap muka. Hal itu membuat Verrell sadar dan mengalihkan perhatiannya.
"Ada apa, Verrell?" Dengan berani pula Grizelle bertanya di tengah kegelisahan Verrell.
"Tidak apa-apa. Griz, kamu mau bantu aku tidak!"
"Bantu apa?"
"Ayo ikut!"
"Kemana?"
"Sudah, jangan banyak tanya. Ayo ikut saja!"
Grizelle bingung dirinya akan dibawa ke mana. Saat itu Griz di giring masuk mobil mewah Verrell.
"Loh, aku mau di bawa ke mana? Bukannya Verrell mau datang ke tempat tunangan adiknya bersama Rasya. Kok malah bawa aku ke mana ini?" Batin Grizelle tidak menentu. Dia pun tidak berani tanya lagi dengan Verrell yang sedang fokus menyetir mobilnya.