Chereads / Puppy Dreams / Chapter 10 - Pertemuan Maureen dan Xian

Chapter 10 - Pertemuan Maureen dan Xian

Harh ....

Harh ....

Maureen terengah engah, setelah mengikuti lampu kuning yang terang menderang di telapak tangannya sebagai pelacak majikan tampannya berada.

Tiitttt!!

Suara itu membuat Maureen tersadar, ia mengedarkan bola netranya. "Pemakaman?" Maureen terhentak ... seketika ia baru sadar ini adalah tempat pemakaman umum tempat keluarga Xian di makamkan, pemakaman ini begitu lekat di fikiran Maureen karena Xian sering sekali mengajak Maureen mengunjungi pemakaman keluarganya.

Lalu sekarang ... mengapa Xian tidak mengajak Maureen? Xian terlihat nampak sangat suram duduk di samping pemakaman ibunya.

Maureen hanya terdiam di tempatnya sembari memperhatikan Xian dari kejauhan, ia ingin menghampiri Xian, tetapi apa alasannya? Maureen diambang kebingungan.

Langkah demi langkah Maureen melangkah gontai, mengarah pada Xian yang duduk dengan kepala di bawah antara dua kaki.

Sesampainya di dekat Xian, Maureen menelan salivanya perlahan. "Hay ...," tutur Maureen kaku.

Namun, Xian nampaknya tidak tertarik dengan suara yang menyapanya! Ia masih terpaku dengan fikirannya sendiri.

Kemudian Maureen menjajarkan tubuhnya pada Xian, "Kenapa? Yah jangan dijawab ... apa lagi kalau bukan soal kehilangan ...," ucap Maureen pelan.

Xian mengangkat kepalanya perlahan dan menatap gadis itu dari ujung kaki sampai ujung kepala, "Jika kau tidak mengenal diriku jangan berbicara padaku, lebih baik kau pulang saja! Aku tak ingin berbicara pada siapa pun! Apa lagi pada seorang gadis yang sok tahu padahal itu hanyalah omong kosong!" ujar Xian seraya membuang pandangannya dengan cepat.

Maureen membulatkan matanya, ia tidak menyangka majikannya sedingin itu pada manusia. "Omong kosong?! Apa maksutmu?" tanya Maureen.

"Yah ... pertanyaanmu hanyalah sekedar basa-basi yang tidak ada isinya sama sekali!" ucap Xian malas.

Hargh!!

Maureen mengambil napas lalu membuangnya secara perlahan sembari menjulurkan tangannya mengarah pada Xian, "Oke ... perkenalkan namaku, Maureen ...," tutur Maureen sedikit takut Xian mendengar namanya dengan jelas! Karena baru saja Maureen tidak sengaja menyebut nama aslinya.

Lantas nama yang disebutkan oleh gadis di hadapannya ini membuatnya menoleh seketika, "Maureen? Nama itu seperti nama anjingku" tanya Xian sedikit terkekeh.

"Apa kau mendengar namaku begitu? Jelas saja namaku beda, namaku Mahreen bukan Maureen?!" cerca Maureen yang membuat raut wajah marah dibuat-buat agar berharap Xian tak enak hati padanya.

Namun, di luar dugaan Maureen. Xian sama sekali tidak merasakan ketidak enakan hati itu! Xian tetap saja terkekeh sembari mengejek gadis di hadapannya.

"Apa bedanya?" ucap Xian di iringi tertawaan kecil seraya beranjak dari duduknya.

Maureen benar-benar tidak menyangka akan sikap majikannya yang sebenarnya, ternyata majikannya sangatlah dingin menghadapi wanita seperti dirinya.

Kemudian Maureen terduduk di samping makam ibu Xian dan membiarkan Xian melangkah meninggalkannya sendiri.

Namun, mungkin Xian tidak tega meninggalkan seorang gadis yang ia kenal sebagai Mahreen itu sendiri di pemakaman. Jadi Xian membalikkan tubuhnya lalu menghampiri gadis itu! "Kau tidak ingin pulang?" tanya Xian

Maureen menggeleng cepat, ia kini memasang strategi untuk menjadi teman Xian dengan menjual kesedihan. Karena ia tahu betul Xian tidak akan tega dengan manusia yang bernasip sama seperti dirinya.

"Oke, kutinggalkan kau sendiri ... di sini!" jawab Xian yang ingin melangkah pergi, tetapi langkahnya tiba-tiba tertahan setelah mendengar jawaban sang gadis.

"Aku tidak pernah takut akan kesendirian, hidupku memang sudah sendiri! Aku tidak punya siapa pun lagi! Bahkan untuk melanjutkan hidup pun, aku tidak mampu!" jawab Maureen datar.

Degh! Seketika Xian mengingat hidupnya, hidup gadis di hadapannya saat ini sama menderitanya seperti dirinya sekarang! Bisa jadi Tuhan mengirimkan gadis ini di hidup Xian untuk saling menemani dan memberi kekuatan.

Xian pelan-pelan menjajarkan tubuhnya pada gadis itu dan mengangkat wajah sang gadis menghadap padanya, "Jangan pernah bersedih ... jangan pernah merasa kau sangat hancur di muka bumi ini! Aku akan menjadi temanmu ... namaku Xian," ucap Xian pelan menatap matanya perlahan.

Maureen meneguk salivanya perlahan, jantungnya tidak berhenti berdetak, darahnya berdesir lebih kuat dan akal sehatnya sudah tak mampu lagi untuk berfikir.

Untuk pertama kalinya Maureen merasakan jatuh cinta sebagai manusia, ingin sekali rasanya ia memeluk Xian dan mengatakan yang sesungguhnya, tetapi apa Xian percaya? Atau hanya menganggap ini hanya pembodohan untuk dirinya? Dan sekali pun ia percaya ... apa Xian akan bisa menerima ia seutuhnya, mengingat Maureen bukanlah manusia sepenuhnya, tetapi hanya seekor anjing yang menjelma menjadi manusia untuk menemani hidupnya.

Fikiran Maureen kalut akan hal itu, hingga tak sadar Xian telah menyenderkan kepala di pundaknya. Maureen menoleh ke arah Xian dan melihat wajah Xian dengan jelas.

"Kau terbiasa menyenderkan kepalamu di pundak seseorang yang baru saja kau kenal?" ujar Maureen.

Seketika Xian mengangkat kepalanya, lalu menggeleng perlahan. "Aku hanya merasakan hal yang tidak biasanya," ujar Xian yang membuat Maureen mengerutkan keningnya.

"Hal yang tidak biasa?! Apa itu?" tanya Maureen menggebu.

Xian menoleh mengarah pada wajah sang gadis, "Aku merasa nyaman di dekatmu, aku merasa seperti sudah mengenalmu sejak lama!" Jawab Xian datar.

Maureen membulatkan matanya mendengar jawaban Xian, ia tidak menyangka Xian mempunyai kontak batin padanya.

"Oh iya ... jika boleh tahu, ini pemakaman siapa?" tanya Maureen untuk menutupi ke salah tingkahannya.

"Ini ibuku, yang di sampingnya ... itu ayahku! Dan di sebelah ayahku ... itu adikku!" ujar Xian seraya menunjukkan satu persatu pemakaman mereka.

Maureen yang tidak ingin Xian merasa curiga, ia hanya berpura-pura terkejut. "Mereka bertiga? Itu artinya hidupmu sama sepertiku?" tanya Maureen berbasa-basi.

Namun, sepertinya Xian tak ingin menabur kesedihan ... ia beranjak dari duduknya, lalu menjulurkan tangannya pada Maureen. "Mahreen kurasa kau harus pulang bersamaku, karena aku sudah menjadi temanmu ... jadi aku tidak ingin temanku sendirian di sini!" ajak Xian.

Maureen menerima ajakan itu, kini mereka melangkah bersamaan yang sebenarnya Maureen tidak tahu akan melangkah kemana lagi setelah keluar dari pemakaman ini.

Meong ....

Meong ....

Meong ....

Lengkingan suara kucing kecil itu terdengar jelas di telinga Maureen, bola mata Maureen mengedar kesana kemari ia seperti orang yang kebingungan.

"Kau kenapa?" tanya Xian yang melihat Maureen kebingungan.

"Aku mendengar suara anak kucing, sepertinya ia sedang meminta pertolongan!" jawab Maureen cemas, tetapi alih-alih mengkhawatirkan hal yang sama Xian malah terkekeh melihat tingkah Maureen yang kelewat khawatir.

Maureen tak mengindahkan Xian kali ini, ia hanya fokus mencari sumber suara anak kucing tersebut. Hingga akhirnya Maureen menemukan anak kucing sangat kecil itu terhanyut di selokan dekat pagar keluar pemakaman.

Maureen panik melihat anak kucing tersebut terus terbawa air yang mengalir akan ke sungai, ia tak mungkin menggunakan kekuatannya di depan Xian. Hingga akhirnya mau tidak mau ... Maureen terpaksa lompat membuat untuk mengambil anak kucing tersebut dan ia berhasil membawa anak kucing itu keluar.

Xian menatap tak percaya, masih ada gadis secantik Mahreen yang rela mengotorkan bajunya demi seekor kucing. "Kau tidak apa-apa kan, Mahreen?" tanya Xian yang masih terkejut dengan aksi heroik Mahreen.

"Aku baik-baik saja, Xian!" jawab Maureen seraya memberi kehangatan pada kucing tersebut dengan bajunya, sampai kucing tersebut lari dari hadapan Maureen karena bau dari seekor anjing yang melekat pada tubuh Maureen yang bisa dirasakan oleh sesama hewan.

Kemudian diam-diam Maureen membalikkan pergelangan tangannya, melihat angka tersebut sudah berubah menjadi 0002. Lalu Maureen melemparkan senyuman mengarah pada Xian.

"Akan kupastikan, Xian ... 1000 kebajikanku akan terwujud!" batin Maureen sembari diam-diam menggenggam tangan Xian penuh harapan.