Wanita itu mungkin baru berusia awal dua puluh tahunan. Tubuhnya tinggi semampai. Bibirnya bergincu merah.
Di dalam distrik sendiri, penjualan wanita adalah hal biasa.
Malah wanitanya sendiri lah yang menawarkan diri demi bertahan hidup
Tak jarang warga biasa atau pun pejabat datang sekadar melepas lelah.
Jika dari kalangan pejabat biasanya mereka akan sedikit berkamuflase.
Ia berdiri paling pinggir dengan senyum jahil, ketika seorang tamu berbadan kurus pendek datang.
Tatapan nakalnya terus menelusuri setiap inci tubuh wanita bernama Anabel, Anabel mengenakan celana panjang batas lutut dengan kaos kedodoran.
Sekilas ia tak nampak seperti wanita penghibur.
Tapi anehnya hal inilah yang membuatnya terlihat memesona.
"Aku pilih dia," kata pria itu tersenyum bahagia. Pikiran liarnya sudah ke mana-mana.
Anabel tersenyum kecut.
Kemudian berjalan melewati beberapa gang rumah. Pria kurus tadi mengikuti arah langkah Anabel.
"Kita mau ke mana?" tanyanya tak sabar.