Chapter 44 - Nice Save

Saking terpukaunya dengan ucapan para seniornya, Arya terbungkam dan membelalakkan kedua matanya. Merasa takjub dan temotivasi untuk memenangkan pertandingan ini, Arya mengepalkan kedua tinjunya sembari dipandang lamat-lamat.

"Sekarang atau tidak, aku harus bersinar secepat mungkin." Arya bergumama di dalam hatinya. Walau sebagai pemain baru, bukan berarti harus menunggu menjadi pemain senior untuk membawa timnya memenangkan setiap pertandingan. Pemuda itu selalu percaya dengan kekuatannya sendiri dan tak pernah bermain sembarangan.

Terpukau atas semangat dari seniornya, sebenarnya semua itu tak terlalu berpengaruh sebab sejauh ini yang memotivasi dirinya ingin bermain adalah permainan Karesso yang sudah mulai kehilangan Arah. Setelah 2 setengah set berlalu, Jakarta Thunder berhasil menghentikan serangan Karesso berturut-turut dan memaksimakan momentum untuk memperjauh poin.

Coach Greg sebelumnya telah menurunkan Bastian pula, namun permainan mereka sedikit berantakan sebab Bastian yang terlalu lambat dalam mengikuti tempo permainan timnya. Meski sudah melakukan pergantian pemain berulang kali, hasilnya tetap sama dan Coach Greg sedikit buntu dalam mencari titik celah pertahanan musuh.

Sebagai shooting guard Karesso selama bertahun-tahun, Indra tak hanya mendapatkan kepercayaan dari sang pelatih, namun Denny, Bastian, dan teman-teman lainnya sangat tahu kalau Indra memang memiliki spesialis tembakan tiga poin. Juga, berlaku bagi Arya yang sedikit belajar mengenai mencari ruang terbaik dalam menembak dari Indra. Mendapat pengakuan dari berbagai orang, bukan berarti Arya tak mau belajar dari orang lain pula.

Contoh kecilnya saja, ia sekarang bisa menggantikan posisi Indra yang sedang underperform. Hal semacam itu bisa terjadi dalam dunia olahraga mengingat menjaga kekonsistenan bukanlah sesuatu yang mudah.

Setelah 40 detik pertandingan berjalan, Arya mencetak poin ke-10 dengan tembakan lay up. Ketika musuh yang selalu menjaganya terkecoh dengan gerakan tipuannya, Arya berlari ke dalam pertahanan dengan bebas ketika tak satu pun pemain Jakarta Thunder mengawasinya. Kini ketertingggalan hanya selisih satu poin.

Para penndukung Karesso semakin heboh, seakan kemenangan mereka sudah di depan mata dan menganggap poin dari mereka yang perlahan namun pasti bisa mengembalikkan ketertinggalan. Masih ada 20 detik sebelum pertandingan selesai, sudah 2 menit terakhir Jakarta Thunder justru tak mencetak poin satu pun.

Mereka juga tak menduga jika Arya kali ini tak mengendalikan tembakan tiga poinnya dan terus berputar di sekitar pertahanan musuh untuk mencari mendapatkan poin. Posisinya sebagai shooting guard kali ini benar-benar memberinya peluang dan momentum jauh lebih banyak dari sebelumnya.

Sama-sama tak ingin menerima kekalahan di awal season, mereka saling jual beli serangan dan terus menggertak pertahanan musuh hingga runtuh. Kedua tim benar-benar tak ingin kecurian poin lagi ketika detik-detik akhir sudah di depan mata. Point guard Jakarta Thunder memandang Arya dengan tatapan tak suka. Pemain yang cukup diremehkannya tadi, kini menjadi salah satu pemain menyebalkan di Karesso.

Bahkan Arya sendiri sampai membentangkan kedua tangannya, dengan tujuan menutupi ruang musuh untuk menembus pertahanan Karesso. Begitu badannya sedikit tegap, Arya membuka matanya lebar-lebar memperluas jarak pandangnya. Sadar jika salah satu pemain Jakarta Thunder berdiri di sampingnya dengan posisi kaki sedikit terbuka, Arya semakin mendekati pemain lawan, berencana membuatnya melangkah mundur.

Nahasnya, pemain musuh tak selemah itu ketika mereka sadar tubuh Arya sama sekali tak bisa menggertak lawan di hadapannya. Bergerak ke arah samping memainkan pergerakan strategi, Arya sendiri tak lagi menubruk pemain lawan di sampingnya. Semua telah diperhitungkan Arya baik-baik ketika ia melangkah ke depan dan langsung bergerak ke samping, ia bisa melewati tembok lawan dengan cepat. Bahkan tembok berjalan tersebut tak berhenti berkedip ketika Arya tiba-tiba menghilang dari pandangannya. Hal tersebut biasa disebut screen

Walau berhasil menghindari dari tembok besar itu, tetap saja Arya sedikit tertinggal dari point guard lawan dan berhasil menembus pertahanan mereka. Tak ingin kecurian poin lagi, Arya mau tak mau terus mengejarnya, mengikuti lawannya menuju ring. Saat itu juga Arya berpikir cepat, tubuhnya memang kalah jauh jika dibandingkan mereka, menahan serangan lawan dengan block, justru dirinya akan terpental dan bisa terjadia blocking foul jika dipaksakan.

Maka dari itu salah satu menghentikan musuh yang jauh lebih besar, mencuri bola tersebut sebelum lawan menembakkan bola ke dalam ring. Mencuri bola juga menunggu momentum tertentu agar tak terjadi pelanggaran lain. Arya sengaja membiarkan point guard musuh menerobos pertahanan secepat mungkin namun ia sama sekali tak tertinggal dengan langkah musuhnya.

Arya berlari tepat di belakang musuh dan seketika musuh sedikit lengah karena ketidakwaspadaannya, ia manfaatkan momen tersebut mendorong bola dari belakang. Alhasil musuh kehilangan penguasaan bola dan terlepas dari tangannya. Saking kuatnya dorongan Arya, bola tersebut terhempas cukup jauh hingga keluar dari lapangan dan mengenai beberapa kameramen di sana.

Wasit meniup peluit menghentikan pertandingan sejenak. Normalnya, karena Arya yang mendorong bola ke luar lapangan, maka Jakarta Thunder mendapatkan lemparan ke dalam di daerah pertahanan Karesso, namun sesuai dengan perhitungannya, justru Karesso lah yang mendapatkan lemparan ke dalam tersebut.

Para pemain Jakarta Thunder protes pada wasit atas keputusannya yang dinilai memihak Karesso. Namun sebagai wasit yang sudah bertahun-tahun menjadi penengah antar tim, pengamatannya tak bisa dianggap remeh. Wasit memutuskan seperti itu sebab Arya mendorong bola tersebut sedikit ke atas, sehingga sebelum bola meninggalkan lapangan, bola tersebut terlebih dulu mengenai tangan point guard musuh.

Sekilas memang terlihat jika sama sekali tak mengenai bola, namun pengalaman wasit dalam memantau setiap gerakan para pemain sudah sangat terjamin. Para pemain Jakarta Thunder yang protes pun tak bisa lagi mengelak atau mengajukan komplen, dalam sebuaah tayangan ulang juga memperlihatkan di mana jika bola memang terlebih dulu mengenai tangan pemain Jakarta Thunder.

Pelatih serta pemain di bangku cadangan sempat frustasi dan tak terima dengan keputusan wasit, namun mereka tak punya alasan kuat untuk mengembalikkan keadaan. Para pendukung Karesso begitu bersorak heboh bagaikan ombak laut menerjang pantai. Aksi pertahanan yang dilakukan Arya benar-benar membuat mereka terbungkam bahkan Coach Greg sekalipun memberinya apresiasi berupa tepukan tangan dan berkata "Nice, Arya Chayton!"

"Sialan! Bagaimana orang itu bisa melakukannya disituasi genting seperti ini?"

"Benar! Padahal bola keluar dari lapangan saja sudah termasuk penyelamatan bagus, justru dia melakukan sesuatu yang di luar ekspekstasi kita!"

"Hahaha! Anak muda itu benar-benar berhasil menunjukkan dirinya sebagai pemain paling berbakat dan termuda."

Indra dan para pemain cadangan Karesso tak henti-hentinya melompat kegirangan sambil bergantian tos pada Arya dengan menyeringai lebar.

*screen: gerakan untuk menghambat pergerakan lawan tanpa memegang bola. Biasanya screen dilakukan dengan berdiri di samping salah satu lawan dengan kedua kaki sedikit terbuka. Gerakan ini bisa dilakukan ketika melakukan serangan maupun bertahan.