Chereads / Athlete vs Academician: After Dating / Chapter 34 - Penginapan Hutan Kota

Chapter 34 - Penginapan Hutan Kota

"Benarkah?" Arya bertanya-tanya, sama sekali tak tahu jika sekarang sudah tengah malam melihat langit di atasnya masih cukup terang. Istirahat selama perjalanan sudah lebih dari cukup untuknya, ia sadar jika dari keberangkatan hingga tiba di depan penginapannya selalu tidur. Namun juga terbangun beberapa kali sebab banyak hal yang membuatnya bangun dan tidur kembali sebanyak 4 kali selama perjalanan.

"Tahu begitu aku bangunkan saja orang itu. Sepertinya cukup mengganggu ketika Coach Greg teriak tengah malam seperti ini."

"Hmm? Mengganggu siapa? Apa kau belum membuka matamu sepenuhnya?" Indra bisa melihat sangat jelas apa yang ada disekitarnya walau mereka berdua sama-sama baru bangun tidur beberapa menit lalu.

Arya sejenak mengerutkan keningnya dan tak melihat apapun selain satu rumah besar dan lahan kosong yang cukup jauh dari pemukiman. Hanya ada rerumputan juga pepohonan yang mengelilingi penginapan itu.

Sudah berulang kali mengikuti turnamen di luar kota, mungkin ini pertama kalinya Arya merasa tinggal di penginapan tak akan nyaman seperti sebelumnya. Bagaimana tidak meskipun langit di atasnya sangat terang namun pencahayaan di sekitarnya benar-benar sangat tipis menuju kegelapang yang tak ada habisnya. Sekitar 300 meter dari penginapan barulah ada sebuah jalan besar yang digunakan sebagai jalan utama para pengguana transportasi.

"Kita akan tinggal di pengingapan di dekat hutan kota? Pantas saja isinya pohon semua. Tapi kenapa pencahayaan di sekitar sini sangat minim, ya?"

"Mungkin kau bisa menanyakan pemerintah sekitar atau tukang kebersihan hutan ini."

Arya berdecak pelan, wajahnya kembali tak bersemangat. Meski begitu tetap saja tinggal di lingkungan seperti ini membuat pikirannya terus dihantui hal-hal negatif.

"Tak perlu cemas. Kita tinggal di sini sampai urusan kita selesai dan itu tidak lama. Lagi pula tempat ini juga tak terlalu menyeramkan."

Perkataan seniornya sama sekali tak membuat Arya senang, namun setidaknya ada sedikit rasa lega ketika ia tahu kalau tempat ini masih sering dilewati beberapa orang walau sudah tengah malam. Detik berikutnya para pemain di sekitar bus melihat Denny yang terus di dorong oleh Coach Greg. Wajahnya benar-benar menjijikkan dan berantakan, tak satupun dari mereka yang mengajaknya berbicara sampai akhirnya Denny memutuskan mendekati Arya walau jaraknya dari pintu bus sangat jauh dibanding pemain lainnya.

"Hahaha, kelihatannya wajahmu baru saja bangun tidur, ya. Suram begitu."

Sialan, apa orang ini tak sadar kalau wajahnya jauh lebih buruk rupa? Arya mengatakan hal itu dalam pikirannya.

"Hei, setidaknya singkirkan air liurmu itu sebelum bicara dengan orang lain. Kau ini tak jauh bedanya dengan remaja, ya?"

"Hmm? Ada apa dengan remaja pada umumnya?" Arya kebingungan, tak mengerti maksudnya.

"Biasanya remaja sering bertingkah ceroboh dan semaunya. Sangat persis dengan idiot ini, kan?" kata Indra sambil membentangkan tangannya dari atas ke bawah, tepat di depan Denny.

Arya berdeham panjang sambil memejam kedua matanya, apa hal semacam itu memang terjadi pada remaja lainnya? Dirinya sendiri tak pernah berasumsi seperti itu. "Entahlah, aku tak mau berpikir keras."

Indra menggeleng pelan lalu melihat Coach Greg yang tiba-tiba berjalan di dekatnya sembari mengajak para pemain dan staff lainnya memasuki penginapan.

Setelah perbincangan itu penglihatan Arya perlahan semakin segar. Ia bisa melihat kalau tempat ini tidak sepenuhnya gelap seperti sebelumnya walau pencahayaan sangat sedikit. Tak hanya itu, ia juga bisa melihat beberapa rumah di dekat penginapan walau menurutnya jarak tetap cukup jauh. Selain itu dari luar sana ia bisa bangunan lain yang letaknya di belakang penginapan.

Yang membuatnya terlihat beda struktur bangunan itu lebih mirip semacam gedung olahraga. Ia tak tahu apakah bangunan itu hanya khusus basket atau bisa digunakan olahraga lainnya. Bicara mengenai penginapan, tempat tersebut sama sekali tak ada pagarnya dan benar-benar terbuka. Penginapan yang akan mereka tempati tak hanya berlantai 2, melainkan hingga lantai 3, dan luasnya juga berbeda jauh ketika Arya mengikuti turnamen nasional tingkat perguruan tinggi.

Para staff lainnya lanjut berjalan, memasuki penginapan, sedangkan Coach Greg menghentikan langkahnya dan memberhentikan para pemain di belakangnya.

"Aku tahu betul kalian sudah beristirahat cukup lama selama perjalanan. Tapi sampai di kamar kalian gunakan waktu semaksimal mungkin untuk istirahat. Seperti jadwal yang kalian ketahui, kita akan bermain hari pertama dan masih ada waktu sebelum bertanding.

"Nanti pagi pastikan kalian semua bangun lebih awal karena kita akan melanjutkan latihan dan menentukan siapa yang akan bertanding nanti malam. Kalian semua paham?"

"Mengerti, coach."

"Bagus. Sekarang masuklah ke penginapan dan pilihlah kamar sesuka kalian. Ingat! Semua kamar bentuknya sama, jadi kalian tak perlu membuat keributan seperti rebutan kamar. Kalau soal ingin satu kamar dengan siapa, itu juga aku serahkan pada kalian."

Arya meneguk salivanya, begitu terkejut ketika mengikuti turnamen dengan pemain yang lebih profesional dituntut untuk memutuskan sendiri. Bahkan Coach Greg kelihatannya juga tak peduli kalau salah satu dari pemainnya menggunakan kamar seorang diri dan mengusir pemain lainnya.

Namun apa yang dipikirkan Arya pasti tak akan terjadi, begitu menurut pemikiran lainnya.

***

Paginya mereka semua bisa terbangun sesuai alarm ponsel yang mereka setting masing-masing. Kini mereka telah berkumpul di ruang makan, di mana Arya sama sekali tak melihat yang tidak sehat. Di ruang makan terdapat meja sepanjang 2 meter namun semuanya dipenuhi makanan yang mengandung karbohidrat, protein, dan vitamin.

Meski begitu para staff juga tak komplen mengingat makanan yang sehat cenderung rasanya tak terlalu sedap. Namun mereka semenarik mungkin mengkombinasikan setiap makanan yang ada menjadi sesuatu yang sedap dimakan.

Lagi pula untuk pemula sepertinya memakan semua itu bukanlah suatu yang sulit. Di rumah Arya sering protes kepada ibunya ketika masakannya sangat minim zat gizi dan mengandung minyak yang berlebihan.

"Aku tak nyangka kau bisa betah makan semua itu."

Arya mendangakkan kepalanya, melihat ada 3 seniornya tiba-tiba duduk di dekatnya. Salah satu dari mereka ada yang tak terlalu dekat dengan Arya.

"Bicara denganku?" Arya menunjuk dirinya sendir sambil menganga lebar

"Jangan bikin lelucon bodoh ketika sarapan, atau kau menghilangkan selera makanku. Ah, sialan, lupakan itu. Sebenarnya dari tadi orang ini terus membicarakan tentangmu. Apa kau sama sekali tak ingat namanya? Sedangkan kalian sudah satu tim lebih dari 3 bulan?"

"Ah, bukan begitu. Bahkan ketika kalian memperkenalkan diri padaku juga tak kenal ampun. Dikira gampang mengingat 5 nama orang yang baru dikenal dalam satu detik?"

"Astaga, kau ini bodoh atau ingatanmu memang buruk? Baiklah, kalau begitu kenalkan dirimu sendiri. Kau sudah cukup dewasa untuk menyebut namamu, kan?"