"Hahaha kau ini orangnya memang berisik, ya. Baiklah, aku akan memperkenalkan diriku lagi. Namaku Bastian. Tak perlu pertanyakan umurku karena aku tak jauh berbeda dengan mereka. Terkadang kami juga melakukan hangout bersama, setidaknya sebelum kau bergabung di Karesso."
"Oh, apakah aku merebut posisi Kak Bastian sebagai teman dekat mereka? Kalau begitu biar aku saja yang menjauh dari mereka. Kebetulan mereka berdua sempat membuatku marah kemarin," ucap Arya tegas.
"Hei! Jangan perkenalkan dirimu kau paling diterima di sisi kami!"
"Ya! Kalau kau iri karena kami tak pernah mengajakmu hangout lagi, katakan saja dari awal. Kami pasti menolak… maksudku, kami pasti mengajalmu lagi!"
Denny dan Indra begitu menyolot ketika Bastian menyindir keberadaan Arya yang selalu mengganggu kebahagiannya. Namun itu semua tak lebih bukanlah rasa iri atau dendam melainkan rasa penasaran Bastian pada Arya melihat dua temannya begitu cepat mengakrabkan diri kepada pemain baru, sedangkan tak mudah baginya untuk mendekati Denny dan Indra dalam waktu sesingkat itu.
Seperti namanya, Bastian merupakan keturunan asli Indonesia. Walau lebih tua dari Arya, tinggi badannya sedikit pendek dari Arya namun tubuhnya sangat keras bagaikan besi. Dalam pandangan Arya, Bastian seperti Coach Greg dengan kearifan lokal. Rambutnya cepak dan kaku, bola matanya begitu besar bagaikan bola bekel, dan hidung sangat pesek seakan tenggelam ke dalam wajahnya.
Juga, Arya bisa pastikan kalau Bastian merupakan golongan orang yang suka menggunakan baju dengan ukuran oversize, sangat terlihat jelas bagaimana kerah bajunya cukup lebar hingga bawah lehernya cukup terbuka. Orang itu pasti sangat percaya dengan postur tubuhnya, gumam Arya sedikit iri melihat orang-orang bisa semudah itu membentuk tubuhnya.
"Bukannya aku menjaga image atau bagaimana, biasanya kalian juga yang mengajakku. Jadi ketika tak ada yang mengajakku rasanya seperti ada sesuatu yang hilang. Apalagi kita sudah tak pernah hangout bersama semenjak kalian mengenal Arya.
"Oh, jangan salah paham. Di sini aku sama sekali tak menyalahkanmu. Aku harap kita bisa berteman dengan baik seperti kau berteman dengan mereka berdua." Bastian cepat-cepat menghadap Arya dan memberi kejelasan lebih lanjut.
Namun Arya hanya terkekeh dan mengatakan hal itu bukan masalah yang begitu besar, hingga harus membuat seniornya memberi penjelasan yang tak seharusnya.
Detik berikutnya mereka berempat mengobrol dalam ketenangan, membicarakan banyak hal tentang basket sembari makan tanpa mempedulikan suasana tenang di sekitar mereka.
***
Malamnya, tiba waktu Karesso bermain untuk pertama kalinya setelah cukup lama tak tampil di sebuah turnamen. Sejak bergabungnya Arya, turnamen basket sedang tak diadakan karena sedang memasuki off season (akhir musim) dan mulai hari ini turnamen mulai diadakan kembali selama beberapa bulan ke depan.
Arya di atas kursinya sangat gugup begitu mengingat saat ini ia tak menggunakan seragam tim kampusnya, melainkan tim yang begitu besar dan cukup terpandang di kalangan para penggemar basket. Lagi pula tak ada jaminan ia akan menjadi pemain cadangan begitu juga sebaliknya. Ia masih ingat betul apa yang dikatakan Coach Greg selama latihan kalau pemilihan pemain inti bukan berdasarkan seberapa lama mereka membela tim ini, melainkan dia yang sangat on fire ketika latihan, maka saat itu juga ia yang akan mendapat kesempatan bermain.
Namun Arya mengingat sekilas latihannya tadi siang. Ia memang tak terlalu suka menyembunyikan kemampuannya di depan teman dan pelatihnya. Di lain sisi ia juga ragu kalau dirinya tak benar-benar bermain buruk sampai mendapat pujian beberapa kali dari rekan-rekannya. Selama latihan tanding tercatat Arya paling lama menguasai bola dibanding pemain lainnya.
Coach Greg sengaja menurunkan Arya sebagai pemain inti dengan tujuan melihat seberapa besar kemampuannya selama 5 dirinya direkrut sebagai pemain profesional. Tak memungkiri menguasai bola paling lama bukan berarti ia selalu mencetak banyak poin, itulah yang membuat Arya kesal.
Entah dalam kondisi apapun, selama latihan siang tadi rekan satu timnya selalu mengumpankan bola padanya sedangkan ia selalu di jaga oleh Bastian yang merupakan lawannya saat itu. Belum lagi Arya baru menyadari jika Bastian salah satu pemain dengan pertahanan paling baik di timnya, hingga ia sering kecolongan bola ketika berusaha menembus pertahanan musuh.
Well, Arya hanya bisa pasrah ketika dirinya ditunjuk sebagai pemain inti dalam pertandingan kali ini, berharap bisa memberi yang terbaik walau ia mendengar lawannya malam ini salah satu tim terbaik di musim kemarin.
Tak lama kemudian mereka sampai stadion. Letaknya cukup jauh dari penginapan mereka hingga memakan waktu lebih dari setengah jam. Berbeda dengan stadion yang Arya kunjungi pertama kali saat turnamen nasional tingkah perguruan tinggi, namun tak kalah megahnya dengan stadion sebelumnya. Mungkin jika diurutkan, stadion di depannya terbaik nomor 2, alasannya cukup sederhana. Semakin besar tempat parkirnya maka sudah dipastikan banyak penonton yang akan mendatangi stadion ini ketika ada suatu turnamen basket.
Hanya saja sebelumnya Arya sama sekali tak pernah melihat atau mencari tahu tentang Stadion Jakarta Thunder. Sesuai namanya, stadion ini merupakan stadion miliki tim basket Jakarta Thunder yang menjadi lawan mereka malam ini. Jakarta sendiri memiliki tim basket sekitar 5, salah satunya Jakarta Thunder. Sangat banyak dibandingkan tim basket daerah lainnya hanya memiliki satu tim saja.
Walau memiliki 5 tim yang berbeda, bukan berarti perbedaan kemampuan antar tim begitu jauh. Bahkan Jakarta sendiri pernah membuat turnamen antaraa 5 tim tersebut dan masing-masing tim pernah menjuarai turnamen tersebut. Persaingan mereka begitu kuat hingga terbawa sampai Liga Basket Indonesia, yang mana pada musim lalu kelima tim tersebut memasuki peringkat 10 besar.
Tak lupa dari kesekian tim yang berada di peringkat 10 besar, Karesso sendiri juga berhasil memasuki peringkat 5 besar walau pada akhirnya gagal mengamankan kejuaraan setelah ditaklukkan oleh salah satu tim Jakarta pula.
Arya sudah mengetahui hal tersebut selama latihan siang tadi, cukup alasan tersebut mampu mendorong semangat Arya semakin giat berlatih walau di lain sisi pula ia juga merasa gugup. Berbeda dengan tim basket di kampusnya, yang selalu menyaksikan permainan tim yang akan menjadi lawannya, Karesso lebih suka membicarakan hal tersebut secara langsung dan itu terlihat seperti diskusi dan berusaha mencari jalan keluar. Seakan-akan setiap pemain harus menggunakan kemampuan imajinasinya dalam menggambarkan setiap pemain yang dimaksud. Arya sendiri sulit membayangkan bagaimana mereka bisa membicarakan semua itu tanpa melihat satu video sekalipun. Mungkin dirinya terlalu terbiasa mengamati permainan setiap tim melalui video daripada disuruh membayangkan secara langsung.
"Baiklah, apapun yang terjadi, aku harus siap bermain atau aku akan menjadi bahan hujatan di pertandingan pertamaku." Arya menyemangati dirinya ketika berjalan memasuki stadion di antara para rekan-rekannya.