"Apa ini? Kenapa jantungku berdetak tidak beraturan seperti ini? Ah, jangan-jangan. Tidak-tidak, itu tidak boleh terjadi. Tidak mungkin aku seorang pelayan bersama pangeran. Lagi pula dia sudah punya kekasih." Sepanjang jalan Grizelle bicara lirih.
"Kenapa Griz?"
"Em, tidak. Tidak apa-apa kok."
Sampai di tengah halaman yang luas, sudah banyak orang berkumpul. Di sana sudah terlihat Bram juga calon tunangannya. Begitu juga mama papa juga lainnya.
"Itu pasti adik kamu dan kekasihnya ya?" Tanya Griz. Tanpa di sadari tangan mereka tetap bergandengan. Kebetulan acara di mulai dengan berdiri semua. Sehingga, genggaman tangan pun tidak terlepas lagi.
"Hem," Jawab Verrell singkat.
"Dan yang di sebelah sana itu, Mama papa kamu?"
"Hem," Lagi-lagi, Verrell menjawab dengan singkat. Dia mendengar apa yang di katakan Grizelle, namun mata fokus tertuju pada Mama papa dan adiknya yang manja itu.
"Kekasih adik kamu cantik ya!" Pancing Grizelle sembari mengayunkan tangannya. Dia telah sadar bahwa tangannya masih di genggam kuat.
"Hah, masih cantikan kamu kok!" Ucap Verrell semakin membuat Griz hampir copot jantungnya. Memang calon Bram tampak biasa saja, namun kecantikan Grizelle 'tak ada yang menyainginya.
'Ya ampun, sebenarnya aku mimpi apa sih semalam? Apa benar seorang pria tampan dan kaya raya suka sama aku yang hanya seorang Upik abu?' Gumam Grizelle. Tanpa dia sadari juga, di seberang sana, sudah hadir Kiano yang juga ikut serta dalam acara. Mereka tampak belum saling menyadari akan kehadiran masing-masing.
Begitu acara di mulai, semua tampak fokus melihat pertukaran cincinnya. Di tengah keramaian, tidak hanya keluarga mama papa Verrell saja, namun hadir juga saudara lain yang ikut serta memeriahkan acara pertunangan tersebut. Mama papa Verrell belum menyadari akan kehadiran Verrell saat itu.
"Wah, selamat ya. Anak kamu si Bram sudah bertunangan. Calonnya cantik pula. Di mana anak kamu satunya, si siapa itu namanya? Ha, iya. Verrell? Anak pertama kamu 'kan? Di mana dia sekarang? Kok tidak ada kabarnya. Apa dia juga sudah punya calon?" Tanya pamannya Bram. Tepatnya yaitu adik dari Mama.
"Oh, Verrell? Mana mungkin anak nakal seperti dia berani datang ke acara ini? Lagi pula, pasti dia malu lah? Mana ada wanita yang tulus sama dia." Ujar papa dengan kata-kata yang jelas terdengar mengejek Verrell. Verrell yang mendengar akan hal itu langsung ingin segera menghampiri papa dengan rasa emosi yang meledak. Grizelle menyadari akan hal itu, karena genggaman tangan Verrell semakin kuat. Grizelle merasa kesakitan, namun Verrell tidak juga melepaskan pegangan itu. Sehingga, tangan Grizelle ikut terbawa ketika Verrell ingin menghampiri papa. Grizelle dengan cepat menahan Verrell.
"Lepaskan Grizelle!" Perintah Verrell. Dia tidak menyadari, bahwa sejak tadi dia lah yang tidak melepaskan tangan Grizelle sama sekali.
"Verrell, sejak tadi kamu yang pegang tangan. Bukan aku!"
Verrell langsung menyadari, bukan di lepas, namun dia semakin pegang dengan kuat dan menuntun kembali ke arah mama papa yang sedang asyik bicara dengan tamu ataupun saudara lainnya.
"Mohon perhatian semuanya sebentar!" Verrell bicara lantang ketika sudah sampai di tengah-tengah acara. Tepatnya dekat dengan mama, papa juga Bram adiknya.
"Verrell?" Ucap mama menyadari kehadiran Verrell.
"Berani juga anak ini datang kemari?" Tambah Papa. Namun, Verrell tidak peduli akan hal itu.
"Perkenalkan, aku Verrell. Tentu kalian semua sebagian ada yang belum tahu tentang aku. Aku datang kemari karena menghargai undangan yang sudah di sampai kan padaku Minggu lalu. Ini mama papaku, dan yang sedang bertunangan ini adalah adikku. Ya! Aku adalah anak pertama dari Bapak Sanjaya. Kalian mungkin banyak yang tidak tahu tentang aku, karena memang aku tidak besar di tempat ini. Melainkan aku hidup mandiri di kota sebelah. Dan yang paling penting adalah, di sebelah aku ini ada seorang wanita cantik. Namanya Grizelle, dia calon tunanganku."
Ucapan demi ucapan Verrell begitu tegas dan lantang. Ketika nama Grizelle di sebut, semula Kiano yang tidak terlalu memperhatikan keadaan, jadi semakin penasaran dan melihat kejadian. Benar saja, dia melihat ada sosok wanita cantik tidak asing sedang berada di samping Verrell sepupunya itu.
Verrell dan Kiano adalah saudara. Sejak kecil mereka sangat begitu akrab. Sehingga tinggal pun kini berdekatan. Sama halnya, Kiano juga hidup mandiri dan bekerja di sebuah hotel di mana tempat perjumpaan dirinya pada Grizelle untuk pertama kalinya. Dalam pertemuannya kali ini, Kiano sangat kecewa. Karena ternyata wanita impiannya malah dekat dengan saudaranya sendiri.
"Grizelle bersama Verrell? Aku terlambat. Mungkin aku harus mengalah." Ucapnya lesu dan rasa tidak percaya akan kejadian itu. Namun apa daya, itu bukan lah mimpi. Perlahan Kiano melangkah mundur untuk pergi dari keramaian. Sedangkan Grizelle tidak menyadari kehadiran Kiano sama sekali.
"Verrell? Ini calon kamu?" Tanya Mama mendekati mereka berdua.
"Iya, Ma. Cantik kan? Papa kira aku tidak bisa temukan wanita cantik, tapi ini kenyataannya. Aku bisa temukan dia sebagai calonku kan?"
"Papa tidak percaya. Memangnya, di mana dia tinggal? Berasal dari keluarga apa dia? Jangan-jangan hanya anak tukang buruh saja!" Ucapan Papa begitu kasar. Sehingga membuat Grizelle tertunduk malu.
"Pa, jangan ngomong begitu ah!" Sambung Mama.
"Silahkan papa ejek terus apapun yang aku miliki. Asal Papa tahu, aku datang kemari hanya ingin menunjukkan bahwa aku akan menjadi lebih baik daripada anak kebanggaan papa itu. Ayo, Griz. Kita pulang saja. Tugas kita untuk menghadiri acara ini sudah selesai."
"Tunggu, Nak. Ayo kita makan dulu!" Mama masih perhatian, dan memang sayang dengan Verrell. Namun papa yang kurang menyukai sikap Verrell yang sesuka hatinya. Namun, Verrell menganggap semua sama saja.
"Tidak, Ma. Aku sudah kenyang. Lain kali saja ya!"
Verrell langsung melangkah kan kaki untuk pergi. Namun, dia lupa menggandeng Grizelle. Sehingga Griz tertinggal.
"Kamu pacar Verrell?" Tanya Mama, Griz mengangguk dengan ragu. Terpaksa dia lakukan itu demi menjaga martabat Verrell. Namun, di sini Mama tampak sangat senang dengan kehadiran Grizelle.
"Kamu cantik sekali, Nak. Beruntung Verrell dapatin wanita secantik kamu. Kamu jaga Verrell ya? Verrell anak yang keras, tapi Mama yakin kalau dia anak yang baik. Kamu juga harus sabar menghadapi dia ya!"
"Iya, Tante." Grizelle membalas dengan senyuman tipis. Seketika dia dikejutkan dengan Verrell yang menarik tangannya tiba-tiba.
"Grizelle, aku sudah duluan ternyata kamu masih di sini. Ayo pulang!" Ucap Verrell. Griz pun menuruti Verrell untuk pulang tanpa sempat berpamitan lagi.
"Verrell, tariknya pelan-pelan dong!"
Verrell tidak peduli dan terus menarik tangan Grizelle sampai ke dalam mobil. Lalu mobil melaju dengan kencang meninggalkan tempat itu.